Mohon tunggu...
Septya Adinda
Septya Adinda Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Jadilah maunisa yang bermanfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Agama dalam Kehidupan Bermasyarakat

21 Juni 2019   22:45 Diperbarui: 29 Juni 2021   11:56 24742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang agama memerlukan suatu sikap yang ekstra hati-hati. Sebab agama merupakan persoalan sosial, tetapi penghayatannya sangat bersifat individual. Apa yang dipahami dan apa yang dihayati sebagai agama oleh seseorang sangat tergantung pada keseluruhan latar belakang dan kepribadiannya. Hal itu seantiasa membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain dan membuat agama menjadi bagian yang sangat mendalam dari kepribadian atau privasi seseorang. Maka dari itu agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan sosial.

Baca juga: Perubahan Peran Agama di Masyarakat dalam Aspek Politik Ditinjau dari Teori Modernisme

Selain itu agama merupakan pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap agama yang diyakini. Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Untuk memperoleh pemahaman tentang peranan agama lebih jauh lagi, Abul Qosim Al-Khu'i, penulis buku Menuju Islam Rasional mengatakan, pada dasarnya kita membutuhkan agama dikarenakan agama mampu melestarikan hubungan yang baik dan harmonis antar manusia. (Nazwar, 2016)

Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat dipahami dalam poin-poin berikut: Pertama, agama menghidupkan nilai luhur moralitas. Diturunkannya agama kepada manusia mempunyai agenda menghidupkan moralitas dalam rangka mengatur kehidupan manusia. Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru kepada prinsip kebaikan, seperti keadilan, kejujuran, toleransi, dan tolong-menolong.

Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat mendukung untuk tindakan kebaikan. Artinya, agama tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai bagian iman secara keseluruhan. Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat mengikat kepada setiap penganutnya.

Abul Qosim Al-Khu'i menegaskan, tanpa bantuan agama, dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kebajikan atau moralitas tersebut niscaya akan kehilangan maknanya dan akan menjelma menjadi serangkaian nasihat belaka yang bersifat tidak mengikat. Dengan kata lain, nilai-nilai tanpa makna hanya bercorak nasihat tidak lebih dari sekedar anjuran atau seruan belaka, misalnya, diucapkan seorang sahabat karib kita, sementara kita sendiri bebas untuk menerima atau menolaknya.

Kedua, agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi pelbagai penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari serangan keputusasaan dan hilangnya harapan. Berkat keimanan yang kuat dan keyakinan bahwa Allah pasti memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul dan setiap jalan buntu yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan diatasi. Alhasil, ia akan mampu menghindar dari rongrongan keputusasaan dan kesia-siaan. (Nazwar, 2016)

Jadi, selain peran iman sebagai kekuatan pendorong/motivasi, tetapi juga merupakan faktor yang memungkinkan manusia sanggup menghadapi dan menanggung cobaan hidup dengan penuh ketegaran dan menyelamatkannya dari kepahitan akibat kegagalan dan kekecewaan yang alami. 

Baca juga: Inilah Peran Agama dan Negara

Ketiga, agama menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur'an merupakan pedoman hidup yang tidak pernah berubah setiap zaman. Meskipun terdapat berbagai perbedaan tafsiran dalam memahaminya, namun tidak pernah ada perubahan dalam kitab suci yang diyakini kebenarannya tersebut.

Pada faktanya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya pegangan atau pedoman yang menjadi acuan dalam hidup. Karenya, ia akan cenderung berusaha mengisi hidupnya dengan cara dan jenis pedoman hidup apapun, meski pedoman tersebut beserta nilai-nilai yang dikandungnya itu keliru dan menyesatkan. Pada saat itu, kehidupan intelektualnya tidak diisi dengan keyakinan yang masuk akal dan ajaran yang sehat. Dalam keadaan demikian, agama dapat menjadi pegangan hidup dan intelektual dengan ajaran yang sehat dan mampu menyelamatkan seseorang dari dorongan kecenderungan ke arah kesia-siaan dalam menjalani kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun