Mohon tunggu...
Serenade Biru
Serenade Biru Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Saya adalah seorang siswa yang senang menulis sesuatu hal. Meluapkannya dengan cara menulis, terkadang cerpen,puisi dan berbagai hal yang membikin saya senang lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Pieter

20 November 2024   12:17 Diperbarui: 20 November 2024   12:21 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Saat itu tepat pukul sepuluh pagi,cuaca sudah sangat cerah,seruni tengah berada di halaman rumah bersama dua anak asuhnya. Ludwig berlarian menyusuri halaman yang ditumbuhi rumput-rumput serta kursi panjang yang sengaja di letakan menghadap ke arah jalan kecil di depan rumahnya. Martin duduk hendak tidur di pangkuan seruni karena mendengar alunan dari komponis Renaissance kegemaran Pieter.

Marrie pergi ke pasar sudah sekitar tiga puluh menit,dan sengaja agar Seruni yang mengurus Martin dan Ludwig untuk beberapa saat.

   Pieter membawa Martin dan Ludwig. Lalu Pieter menarik seruni ke belakang halaman rumah yang luas, bahkan lebih luas dari halaman depan rumahnya. Halaman belakang pun sama, di tumbuhi rumput-rumput kecil dan sekitar beberapa ratus meter terdapat turunan dan di turunan itu terdapat sungai kecil dengan air jernih, beberapa orang sering mengambilnya untuk keperluan, baik di minum atau pun di pergunakan untuk hal-hal lainnya.

Di seberang sungai masih terdapat rumput-rumput kecil luas yang terhampar bagai lautan,dan Pieter yang memilikinya.

Mereka berdua duduk menghadap sungai, merasakan angin yang secara tiba-tiba mengenai rambut mereka. Pieter mencium perlahan pipi seruni dengan bibirnya. Mencium bibir seruni dengan bibirnya. Seruni di dekapanya,di tidurkan tepat di bawahnya. Kain seruni di tarik dan di lempar sekitar satu meter dari arah mereka. Pieter masih memburu bibir seruni yang kemerah-merahan, tarikan dan hisapan, di genggamnya dada kecil seruni, tidak penuh di genggaman meneer pun.

Semua kain yang melekat di tubuh seruni sudah hilang, sebagian terbang terbawa angin melintasi sungai kecil di hadapan mereka.

Masih di dekapannya tubuh kecoklatan Seruni, 

Tubuh itu jadi lebih mempesona karena sinar yang tertuju tepat ke arah seruni, Pieter menjelajahi hampir semua bagian tubuh seruni,tak ada yang dia lewatkan,dari setiap hutan dan lekukan-lekukan meneer jelajahi sudah. Seruni melenguh, serangan rudal Pieter tepat dan pas memporak-porandakan hasrat seruni yang tinggi itu.

Pieter melenguh bersama tiupan angin yang mengibaskan rambut Seruni dan samar-samar dari kejauhan terdengar suara tangisan Martin yang sebelumnya tertidur memanggil-manggil papanya yang tiba-tiba pergi entah kemana. Seruni terkejut tidak karuan mendorong tubuh Pieter yang tengah berada tepat di atasnya.

   Tiga puluh menit, Pieter berpakaian lengkap,kain seruni terbang terbawa angin menyebrangi sungai kecil di hadapan mereka. Pieter memangku Seruni dengan perlahan membawanya menelusuri lautan rumput menuju ke rumahnya.

   Marrie terkejut saat kembali dari pasar mendengar Martin menangis,Marrie Mencari-cari Seruni. Memanggil-manggil suaminya. Tapi mereka berdua masih tidak ada jawaban juga. Marrie duduk di halaman  membawa kedua anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun