Mohon tunggu...
Sergius Hendi
Sergius Hendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya ialah menulis dan memnonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usaha Kaum Selibat Menjaga Eksistensi Iman Melalui Media Sosial

1 Februari 2024   21:55 Diperbarui: 1 Februari 2024   22:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dan 1.128 suku bangsa, dengan kultur budaya dan sosial yang berbeda (Oktaviani dan Kurnia, 2023). Keberagaman itu tidak hanya soal budaya ataupun adat istiadat setiap daerah. Hal yang paling menakjubkan di Indonesia ialah keberagaman agama. Indonesia terdiri dari enam agama besar y      ang diakui oleh hukum, yaitu: Hindu, Budha, Katolik, Protestan, Konghucu dan Islam. Setiap agama itu memiliki esensial yang berbeda-berbeda sesuai dengan penghayatan iman masing-masing. Meskipun demikian, Indonesia mampu menyatukan keberagaman dalam satu kesatuan yaitu dalam negara Indonesia.

Berbicara mengenai globalisasi pada abad ke-21, bukanlah suatu hal yang tabu lagi. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang dihidup pada abad ini ialah generasi Z yang lahir sekitar tahun 1995 sampai dengan 2010 (Fatya Diega Safira, Nurti Budiyanti, Indhira Dewi Darmawan, Nilam Sukma Salsabil, 2023). Mereka merupakan generasi yang lahir pada zaman digital yang memudahkan mereka untuk terjerumus ke dalam arus kehidupan yang tidak senonoh bahkan menyimpang dari tatanan kehidupan. Globalisasi sangat mempengaruhi banyak aspek gaya hidup, salah satunya aspek agama yang menyangkut iman. Banyak orang telah lupa dengan nilai-nilai agama, pengetahuan umum mengenai agamanya, bahkan agama itu hanya sekedar status di KTP supaya tidak disebut Ateis, atau hanya untuk memudahkan dalam hal surat menyurat dan menjadi label diri agar memiliki hari raya keagamaan yang bisa dirayakan.

Dalam konteks kehidupan beragama, era globalis telah melahirkan pandangan yang mengatakan bahwa posisi agama yang dulunya menjadi perbincangan atau persoalan publik, namun kini telah bergeser menjadi perosalan pribadi. Hal ini ingin memberi gambaran bahwa agama tidak lagi memiliki peran yang otentik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada masyarakat. Fakta yang terjadi sekarang ialah, kedudukan agama telah diambil alih oleh arus globalisasi terkhus dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan yang membuat agama hilang identitasnya. Di sisi lain, manusia tidak bisa menipu dirinya sendiri terhadap kemajuan teknologi yang membawa bencana dalam kehidupan. Pada awalnya teknologi memberi kemudahan bagi setiap tatanan kehidupan manusia. Ketika urusan itu semakin mudah akan menimbulkan kesepian dan keterasingan baru, yakni lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, silahturahmi, sehingga cenderung merusak diri sendiri dengan melakukan penyimpangan sosial (Ngafifi, 2014). Perilaku tersebut disebabkan oleh krisisnya iman yang ada dikehidupan masyarakat.

Sejak dunia dilanda virus Covid-19 pada tahun 2019 silam, banyak sekali perubahan dalam pola hidup masyarakat, segala aktivitas dibatasi sehingga seluruh kegiatan seperti bekerja, ibadah, sekolah, dan liburan hanya dilakukan di dalam rumah. Dampak covid-19 silam juga masuk dalam kehidupan Gereja dengan dampak yang tak kalah ganas, yaitu krisis iman. Krisis iman membuat orang tidak karu-karuan karena hidupnya hanya mengandalkan diri sendiri dan pikiran tanpa adanya pegangan iman. Belum ada sejarah agama, termasuk dalam zaman penjajahan atau diera komunisme perayaan-perayaan keagamaan dilarang sama sekali. Kebijakan wajib social distance oleh pemerintah membuat Gereja harus menutup gereja tempat merayakan iman yang dilakukan secara bersamaa (Saputra dan Serdianus, 2022). pembaruhan araha  Akibat itu masih terasa sampai sekarang, contohnya ialah tindakan malas-malasan untuk pergi ke gereja untuk ibadah, karena kebiasan dulu akibat isolasi dan minimnya kaum muda yang tertarik untuk masuk dalam hidup bakti karena lebih senang menjalankan hidup di dunia maya.

