Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Balada Pajeko Tua di Selat Lembeh

3 Mei 2016   06:55 Diperbarui: 11 Mei 2016   06:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Siaap pak,,,aku mau melaut!”

Dengan semangat berapi- api Sumoal terus, dan terus merasa betah dan keenakan melaut bersama bapaknya. Lupa pada diinya sendiri. Dan sebaliknya bapaknya juga demikian.

Cuaca seperti inilah yang didambakan oleh Sumoal. Ya,,seperti inilah harapan Sumoal. Harapan bagi seorang nelayan untuk mempertaruhkan nyawa bila gelombang datang menerjang di tengah samudera luas. Sebab arus dan gelombang akan membenturkan pada buih- buih gelombang kepada siapapun dan apapun yang memalang di depannya, pasti akan binasa.

Hidup memang penuh dengan segala perjuangan, Apalagi jika ingin menggapai impiannya. Dengan cara apa saja yang penting keinginannya terpenuhi. Apakah itu dengan sesuatu yang benar ataukah dengan cara-cara yang tidak terpuji ataukah dengan cara mengorbankan orang lain yang penting diri sendirinya-lah yang selamat. Sebab hanya dengan begitu saja sebuah impiannya pasti akan tercapai. Pemikiran yang terlalu sempit.

Sekali lagi, Sumoal menatap angkasa, bahkan sekali – kali pandangannya mengarah ke sebuah pohon Ketapang yang tumbuh di samping rumahnya, tak jauh dari tepian pantai.

Lautan sangat teduh. Tiada desir angin pada daunnya.. Angin hanya berhembus syahdu dan semilir nyaris serupa berbisik. Desis kata hati Sumoal.

Para masanae,semuanya telah siap di atas pajeko termasuk Gompa. Dengan handuk melilit di kepalanya Sumoal beranjak menuju Perahu. Tak lama kemudia perahu pajeko Sumoal bersama masanae pajeko perlahan – lahan menyusuri tepian pantai, menuju lautan lepas, samar – samar terlihat sebuah nama pada perahu pajeko yang tertulis di samping depan dengan warna cat putih, Dirham, dengan huruf kapital.

Sempat salah seorang masanae Sumoal bertanya tentang arti Dirham yang tertulis pada badan perahu pajeko itu dan Sumoal menjawab, “ Itu kependekan kata, yang artinya: “Diriku hampir mati!” Para masanaeyang lain hanya tertegun dengan jawaban Bos mereka. Pikir mereka Pak Sumoal tentu seorang yang ulung dan hebat di laut. Karena jawaban tadi menunjukan seorang Tonaas punya kesaktian sehingga dia tidak jadi mati. Dalam hati mereka berdecak kagum.

Malam mulai merayap perlahan – lahan. Udara laut semakin dingin. Air laut nampak laksana berminyak sebab di laut yang sangat luas itu tidak ada ombak mendebur. Hanya kecipak riakan kecil yang tersebat pada lunas perahu oleh karena sentuhan lajunya perahu.

Hampir tengah malam masih belum ada juga tanda- tanda perahu lampu untuk memanggil perahu – perahu pajeko dengan bahasa isyarat mereka bahwa ikan sudah naik. Bila sekawanan ikan sudah naik menghampiri perahu lampu, maka orang yang berada di atas perahu lampu itu cepat – cepat memberikan kode ke setiap penjuru laut untuk memanggil perahu pajeko untuk melingkari dengan pukat yang sangat panjang. Panjang pukat penangkap ikan hampir semua di atas ukuran 100 hasta dengan kedalama atau lebar pukat kurang lebih 10 sampai 20 hasta. Semua tergantung besaran perahu pajeko. Semakin besar perahu pajeko itu tentu ukuran pukatnya juga sangat besar dan panjang.

Sepanjang malam itu, Sumoal tidak tidur. Matanya terus menerawang ke seanteru lautan. Sebagai Tonaas,Sumoal tentu sudah tahu jam – jam untuk memukat ikan. Namun dia terus memantau keadaan laut, jikalau tiba – tiba ada isyarat panggilan. Sebab bila sudah ada isyarat, semua pajeko akan berebutan ke lokasi perahu lampu tersebut . Perahu pajeko mana yang duluan tiba tentu dialah yang berhak untuk menjala sekawanan ikan itu. Apalagi ukuran pajeko Sumoal termasuk ukuran yang kecil. Kalah bersaing kecepatan dengan pajeko lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun