"Kowe mau ke pasar,seruni?."
  "hendak berangkat,tuan."
  "kowe punya wajah manis,sudah  Â
   bersuami?."
Meneer tersenyum seraya memegang dan mengusap kain dan kaki seruni,dan seruni hanya menunduk melihat tangan putih berbulu itu.
  Di perjalanan,tangan putih itu masih samar-samar terasa di kaki seruni,tangan hangat itu membikin gejolak seruni semakin naik dan pikir seruni---ah melayang bersamanya.
  Sudah dua hari meneer tidak terlihat oleh Seruni. Marrie berucap bahwa suaminya tengah berada di Belanda untuk mengunjungi orang tua nya. Pergi menggunakan kapal Belanda sekitar tiga hari sebelumnya. Seruni rindu tidak karuan,ingin sekali lagi dia merasakan tangan berbulu Pieter menyentuhnya lagi.
Karena ketiadaan Pieter, Marrie jadi meminta Seruni untuk lebih sering menemuinya. Seruni selalu datang ke rumah Pieter pada sore hari, meminta izin pada orangtuanya bahwa dia akan tidur di rumah Pieter pada malam harinya.
Marrie sungguh senang bukan kepalang. Pasalnya rumah itu terlalu luas jika di isi hanya oleh tiga orang saja.
  Setiap pagi seruni pulang ke rumah orang tuanya,mengambil kue-kue untuk di bawa ke pasar nantinya. Sore hari seperti biasanya Seruni pergi ke rumah Pieter membantu dan mengasuh anak mereka yang masih kecil-kecil itu. Menyiapkan makan malam pada pukul 7 dan menidurkan Martin dan Ludwig pada pukul sembilan lebih tiga puluh menit.
Selepas itu menyiapkan teh hangat untuk Marrie yang sering duduk-duduk di halaman seraya bersenandung menikmati udara sejuk pada malam itu.