Media sosial merupakan buah dari globalisasi. Media sosial sebagai media online memberi kemudahan kepada para penggunanya untuk bisa berpartisipasi secara aktif. Media sosial memberi kemudahan untuk berinteraksi dengan banyak orang serta memperkaya pergaulan karena jarak dan waktu bukanlah suatu penghalang lagi (Watie, 2016). Media sosial dapat dilakukan untuk berbagai hal, mulai dari yang positif sampai dengan yang negatif. Media sosial dapat menjadi sarana untuk jalan bermisi, yaitu bermisi di dunia gadget. Hal ini disebabkan dalam media sosial dapat melakuakn interaksi dalam berupa foto, video, tulisan dan konten. Media sosial tidak pernah memilih-milih kepada siapa yang boleh menggunakannya. Salah satunya adalah kepada kaum selibat. Penggunaan media sosial oleh kaum selibat bertujuan untuk mengenalkan iman, sebagai tugas utama mereka sebagai pewarta.

Pengenalan akan Yesus Kristus sendiri merupakan sesuatu yang harus ditekankan oleh Gereja bagi umat Katolik sebagi sumber iman yang sejati. Pengenalan akan Allah dapat dibaca dalam Alkitab Deuterokanonika yang memuat perjanjian lama dan perjanjian baru. Dalam perjanjian lama, pengenalan akan Allah diketahu melalui sabda atau firman-Nya. Sabda-Nya itu selalu berbicra mengenai kebaikan, pengetahuan, kebijaksanaan, keadilan, kemanusiaan. Dari sabda-Nya dan tindakan-Nya melalui para nabi Allah menunjukkan diri-Nya. Sedangkan dalam perjanjian Baru, pengenalan akan Allah secara langsung dapat dilihat dari sosok Yesus Kristus (Wardoyo, 2022). Namun sekarang ini, ketertarikan untuk membaca Alkitab sudah minim karena media sosial yang menguasai mereka, sehingga waktu untuk melihat dan mengenal iman tidak ada.

Krisis iman yang terjadi sekarang seolah-olah seperti krisis iman yang dialami oleh bangsa israel. Krisis yang dialami oleh bangsa Israel memiliki banyak bentuk. krisis tersebut dapat berupa Penindasan oleh bangsa lain, kalah perang, hukuman dari Allah, berada di pembuangan (Wardoyo, 2021b). Krisis iman Dalam konteks bangsa israel sama halnya dengan situasi zaman sekarang bahwa kekrisisan iman diakibatkan oleh diri mereka sendiri, karena tidak mampu mengontrol kemajuan teknologi.

Dalam penelitian sebelumnya yang tulis oleh Maria Eka Bonita Putri, Petrus Ana Andung, Maria V.D Pabha Swan, membahas tentang Fenomena Komunikasi Imam Diosesan di Keuskupan Agung Kupang dalam Menggunakan Media Sosial. Dalam artikel yang ditulis, penulis ingin menggali tentang bagaimana media sosial digunakan oleh para imam diosesan  Keuskupan Agung Kupang sebagai sarana penunjang kehidupan sehari-hari baik dalam pekerjaan, hiburan sampai dengan komunkasi serta memanfaatkan keunggulan atau dampak positif dari media sosial di tengah arus globalisasi. Dalam artikel ini juga diperlihatkan bahwa media sosial dijadikan sarana untuk mewartakan injil atau kabar gembira kepada umat. Sehingga hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai Imam Diosesan tidaklah harus menutup mata akan kemajuan teknologi masa kini untuk tidak menggunakannya sebaik mungkin (M. Eka et al., 2023). Penelitian ini hanya menekankan seberapa efektif penggunaan media sosial oleh Imam Diosesan di Keuskupan Agung Kupang serta fokus penelitian ini juga hanya ditujukan kepada Imam Diosesan. Sedangkan dalam penelitian kali ini lebih berfokus pada kaum selibat secara umum dalam pemanfaatan media sosial. Kebaruhan karya tulis ini ingin mengaris bawahi tanggapan kaum selibat terhadap media sosial sebagai sarana untuk memberi didikan iman.

