Mimpi apa Ani harus berjodoh dengan Dodi. Seorang pria tampan, tapi kerjanya saban hari main gitar dan nyanyi di pos ronda.
"Mak ... aku ingin cerai dari Bang Dodi, " keluh Ani.
"Apa? Emak nggak salah dengar! " kaget Mak Ijah, ibunya Ani.
Ani menatap serius wajah kaget Mak Ijah.
"Istigfar, nak. Kamu tuh lagi hamil. Dikit lagi melahirkan, " nasihat Mak Ijah.
"Aku sudah nggak kuat, Mak. Bang Dodi kerjanya cuman main musik terus. Â Mending suaranya bagus, " kata Ani.
***
Di pos ronda tempat Dodi biasa nongkrong bareng sohibnya. "Always ... and i'll be there forever and ...." nyanyi Dodi dengan suara tinggi rada ngotot. "And .... apa ya? Aku lupa sambungannya, " katanya.
"Katanya ngefans sama Bon Jovi. Katanya pencinta musik 90'an. Kok lupa syairnya? " tanya Budi, salah satu sohib Dodi.
"Apa donk? Kamu tau nggak? Masak aku harus WA Bon Jovi tanya itu, " bela Dodi dengan wajah serius.
"Ngawur! " kata Budi, Gilang, dan Karyo berbarengan.
***
Mak Ijah membawakan sepiring bakwan plus teh manis hangat ke hadaoan Dodi. Dodi terlihat asik membetulkan setelan senar gitarnya.
"Emak buatkan bakwan kesukaan kamu, " kata Mak Ijah.
Dodi hanya melihat sebentar ke arah Mak Ijah. Mengambil bakwan dan kembali berkonsentrasi ke arah gitarnya.
"Dodi ... Om Dirman rencananya mau ajak kamu kerja. Katanya perusahaan tempat Om Dirman kerja lagi butuh OB. Lumayanlah penghasilannya, " jelas Mak Ijah.
"Jreng ... jreng ...." suara gitar dipetik Dodi.
Mak Ijah menghela nafas melihat kelakuan menantunya. Namun, tak sampai hati menyuruh Dodi berpisah dari Ani, anaknya. Apalagi Dodi itu anak dari sepupu dua kalinya di kampung.
"Dodi ... Ani dikit lagi melahirkan. Kamu harus cari tambahan penghasilan buat persiapan Ani lahiran, " ujar Mak Ijah.
"Tenang ... Mak. Enggak lama lagi Dodi jadi penyanyi terkenal, " katanya. Ia pun berlalu dari hadapan Mak Ijah.
***
Dodi menatap foto Jon Bon Jovi yang tersimpan di ponselnya. Rupanya Budi memerhatikannya sedari tadi.
"Serius banget dengan foto itu, " kata Budi.
"Aku fans berat Bon Jovi dari SMP sampai sekarang. Apalagi vokalisnya, si Jon. Aku ingin suatu hari nanti bisa ketemu idolaku itu, " ucap Dodi.
"Mimpi kali ya ...." ucap Budi spontan.
Dodi setengah tersinggung menatap Budi. Dia agak sensitif kalau mendengar ucapan Budi.
"Aku yang mimpi, kamu yang sewot! " tegur Dodi.Â
***
"It's my life ... It's now or never ...., " nyanyi Dodi di pos ronda.
Budi, Gilang, dan Karyo terpaksa harus menutup telinga untuk kesekian kalinya.
"Dodi ... nyanyinya jangan teriak-teriak. Telingaku seperti mau pecah, " kata Gilang.
Dodi tak peduli dengan keluhan Gilang, malah bernyanyi lagi. Untungnya ponselnya berdering.Â
"Kenapa, Mak? Apa?! Aku segera ke sana, Mak, " katanya.
"Kenapa, Dodi ? " tanya Budi heran. Setahunya tak ada yang bisa menghentikan Dodi menyanyi, kecuali dirinya sendiri.
"Ani, istriku mau melahirkan. Dia dibawa ke rumah sakit, " jelas Dodi.
"Yuk ... kita segera ke sana, " ajak Budi. Dodi bersama ketiga sohibnya bergegas menuju rumah sakit.
***
Dodi mondar-mandir di depan pintu kamar bersalin.Â
"Kamu nggak masuk temani Ani di dalam ruang bersalin, " kata Budi.
"Takut ... coi, " kata Dodi.
"Lah ... Siapa yang temani istrimu di dalam? " tanya Budi.
"Emaknya ....,"
Budi menepok jidatnya. Tak lama terdengar suara tangisan bayi dari arah ruang bersalin.
"Kayaknya itu suara anakku, " kata Dodi.
Pintu ruang bersalin dibuka. Seorang perawat menghampiri ketiganya.Â
"Mana Pak Dodi, suami Bu Ani? " tanya perawat itu.
"Saya ... saya, " jawab Dodi.
"Selamat ... istri bapak sudah melahirkan seorang bayi laki-laki dengan selamat, " katanya.
Dodi bergegas masuk ke dalam ruang bersalin. Matanya berkaca-kaca. Wajahnya tersenyum melihat Ani dan bayi mungil mereka. Di sisi tempat tidur Ani, Mak Ijah masih berdiri.
"Adzankan dulu, " kata Mak Ijah.
Dodi pun melantunkan adzan. Kemudian mencium wajah bayi laki-lakinya.Â
"Siapa namanya? " tanya Mak Ijah.
Dodi tersenyum. Terlintas sebuah nama yang sangat cocok dibenaknya.
"Mak ... Dodi ke depan dulu. Ketemu Budi, Gilang, dan Karyo. Mau kasih tau nama anakku, " katanya. Ia pun segera keluar menemui konco-konconya.
"Lah ... ditanya siapa nama anak, malah minta izin ketemu teman di depan, " ucap Mak Ijah.
Dodi bergegas menghampiri ketiga kawan akrabnya. Ia  menatap wajah sahabatnya.
"Sudah lihat anakmu? Siapa namanya? " tanya Budi beruntun.
"Aku sudah lihat anakku. Anakku sangat tampan. Namanya ... Jovi," jawab Dodi tersenyum bahagia.
"What ....?!" kaget Budi, Gilang, dan Karyo bersamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H