1. Pengantar
Sejak dunia dihebohkan oleh serangan wabah covid-19, sekitar pertengahan bulan Desember lalu di Wuhan - Cina, banyak orang (dan bahkan negara-negara) mencoba untuk memikirkan bagaimana cara menanggulangi wabah ini secara baik dan bijak, agar tidak menimbulkan masalah baru yang semakin menimpa hidup dan rutinitas masyarakat / umat manusia.
Banyak orang mulai memikirkan untuk mencari obat-obat yang mungkin untuk mencegah semakin meluasnya wabah bahaya covid-19 ini. Banyak juga orang yang mulai memikirkan untuk mencari asupan pelbagai jenis makanan yang bisa meningkatkan imunitas / antibodi tubuh agar kuat dan tahan menghadapi covid-19 manakala menyerang tubuh.
Ada juga yang mengambil inisiatif untuk stay at home atau tinggal di rumah sendiri dengan tujuan menghindari perjumpaan dengan banyak orang yang telah terpapar covid-19, ada juga yang tetap keluar rumah untuk bekerja namun sedapat mungkin menghindari keramaian dan kerumunan massa, ada juga yang berusaha untuk tidak berjumpa dengan seorangpun karena curiga bahwa orang lain dan dirinya sudah tertular covid-19 dan tidak mau menyebarluaskan lagi kepada orang lain, ada juga banyak orang yang selalu memakai masker baik ketika keluar rumah untuk bekerja maupun ketinggal di rumah.Â
Dalam tulisan singkat ini, hendak dipaparkan akibat negatif dan positif dari wabah covid-19 yang telah menjadi pandemi sejak pertengahan bulan Desember 2019 yang lalu.
2. Akibat Covid-19: Positif dan Negatif
Kita tentu banyak melihat dan mengalami sendiri akibat dari mewabahnya virus baru ini, covid-19. Tingkat mewabahnya yang begitu menyebar dan mencapai seluruh dunia, menyebabkan WHO menetapkan ini sebagai pandemi karena telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang.Â
Meluasnya wabah covid-19 ini, menimbulkan pelbagai akibat yang dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis: positif dan negatif.Â
2.1 Akibat Negatif Covid-19
Wabah covid-19 sungguh-sungguh membawa dampak negatif yang luar biasa dalam beberapa aspek hidup. Di sini kita dapat menyebutnya beberapa bidang yang menyentuh dengan kehidupan manusia.
Pertama, dalam bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi wabah covid-19 mengakibatkan melambatnya produksi di sektor perekonomian. Kuantitas produksi tentu akan dikurangi seiring dengan tidak lancarnya suplai bahan baku untuk diproduksi oleh perusahan-perusahan yang menentukan kehidupan manusia.
Seiring dengan berkurangnya kuantitas produksi, maka akan berpengaruh kepada kemungkinaan ter-PHK secara massal jumlah tenaga kerja. Dalam hal PHK, pihak Perusahaan mungkin tidak akan memperhatikan lagi akibat-akibat hukum dari PHK Karyawan karena ini terjadi karena alasan yang tidak dapat dikendalikan.
Selain itu, terjadinya penutupan pusat-pusat perbelanjaan seperti mall, supermarket dan lain sebagainya. Tempat-tempat yang berkaitan dengan kerumunan orang dan perjumpaan banyak orang, dianjurkan untuk ditutup untuk menghindari terjadinya penularan wabah covid-19 ini.Â
Kedua, dari segi psikologis. Dari segi psikologi, tidak gampang untuk melakukan tindakan lockdown, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang sehari-hariannya hidup bersama dengan orang lain.
Melakukan entah social distancing atau phisical distancing adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk di banyak tempat yang setiap harinya telah terbiasa membina relasi yang begitu familiar dan dekat. Kedua tindakan tersebut justru mengakibatkan perasaan kesepian yang sangat mendalam dalam pengalaman pribadi.
Perasaan terisolasi akan menyebabkan kecemasan, ketakutan, depresi dan demensia pada orang-orang tua atau orang dewasa. Sedangkan pada anak-anak yang sudah terbiasa bergaul dengan banyak teman, menjadi sangat terisolasi dan bahkan terintimidasi yang cenderung mengalami kecemasan yang tinggi, depresi dan kelambanan dalam perkembangan.
Ketiga, dalam bidang Sekolah - Pendidikan. Rutinitas sekolah sungguh dikejutkan oleh keputusan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan ditegaskan lagi oleh Kepala Dinas Pendidikan setempat yang secara tiba-tiba "meliburkan" sekolah karena wabah covid-19. Kegiatan Belajar dan Mengajar pun dipindahkan, dari duduk bangku di kelas ke pembelajaran daring atau online dari rumah.
Terdapat beberapa faktor negatif dari dampak covid-19 dalam bidang pendidikan. 1) Penguasaan teknologi yang masih rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa telah banyak guru dan dosen yang menguasai pemakaian alat-alat teknologi untuk kegiatan pembelajaran dan pengajaran, namun tidak sedikit pula guru dan dosen yang gaptek dalam hal pemakaian sarana teknologi informasi untuk pembelajaran dan perkuliahan.Â
Maka, waktu selama pandemi covid-19, banyak guru / dosen dan siswa / mahasiswa yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan situasi ini. Paling sekedang meninggalkan tugas yang diberikan sebelum "diliburkan" dan dikumpulkan ketika hendak memulai sekolah / kuliah kembali secara formal. 2) Keterbatasan sarana dan prasarana serta pulsa internet.
Kebijakan "meliburkan" sekolah dan mengandaikan guru mengajar dari rumah dan siswa juga belajar dari rumah secara on line, menjadi sulit karena keterbatasan fasilitas laptop. smartphone yang cukup mumpuni serta pulsa data yang harus ada selalu.
Tidak semua orang yang telah memiliki fasilitas ini secara memadai dan berkualitas. 3) Jaringan internet dan biaya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua daerah di mana ada siswa dan guru sudah dijangkau oleh jaringan internet yang memadai.
Leletnya jaringan menyebabkan guru dan siswa tidak lancar dalam mengadakan proses pembelajaran (dan juga kerkuliahan) secara baik dan lancar.
Keempat, Bagi Starup. Starup adalah jenis-jenis perusahaan yang dibangun atau dalam masa rintisan, namun tidak berlaku untuk semua bidang usaha, yang bergerak dalam bidang teknologi dan informasi dan berkembang di dunia internet.
Dalam bidang startup, terdapat 2 (dua) dampak: 1) Covid-19 memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya wabah Covid-19 ini membuat banyak startup harus bisa bertahan karena kinerja yang tidak bisa mencapai target bisnisnya; 2) Melakukan PHK terhadap para karyawannya karena bisnis online / digital yang tidak bisa berjalan normal.
Kelima, dalam bidang Agama - Kerohanian. Imbas dari wabah covid-19 ini sangat terasa dalam kehidupan keagamaan, diantaranya: 1) Kegiatan rutin beribadah di rumah ibadat menjadi terhalang karena tidak dapat lagi atas himbauan pemerintah untuk menghindari kegiatan kumpul-kumpul, menjauhi keramaian termasuk berada bersama dalam rumah ibadah; 2) Mungkin juga rasa pengalaman kehilangan "berada di rumah Tuhan" yang akhirnya membuat orang mengendapkan kerinduan itu dalam hati sanubarinya.
Ada pengalaman kekosongan dalam, yang akhirnya rindu untuk diisi oleh sesuatu yang rohani; 3) Kehilangan kontak sosial dengan semua rekan-rekan yang biasanya secara rutin berjumpa di rumah ibadah. Tambah lagi dengan scocial distancing dan phisical distancing semakin melebarkan relasi sosial. Orang semakin merasa diasingkan dari hidup sosial.
Di beberapa kalangan agama tertentu, mungkin saja kehilangan finansial yang biasanya secara rutin menerima finansial dari "derma" untuk kebutuhan operasional rumah ibadah dan petugas ibadah.Â
2.2 Akibat Positip Covid-19
Kita dapat menyebutkan beberapa akibat positif dari mewabahnya covid-19 yang menyerang seluruh umat manusia sejak akhir tahun 2019 lalu. Pertama, dari segi kesehatan. Situs online GridHEALTH.id pada tanggal 3 Maret 2020 misalnya menyebut, terdapat 5 (lima) hal positip dari wabah covid-19:
1) Orang akhirnya menyadari akan pentingnya mencuci tangan. Pelbagai jenis virus selalu menyerang bagian sistem pernapasan manusia sampai ke paru-paru, melalui 3 (tiga) organ tubuh yaitu mulut, hidung dan mata. Kebetulan ketiga bagian tubuh ini sering dicapai dengan tangan terutama jari-jemari. Karena itulah, memiliki tangan yang bersih adalah salah satu cara menghindari covid-19 menyerang tubuh manusia;
2) Kesadaran akan kebersihan lingkungan. Lingkungan yang bersih diyakini dapat menjauhkan manusia dari virus-virus yang siap menyerang manusia. Virus dan terutama covid-19 akan "senang" berada di tempat di mana lingkungan tidak bersih;
3) Mengubah pola makan sehat. Dengan adanya covid-19 ini, orang akhirnya sampai kepada keinginan untuk menjaga pola makan yang baik dan sehat. Banyak orang mulai hati-hati dalam memilih jenis-jenis makanan, dan menjaga agar seluruh jenis makanan yang dimakan adalah makanan yang sehat dan bergizi;
4) Rajin berolahraga. Berolahraga yang cukup (tidak berlebihan) juga dapat membuat atau meningkatkan kondisi tubuh yang kuat dan prima sehingga penyakit seperti virus tidak begitu saja mudah menyerang tubuh kita; 5) Semakin banyak orang berdoa. Entah bagaimanapun, semakin banyak orang yang berdoa agar Tuha menjauhkan wabah ini dari dunia ini.
Kedua, dari segi psikologi sosial, seorang psikolog, Samuel Paul Veissière Ph.D. dalam situs Psichology Today menyatakan nahwa setidaknya ada lima hal positif yang terjadi di tengah-tengah wabah virus corona Covid-19, yaitu:
1) Orang semakin peduli dengan kesehatan. Dengan membiasakan diri mencuci tangan, pakai masker dan jaga jarak ketika sedang berbicara dengan orang lain adalah cara untuk melindungi diri dari wabah covid-19 ini;
2) Seluruh dunia bekerja sama, terutama dalam hal menghadapi serangan covid-19 ini secara bersama-sama;
3) Semua orang saling membantu, yang nampak misalnya Cina misalnya siap untuk membantu Italia, termasuk juga membantu negara-negara lain yang kerkena wabah covid-19 serta bantuan yang saling diterima antar negara;
4) Kualitas udara juga semakin membaik. Dengan berkurangnya industri dan pabrik serta kendaraan yang bepergian menyebabkan polusi udarapun berkurang dan menjadi bersih;
5) Kebijakan isolasi mandiri dan berada sering di rumah membuat semua anggota keluarga bisa sering bersama untuk waktu yang lama, saling berbagi cerita, olahraga bersama di rumah, dan banyak waktu untuk saling berbagi cerita tentang kehidupan rumah tangga.
Hobi-hobi yang sebelumnya selalu dilaksanakan secara pribadi di luar rumah, maka kini menjadi terbiasa melaksanakannya di dalam rumah dengan anggota keluarga.Â
Ketiga, dari segi pendidikan. dalam bidang pendidikan banyak orang dapat belajar dari situasi wabah covid-19 ini. 1) Orangtua semakin merasa bertanggung jawab dalam pendidikan anak. Konsep tentang orang tua sebagai pendidik pertama dan utama, nampak selama masa covid-19.Â
Tugas yang diberikan oleh guru secara daring / online, harus ditemani oleh orangtua dalam mengerjakannya. Rumah adalah juga tempat pertama dan utama dalam mendidik dan mengajari anak dalam hal ilmu pengetahuan dan ringkah laku.
2) Guru semakin tertantang untuk menemukan cara memakai alat-alat teknologi untuk belajar bersama semua siswa yang ada di rumah masing-masing. Guru semakin memikirkan dan mencari cara-cara yang mungkin agar dalam proses pembelajaran daring / online semakin dapat didekati atau dihampiri atau dijangkau agar anak didik sungguh-sungguh belajar.
3) Sekolah, menjadi lembaga yang harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa kegiatan PBM sungguh-sungguh terjadi antara guru dan siswa selama masa pandemi ini. Sekolah juga akhirnya harus memikirkan untuk membenahi fasilitas pembelajaran yang lebih modern di sekolahnya.