Rumusan maslah dalam karya tulis ini, ingin melihat bagaimana usaha yang dilakuakan oleh kaum selibat dalam menjaga eksitensi iman supaya masyarakat tetap hidup dalam jalan yang benar. Untuk melihat bagaimana kaum selibat dapat membaca zaman. Hal ini ada kaitannya dengan tugas Gereja itu sendiri untuk terlibat aktif dalam pewartaan. Sehingga media sosial itu tidak menjadi suatu hasil dari globlisasi, melainkan dapat digunakan atau diterapkan dalam tugas pelayanan untuk mewartakan kabar gembira guna menguatkan iman.  

Eksistensi Iman

Agama katolik merupakan agama yang diperkenalkan oleh para misonaris dari barat ke Indonesia. Agama katolik datang ke Indonesia bersamaan dengan misi Gospel dan misi kekuasaan oleh para imam Barat. Namun, secara historis agama katolik berakar pada Yesus di tengah kelompok masyarakat Yahudi yang menjalankan kehidupan keberimanan yang bersifat kaku dan justru membelenggu kebebasan eksesistensial manusia, sehingga dengan demikian pendiri gereja Katolik adalah para murid-Nya dan Yesus sendiri dipahami sebagai peletak batu pertama berdirinya agama Kristen (Kenoba, 2020). Kehadiran Yesus Kristus ingin memperkenalkan dan memperlihatkan praktek keagamaan yang benar. Oleh karena itu, kehadiran Yesus untuk  menyampaikan kabar gembira atau Injil mengenai jalan keselamatan serta mengajak orang-orang Yahudi untuk kembali pada jalan hidup yang benar. Sehingga keberadaan iman katolik itu sendiri tertuju kepada Yesus Kristus, semuanya ini telah tertuang dalam syahadat iman yang biasa diucapkan sebelum doa umat.

Iman katolik berpusat pada Yesus Kristus, dengan itu umat katolik harus memusatkan hidupnya kepada Yesus. Pengahayatan iman akan Yesus harus nyata dalam tindakan, hal ini telah ditulis oleh santo Yakobus dalam suratnya bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati (Yakobus 2:26) (Dadi, 2022). Hal ini ingin menunjukkan bahwa penghayatan iman adalah perbuatan yang benar-benar mencerminkan tanggapan atas pangggilan Allah yang sungguh agung dan mulia, sehingga melalui agama setiap pribadi atau kelompok berusaha menunjukkan sikap hormat terhadap Allah yang telah menciptakan semua yang ada pada alam semesta.

Pengahayatan iman yang kuat menjadi kunci utama untuk bisa dekat dengan Allah dan merasakan kasih yang luar biasa dari Allah. Penghayatan iman adalah buah dari perjumpaan intim manusia dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah dalam pengalaman religius mampu membentuk seseorang menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Iman akan Yesus meneguhkan pengaharapan pengikut-Nya, karena Yesus sebagai jalan yang  membawa manusia kepada kepenuhan kehidupan (Situmorang, 2023). Selanjutnya, dalam iman kita percaya akan sebuah pengharapan yang dianugerahkan, dengan adanya harapan itu memampukan setiap personal yang percaya untuk menjalaankan masa sekarang yang terkadang sulit dan berat untuk dijalani. Dengan pengharapan  mampu membawa iman kepada masa depan.

Krisis Iman

Sejaka covid-19 lalu, hampir semua kalangan mengalami krisis. Krisis tidak hanya dibidang ekonomi tetapi juga dalam iman. Hal ini ditambah dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2020 yang membatasi kegiatan keagamaan (Sulistyawati, 2020). Peribadatan diganti dengan pribadatan di rumah melalui misa online. Misa online berarti misa secara virtual dan tidak menerima komuni atau Hosti Kudus dan diganti dengan mendaraskan doa komuni batin. Krisis iman dapat mengubah pola hidup masyarakat, yang tadinya percaya dan kuat dalam iman namun kini berubah menjadi pribadi yang anti dengan agama. Hal ini karena arus globalisasi yang begitu cepat membuat masyarakat mudah mengadposi budaya baru. Krisis iman terjadi karena seseorang mengalami keraguan dalam keyakinan keagamaannya atau sistem spiritualnya. Krisis iman dapat terjadi karena berbagai faktor sperti pertanyaan-pertanyaan filosofis, pengalaman pribadi yang menantang, nilai konflik atau perstiwa traumatis, seperti halnya dalam masa pandemi.

