Berbicara tentang agama memerlukan suatu sikap yang ekstra hati-hati. Sebab agama merupakan persoalan sosial, tetapi penghayatannya sangat bersifat individual. Apa yang dipahami dan apa yang dihayati sebagai agama oleh seseorang sangat tergantung pada keseluruhan latar belakang dan kepribadiannya. Hal itu seantiasa membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain dan membuat agama menjadi bagian yang sangat mendalam dari kepribadian atau privasi seseorang. Maka dari itu agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan sosial.
Baca juga: Perubahan Peran Agama di Masyarakat dalam Aspek Politik Ditinjau dari Teori Modernisme
Selain itu agama merupakan pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap agama yang diyakini. Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Untuk memperoleh pemahaman tentang peranan agama lebih jauh lagi, Abul Qosim Al-Khu'i, penulis buku Menuju Islam Rasional mengatakan, pada dasarnya kita membutuhkan agama dikarenakan agama mampu melestarikan hubungan yang baik dan harmonis antar manusia. (Nazwar, 2016)
Secara lebih terperinci, pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia dapat dipahami dalam poin-poin berikut: Pertama, agama menghidupkan nilai luhur moralitas. Diturunkannya agama kepada manusia mempunyai agenda menghidupkan moralitas dalam rangka mengatur kehidupan manusia. Agama sangat mendukung nilai luhur yang menyeru kepada prinsip kebaikan, seperti keadilan, kejujuran, toleransi, dan tolong-menolong.
Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat mendukung untuk tindakan kebaikan. Artinya, agama tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifat moralitas, namun juga menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas sebagai bagian iman secara keseluruhan. Tak hanya moralitas yang ditekankan agama bersifat mengikat kepada setiap penganutnya.
Abul Qosim Al-Khu'i menegaskan, tanpa bantuan agama, dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kebajikan atau moralitas tersebut niscaya akan kehilangan maknanya dan akan menjelma menjadi serangkaian nasihat belaka yang bersifat tidak mengikat. Dengan kata lain, nilai-nilai tanpa makna hanya bercorak nasihat tidak lebih dari sekedar anjuran atau seruan belaka, misalnya, diucapkan seorang sahabat karib kita, sementara kita sendiri bebas untuk menerima atau menolaknya.
Kedua, agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi pelbagai penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari serangan keputusasaan dan hilangnya harapan. Berkat keimanan yang kuat dan keyakinan bahwa Allah pasti memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul dan setiap jalan buntu yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan diatasi. Alhasil, ia akan mampu menghindar dari rongrongan keputusasaan dan kesia-siaan. (Nazwar, 2016)
Jadi, selain peran iman sebagai kekuatan pendorong/motivasi, tetapi juga merupakan faktor yang memungkinkan manusia sanggup menghadapi dan menanggung cobaan hidup dengan penuh ketegaran dan menyelamatkannya dari kepahitan akibat kegagalan dan kekecewaan yang alami.Â
Baca juga: Inilah Peran Agama dan Negara
Ketiga, agama menjadi pegangan dan pedoman hidup. Al-qur'an merupakan pedoman hidup yang tidak pernah berubah setiap zaman. Meskipun terdapat berbagai perbedaan tafsiran dalam memahaminya, namun tidak pernah ada perubahan dalam kitab suci yang diyakini kebenarannya tersebut.
Pada faktanya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya pegangan atau pedoman yang menjadi acuan dalam hidup. Karenya, ia akan cenderung berusaha mengisi hidupnya dengan cara dan jenis pedoman hidup apapun, meski pedoman tersebut beserta nilai-nilai yang dikandungnya itu keliru dan menyesatkan. Pada saat itu, kehidupan intelektualnya tidak diisi dengan keyakinan yang masuk akal dan ajaran yang sehat. Dalam keadaan demikian, agama dapat menjadi pegangan hidup dan intelektual dengan ajaran yang sehat dan mampu menyelamatkan seseorang dari dorongan kecenderungan ke arah kesia-siaan dalam menjalani kehidupan.
Keempat, agama mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Selain memberikan pedoman hidup yang bersifat spiritual, agama juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Keyakinan agama mengajarkan kepada manusia bahwa pengetahuan tak terbatas merupakan sumber dari keteraturan alam yang berlaku di jagat raya ini (yang menjadi dasar dari teori ilmu pengetahuan), yang diibaratkan sebagai sebuah buku maha besar yang dikarang seorang sarjana yang sangat cerdas. Setiap halamannya yang berisi serangkaian paragraf dan kalimat, mengandungi cahaya kebenaran yang mendorong kita untuk mempelajari dan merenungkannya. (Nazwar, 2016)
Kelima, agama sebagai integrator (menyatu padukan), baik individual maupun sosial, dalam arti bahwa agama mengintregasikan dan menyerasikan segenap aktivitas manusia, baik sebagai perseorangan maupun anggota masyarakat, yaitu integrasi dan keserasian sebagai insan yang taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta integrasi dan keserasian antara manusia sebagai makhluk social dalam hubungannya dengan sesama dan lingkungannya. Dengan kata lain, integrasi dan keserasian antara mengejar kebaikan dunia dan akhirat.
Keenam, agama sebagai sublimator (memperindah) Â agama menyandukan dan mengkuduskan segala perbuatan manusia, sehingga perbuatan manusia, bukan hanya yang bersifat keagamaan saja, tetapi setiap perbuatan dijalan kan dengan tulus ikhlas dan penuh pengabdian karena keyakinan agama, bahwa segala pekerjaan yang baik merupakan bagian pelaksanaan ibadah insan terhadap Sang pencipta atau al-kholiqnya atau Tuhan Yang Maha Esa.Â
Ketujuh, agama sebagai sumber inspirasi (ilham) budaya bangsa Indonesia, melahirkan hasil budaya fisik berupa cara pakaian yang sopan dan indah, gaya arsitektur, dan lain-lain, serta hasil budaya nonfisik seperti seni budaya yang menafaskan agama kehidupan beragama yang jauh dari syirik dan musyrik. (Youlie, 2013)
Baca juga: Peran Agama dalam Mengatasi Wabah Covid-19
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yan diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsinya ialah menyediakan dua hal. Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh manusia, dalam artian dimana deprivasi (pencabutan) dan frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang mempunyai makna. Kedua, sarana ritual yang memungkinkan hubungan  manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.
Demikian peran agama yang telah menggerakkan peradaban manusia. Proses terbentuknya kehidupan manusia sepanjang sejarah hingga saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran agama. Dengan keimanan, agama telah mampu mengarahkan kehidupan manusia kepada kehidupan yang baik, berkemajuan dan keharmonisan.
Sumber :
- http://ariantiyoulie.blogspot.com/2013/11/peran-dan-fungsi-agama-dalam-masyarakat.html?m=1
- https://palembang.tribunnews.com/amp/2016/06/16/peranan-agama-dalam-kehidupan-manusia#referrer=https://www.google.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H