4) Pemerintah dan Lembaga Swasta, juga harus memikirkan bagaimana menolong sekolah-sekolah dalam hal menciptakan suasana belajar yang lebih up to date terhadap teknologi informasi, walaupun pendidikan tidak semata-mata ditentukan oleh teknologi informasi.
Keempat, dari segi Agama - Spiritual. Wabah covid-19 ini membawa dampak positif bagi seluruh Agama. 1) Tuhan tidak hanya ditemukan dalam kebersamaan dalam rumah ibadah dan melibatkan orang banyak, melainkan ditemukan dalam kelompok kecil, rumah tangga, dan bahkan dalam kesendirian setiap harinya di dalam rumah. Orang semakin mampu untuk bertemu dengan Allah dalam doa-doa pribadi di dalam keluarga dan juga dalam kesendiriannya;
2) Munculnya kebiasaan doa bersama dalam keluarga. Dalam beberapa agama, kebiasaan untuk datang ke rumah ibadah pada hari-hari tertentu untuk berdoa bersama, maka pada masa covid-19, keluarga menjadi tempat yang baik dan subur untuk melakukan pelbagai ritual bersama, ibadat bersama, doa bersama, agar semuanya dapat bertemu dengan Tuhan dalam kebersamaan di kelompok kecil;
3) Munculnya pemimpin-pemimpin dalam kegiatan doa bersama dalam rumah tangga. Biasanya jika bersama dalam rumah ibadah, kegiatan ritual keagamaan dipimpin oleh penatua jemaat atau pimpinan agama, tetapi dalam masa covid-19, ritual keagamaan tersebut "diambil alih" oleh kepala keluarga atau salah seorang yang ditunjuk di antara anggota keluarga;
4) Keakraban sebagai satu keluarga semakin dibina dan dipupuk termasuk keakraban dalam menjalankan ibadah. Seluruh anggota keluarga dapat mengambil bagian secara penuh dalam kegiatan ibadah tersebut.
3. Stay at Home (SAH) atau Work from Home (WFH) dan Tanggung Jawab Moral dalam Pekerjaan
Banyak orang salah menerjemahkan imbauan dari Pemerintah terkait dengan beberapa ajaran praktik - teknis seperti jaga jarak minimal 1 (satu) meter, diusahakan untuk tidak keluar rumah, tinggal di rumah, dan lain sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sekolah dan pendidikan formal. Aktivitas mengajar praktis tidak bisa dilakukan dengan tatap muka di kelas / sekolah, tetapi harus dilakukan secara daring / online.
Pemindahan kelas belajar dari sekolah ke rumah, seharusnya memindahkan aktivitas belajar tatap muka dari kelas ke "dari rumah ke rumah" atau "antara rumah guru dengan rumah siswa".
Seharusnya pula kegiatan pembelajaran antara rumah guru dan rumah siswa dilaksanakan setiap harinya, dan bahkan bisa mengikuti jadwal atau roster yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.
Namun justru boleh jadi, yang terjadi adalah guru memberikan tugas di awal saat sebelum "stay at home" dan nanti dikumpulkan ketika hari pertama kembali aktif di sekolah. Tentu ini tidak ada bedanya dengan "memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah" atau seperti "Pekerjaan Rumah". Maka, makna dari "pembelajaran daring / online menjadi hilang."
Tindakan ini tentu membuat banyak orang menjadi "stay at home" dan bukan lagi "work from home". Dalam hari-hari dikarantina oleh covid-19 di rumah, orang akhirnya lebih menikmati "stay at home" dan bukan "work from home". Tentu tanggung jawab moral dalam mengisi hari-hari karantina mandiri harus sungguh dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan dengan sikap bijaksana. Menghadapi covid-19 menjadi saat di mana kita diajak untuk mempertanggung jawabkan waktu-waktu yang seharusnya melayani publik, baik di kantor, pusat pemasaran, maupun di lingkungan sekolah dan sosial kemasyarakatan.Â
Sibolga, 24 April 2020
Pesta St. Fidelis Sigmaringen, Pelindung Kustodi OFMCap Sibolga
PSL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H