Krisis iman berdampak pada krisis identitas. Krisis identitas adalah kondisi di mana seseorang sering bertanya tentang identitasnya, baik itu kepercayaan, nilai hidup, dan tujuan hidup. Pertanyaan itu akan berdampak pada Psikologi seseorang, seseorang tersebut akan menjadi bingung dan ragu-ragu. Krisis identitas itu dapat terjadi karena apa yang selama ini dijadikan pegangan mendadak menjadi hilang makna dan tujuannya, selain itu krisis identitas juga terjadi karena penolakan terhadap apa yang baginya asing dan ketidakmampuan menikmati keterasingan (Supriyono, 2019). Ketidakmampuan akan keterasingan membuat seseorang tidak mampu berinteraksi dengan lingkunga sekitar. Identitas merupakan salah satu bagian penting dari spiritualitas. Identitas diri itu terakit dengan perjalanan spiritual seseorang dan pembentukan identitas dalam diri seseorang. (Manik, Saptowidodo and Budianto, 2018)

Media sosial

Media sosial menjadi tanda bahwa dunia telah berkembang dan manusia semakin pintar. Media sosial telah menjadi pintu dan jendela dunia, karena apa saja dapat ditemui dalam media sosial. Media sosial (Social Networkoing) merupakan sebuah media oline di mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, dan menciptkan isi meliputi blog, sosial network atau jejaringan sosial. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mengatakan bahwa media sosial merupakan sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 (Putri, Nurwati and S., 2016). dalam media sosial terdapat yang namanya jejaringan sosial, dalam jejaringan sosial ini setiap orang dapat membuat Web page pribadi yang kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Contoh jejaringan sosial yang sering digunakan di zaman sekarang ini aialah Facebook, Instagram, Tik-Tok, dan lain sebagainya.

Kaum selibat

Hidup selibat merupakan suatu pilihan hidup. Istiilah selibat secara etimologi berasal dari bahasa latin caelebs artinya tunggal, orang yang tidak menikah atau caelibatur artinya hidup tidak menikah. (Wibowo, 2017) Orang-orang yang hidup selibat ini disebut dengan kaum religius dan rohaniwan. Untuk selibat perempuan, mereka mengabdikan diri kepada Gereja dengan menjadi seorang Suster (biarawati), sedangkan untuk kaum lelaki mereka mengabdikan diri kepada Gereja sebagai Bruder (biarawan), Frater dan menjadi seorang imam (pastor). Para Kardinal, Uskup Dan Paus juga orang-orang yang hidup dalam selibat. Hidup selibat merupakan suatu bentuk pilihan hidup yang ditujukan kepada kecintaannyan kpeda Kristus, mereka ingin hidup seperti Yesus demi kerajaan Allah, seperti sabada Tuhan dalam injil Matius 19:12 "Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir dari rahimnya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." Oleh karena itu, mereka berusaha hidup serupa dengan Allah yang menjaga kemurnian serta melakukan tugas-tugas pelayanan untuk menumbuhkan iman dalam Gereja di setiap tantangan zaman.

Tugas Gereja

            Kaum Selibat adalah bagian dari anggota Gereja Katolik, oleh karena itu mereka juga harus melaksanakan tugas pelayanan. Tugas mereka sama halnya dengan tugas Gereja pada umumnya, yaitu menjalankan lima tugas Gereja Katolik. Lima tugas Gereja Katolik itu meliputi kerygma, koinonia, liturgia, diakonia, dan martyria.

Tugas kerygma berasal dari bahsa Yunani yang berarti karya pewartaan Kabar Gembira. Dalam kitab suci Perjanjian baru ditemukan dua kata kerja yang berhubungan dengan kerygma, yaitu  Kerussein dalam Ibrani 5:12 yang memperlihatkan kepada aktivitas pewartaan kepada orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus, yang kedua didaskein dalam Ibrani 6:1 yang memperlihatkan aktivitas pewartaan kepada orang yang sudah mengenal Allah guna untuk mengembangkan dan memekarkan iman (Priyanto and Utama, 2017). Oleh karena itu, tugas pewartaan itu ditujukan kepada semua orang tanpa terkecuali. Maka penekanan utama dalam tugas pewartaan Gereja ini bukan saja pewartaan verbal tetapi juga pewartaan melalui kesaksian hidup sebagai bentuk pewartan.

Tugas koinonia ialah menyatakan kebeberadaan Gereja sebagi suatu persekutuan, hal ini sesuai dengan akar katanya yang diambil dari bahasa Yunani yaitu Koin yang berarti mengambil bagian. Dalam persepektif biblis, koinonia diartikan sebagai peguyuban atau persekutuan (Kis 2:41-42) (Setinawati, 2021). Sehingga dalam terang Tuhan inilah gereja yang melaksanakan tugas persekutuan untuk membangun relasi dengan orang lain sebagai persaudaraan yang berpusat pada Yeuss Kristus. Selain itu, tugas koinonia ini bertujuan supaya gereja dapat membangun relasi yang biak antara pribadi dengan Allah dan antar sesama.

Tugas Liturgia merupakan sebuah bentuk pelaksanaan iman, melalui iman misteri Kristus sesuai dengan akar kata kerja yang berasal dari bahasa Yunani leitourgian yang berarti bekerja untuk kepentingan umum (Tawa, Zefanya and Ronisius, 2022). Dalam tugas ini, berusaha membantu agar setiap orang yang percaya memiliki hubungan yang semakin dekat dengan Allah. Oleh karena itu, tugas gereja sebagai liturgia yaitu menguduskan yang diwujudkan dalam perayaan Ekarisi sebagai puncak iman. Berpartisipasi dalam liturgi berarti ikut dalam ibadah kepada  Allah  seperti  yang  dilakukan Yesus.

Tugas Diakonia adalah tugas Gereja untuk melakukan sebuah pelayanan dan mengasihi. Dalam tugas ini berusaha untuk membuat orang yang percaya untuk berani peduli kepada sesama, seperti Yesus Kristus yang sangat peduli dan mengasihi umatnya. Hal ini sesuai dengan akar kata diakonia sendiri yaitu Diakonein yang artinya melayani (Andriani, Bura and Parinding, 2023). Sehingga jelas sekali bahwa tugas gereja itu untuk melayani bukan malah dilayani. Pelayanan yang dimaksusd ialah memberi pertolongan dari segala aspek kepada orang-orang yang menbutuhkan pertolongan jasmani maupun rohani.

Tugas Martyria merujuk kepada tugas gereja untuk memberikan kesaksian baik berupa kata-kata maupun dalam bentuk tindakan tentang Yesus Kristus. Seperti dengan mendorong mereka untuk mengembangkan sikap saling menghormati, tolong-menolong, dan toleransi. Hal ini sesuai dengan akar katanya marturio yang berarti kesaksian. Kesaksian yang diberikan atau disampaikan adalah pemberitaan tentang pesan Injil kepada Gereja.(Kusumawanta and Kii, 2023) sehingga memampukan setiap orang untuk mencerminkan iman Kristen, etika Kristen dan menjadi orang yang berintegritas.

Hubungan Kaum Selibat Dan Zaman Sekarang

            Istilah selibat dapat diartikan sebagai lajang atau aseksual, karena mengambil keputusan untuk tidak kawin sebagai syarat sumpah atau keyakinan agama. Dikalangan gereja Katolik, selibat merupakan sebuah panggilan hidup, sehingga dengan itu selibat memilki makana penyerahan hidup, pembaktian hidup yang murni dan total kepada Tuhan demi kerajaan Allah. (Thomas Bedjo Oetomo, 2022). Kaum selibat dalam menjalankan tugasnya selalu berurusan dengan iman akan Yesus Kristus. Hidup mereka jauh dari duniawi, namun dengan perkembangan zaman mereka harus menyesuaikan cara hidup mereka dengan situasi zaman sekarang ini.

            Pada tanggal 11 Oktober 1962, sekitar 50 tahun lalu Pau Yohanes XXIII membuka Konsili Vatikan II yang menjadi peristiwa terpenting dalam sejarah Gereja pada abad ke-20. Konsili ini ingin adanya pembaruhan, dialog dan penekanan pada Umat Allah (Kirchberger, 2017). Dalam konsili tersebut, Yohanes XXIII yakin bahwa Gereja membutuhkan suatu pembaharuan yang mendalam, agar bisa mewartakan Injil secara meyakinkan di dalam dunia dewasa ini. Ada kata Yohanes XXIII yang amat terkenal yaitu aggiornamento yang artinya bahwa Gereja haru Up to date, agar kabar injil bisa didengar dan dimengerti oleh banyak kalangan dewas ini, agar apa yang menjadi misi dari Allah itu dapat sungguh ditanggapi oleh manusia pada zaman moderen. Ia mmenegaskan bahwa Gereja bukanlah suatu museum melainkan taman yang hidup dan berkembang, oleh akrena itu pidato Paus Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962 menjadi sangat penting bagi perjalanan seluruh konsili.

Perkembangan zaman merupaka sarana bagi kaum selibat untuk bermisi mewartakan iman itu. Kaum selibat dan perekembangan zaman tidak bisa dipisahkan lagi dan kaum selibat tidak bisa menutup mata akan kebaharuan yang ditawarkan zaman, melainkan menggunakannya sebagai sarana pewartaan. Hal ini jelas sekali sesuai dengan apa hasil dari konsili yang di buat oleh Yohanes XXIII tahun 1962, bahwa pewartaan iman harus disesuaikan dengan permintaan zaman.

Hubungan media sosial dan iman

Mengenal Allah merupakan sebuah hal yang amat penting, karena akan berpengaruh pada kekekalan kita, membawa suka cita bagi kita dan Allah sebagi Sang Pencipta (Anwar Three Millenium Waruwu, 2023). Allah memegang peranan penting dalam hidup manusia, maka wajiblah setiap orang untuk mengenal Allah. Manusia dalam konteks ini adalah komunitas atau Gereja yang dipilih dan diperkenankan oleh Allah menjadi umat-Nya, hal itu yang menjadi dasar kenapa ajaran mengenai iman itu harus terus diwartakan guna untuk memberi ajaran iman serta menanamkan nilai-nilai iman untuk bisa menyerupai kehendak Allah. Sehingga sebagai murid Kristus sungguh hidup dalam Kristus yang terhubung secara intim dan vital dengan Kristus dalam kelakuan sehri-hari (Leniwan Darmawati Gea, Ruslin Ruslin, 2023). Kemajuan Zaman mendorong kaum selibat untuk bekerja keras dan bertanggung jawab atas krisis iman sebagai tugas pewartaan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Hal ini karena setiapa hari manusia selalu berhadapan dengan ajaran-ajaran palsu dan guru-guru palsu (Manurung, 2023). Selain itu, pribadi Yesus yang diimani tidak pernah dilihat secara langsung oleh mata yang membuat orang mengalami krisi iman karena selalu bertanya-tanya. Alkitab sendiri sudah menunjukkan bahwa jemaat Efesus yang seharusnya sudah paham mengenai Allh yang mereka sembah, ternyata masih didoakan oleh Paulus agar mereka mempunyai mata hati yang sudah diterangi untuk dapat mengenal Allah (Santo, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa, perlunya kahadiran Allah secara langsung dalam kehidupan manusia selama-lamanya.

Kehadiran Allah memang tidak pernah dilihat secara lansung di zaman moderen ini,  namun zaman moderen menawarkan seribu cara untuk bekerja. Oleh karena itu setiap orang harus bisa menganalisis situasi zaman untuk tetap berpegang teguh pada iman. Iman membantu mengarahkan hidup ke arah yang lebih baik dan selaras dengan kehidupan dengan bisa memanfaat setiap tawaran zaman dengan baik. Salah satunya adalah media sosial. Jika dikaitkan media sosial dengan iman merupakan sesuatu yang sangat bertolak belakang karena setiap sisi berbeda pandangan. Iman lebih kearah rohani sedangkan media sosial adalah tawaran duniawi. Namun dalam kenyataannya bukan begitu, media sosial dan iman ternyata memiliki hubungan yang sangat erat di zaman ini. Hubungan media sosial dengan iman adalah sebagai sarana Allah untuk menyebarkan ajaranya melalui kaum selibat yang memanfaatkan media sosial itu. Melalui kesaksian iman yang diberikan kaum selibat Allah secara tidak langsung sedang berbicara kepada umat-Nya namun dalam bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, iman yang kuat dan mendalam pasti akan mampu membantu memahami cara Allah bekerja. Maka dari pada itu, kedudukan media sosial dalam hal iman bukanlah sesuatu yang selalu di pandang buruk, tetapi didalamnya ada Allah yang bekerja untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang sesat.

Usaha-Usaha Kaum Selibat

Yesus telah mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Injil ke semua bangsa, sadar bahwa para murid akan bersinggungan dengan budaya lain, yang kerapkali asing bagi mereka (Wardoyo, 2021a). Cara mewartakan Allah sangat beragam, pewartaan akan Allah dapat dilakukan dengan cara apa saja, salah satunya adalah melalui media sosial. Melalui teknologi, para pewarta yang memiliki jiwa seni dapat menggunakan media sosial terkhusus media komunikasi.

Membuat Konten Katekese Di Youtube  

            Katekese berasal dari kata Yunani "Catechein" dan "Catecheis." Arti katekse itu sendiri adalah gema yang disampaikan keluar. sehingga dapat diartikan katekese adalah salah satu upaya yang digunakan oleh Gereja untuk menyampaikan ajaran Yesus Kristus dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari (Tinambunan, 2018). Oleh sebab itu, kateksese merupakan salah satu cara pewartaan Injil yang diamanatkan Yesus Kristus. Katesese menyangkut tentang penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara sistematis agar para para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristus. Untuk bisa mewartakan iman lebih luas, maka kaum selibat memanfaatkan jejaringan sosial YouTube. Laporan YouTube tahun 2016 menyebutkan bahwa YouTube menjadi situs online video provider paling dominan di Amerika serikat dan dunia dengan menguasai 43% pasar. Diperkirakan  dalam waktu 20 jam durasi video di Upload ke YouTube setiap menitnya dengan 6 miliar views perhari (Cahyono and Hassani, 2019). YouTube merupakan media sosial yang fiturnya berupa video dan sangat mudah untuk diakses.

            YouTube menjadi media sosial yang paling masif dalam menyebarkan informasi dan konsep baru media dalam rancangan komunikasi. Sehingga langkah yang diambil oleh para selibater tidak salah dalam media sosial sekarang ini, para kaum selibat telah berhasil membaca situasi dan zaman serta berhasil mengabungkan sarana pewartaan Gereja  dengan kemajuan zaman. Sekarang ini banyak para pastor, suster, frater, dan bruder yang telah melakukukan katekese dengan YouTube dan dengan itu mereka telah menyebarkan cinta kasih Allah kepada semua orang bahkan keseluruh dunia. Seperti data 2016, yang di mana dalam 20 jam ada 6 miliar orang yang menonton dan jika separuh dari 6 miliar penonton itu adalah oarang Katolik pasti akan membantu dalam menambah wawasan keagamaan dan iman supaya eksistensi iman itu tetap terjaga.

Promosi Panggilan Melalui Tik-Tok

            Tik-tok telah menjadi aplikasi media sosisl yang pupuler diunduh dari playstore, yakni 1 miliar kali unduhan pada bulan Maret 2020. Fitur yang ditawarkan oleh Tik-Tok kepada pengguna yaitu dapat membuat video durasi pendek dengan menggunakan suara yang telah disediakan oleh aplikasi (Pratiwi, Seytawati dan Hidayatullah, 2021). Aplikasi Tik-Tok merupakan aplikasi yang sangat diminati oleh remaja. Melihat banyaknya pengguna Tik-Tok tersebut, maka para kaum selibat juga mengambil kesempatan itu untuk melakukan pewartaan. Melalui aplikasi Tik-Tok para kaum selibat seperti suster dapat melakukan promosi panggilan kepada kaum muda. Promosi panggilan yang dilakuakn ialah dengan membuat video seputar kehidupan komunitas, menari, sharing panggilan, bernyanyi dan kegiatan penerimaan jubah biara dan sebaginya, tujuannya untuk menarik hati kaum mudah akan cara hidup selibat untuk menjadi penerus pewarta iman.

Pendalaman Kitab Suci Melalui Zoom

Aplikasi Zoom merupakan salah satu platfom untuk mendukung kegiatan kerja, proses belajar-mengajar, rapat, ibadah dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Ripai (2020:4) menjelaskan bahwa Zoom merupakan aplikasi perangkat lunak yang dapat mempertemukan orang banyak secara langsung melalui video conference tanpa harus bertemu secara fisik (Eda, 2023). Sehingga dapat dikatakan bahwa Zoom adalah media pewarta dizaman digital. Zoom dapat membantu dalam pendalama kitab Suci. Hal ini kerena Alkitab adalah buku yang sulit. Sulit karena ditulis ribuan tahun, ditulis oleh banyak pengarang. Alkitab tidak hanya buku yang berisis hukum dan aturan semata, melainkan juga berisi tentang moral, perilaku, dan etika untuk menata kehidupan manusia agar menjadi lebih baik (Eka et al., 2023). Alkitab penting dalam kehidupan Kristen, karena Alkitab adalah firman Tuhan dan dapat membimbing orang percaya untuk menjalani hidup mereka sesuai dengan kehendak Tuhan. Pemazmur menulis, Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzr 119:105). Hal ini juga membantu mereka yang selama ini bertanya-tanya tentang apa yang mereka imani dan membantu mereka yang sibuk dan sulit membagi waktunya untuk urusan rohani.


SIMPULAN DAN SARAN

Kaum selibat merupakan orang-orang yang memusatkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan untuk kerajaan Allah. Mereka menyerahkan hidup seutuhnya kepada Kristus untuk menjalankan hubungan yang intim dengan Yesus dengan tidak menikah. Keputusan mereka untuk tidak menikah ialah untuk bisa menjadi pewarta seperti Sang Guru yang memanggil mereka. Kaum selibat itu meliputi Pastor, Suster, Frater, dan Bruder. Mereka adalah tangan kanan Allah untuk mewartakan iman seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus.

Iman merupakan sesuatu yang sentral yang diajarkan oleh Yesus sendiri dalam kaitanya dengan Injil. Iman merupakan suatu tindakan percaya yang mampu untuk mengarahkan hidup ke arah yang lebih baik, hal itu karena iman berpusat pada Allah sendiri. Ajaran iman itu selalu berkaitan dengan kebaikan, sehingga iman itu harus ditampakan dalam tindakan dan perbuatan yang nyata. Untuk itu, pewartan akan iman merupakan sesuatu yang penting. Beriman kepada Yesus Kristus berarti harus berada dijalan keselamatan. Oleh karena itu, pewartaan iman harus terus dilakukan, Pengenalan akan Allah bertujuan untuk menguatkan iman dan komitmen manusia terhadap apa yang ia imani, sehingga tidak mengalami krisis iman.

Krisis iman merupakan suatu masalah besar dalam hidup, karena dapat membuat seseorang lupa akan Tuhan. Kehadiran media sosial menjadi sebuah sarana bagi kaum selibat untuk pewartaan, terkhusus untuk menolong mereka yang mengalami krisis iman. Media sosial sangat erat kaitannya dengan iman, karena melalui media soaial Allah berbicara dan menyapa umat-Nya, serta bentuk kesetiaan Allah untuk selalu mendampingi dan menyertai umat-Nya disetiap zaman. Sehingga dalam membuat video katekese, pendalaman iman dan promosi panggilan di YouTube, Zoom dan Tik-Tok merupakan usaha yang efktif di zaman digital ini oleh kaum selibat, karena pewartaan dengan jejaringan sosial menjangkau semua orang disetiap tempat. Oleh karena itu, baik kaum selibat maupun orang awam, gunakanlah media sosial untuk menjawab masalah tantangan zaman yang sedang dihadapi dunia. Bukan malah anti terhadap media sosial dan perubahan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun