Adzan ashar sudah berkumandang sepuluh menit yang lalu, namun yang ditunggu-tunggu Joni belum juga datang. Pak Haji, begitu beliau sering disebut. Karena yang ditunggu tak kunjung datang juga, Joni memutuskan untuk sholat terlebih dulu. Mungkin kali ini Pak Haji ada urusan yang membuatnya tidak bisa datang ke masjid untuk sholat berjamaah dengannya seperti biasa.
Selesai sholat Joni menyiapkan meja dan tikar untuk pengajian anak-anak di serambi. Sebentar lagi pasti mereka berdatangan. Ini sudah memasuki hari ke sepuluh di bulan Ramadan. Seperti tahun sebelumnya, Joni diminta untuk membantu Pak Haji mengajar TPA setiap sore selama bulan Ramadan. Tak banyak muridnya, hanya sekitar lima belasan anak yang rajin datang.
Jam sudah mendekati pukul empat sore, satu persatu anak-anak mulai berdatangan. Joni berharap Pak Haji tetap datang sore ini. Dari tadi malam ia tak melihatnya. Keinginannya untuk datang ke rumah Pak Haji ia urungkan, karena ia tahu terkadang Pak Haji mendapat tamu penting. Mungkin kali ini juga.
“Mas, Pak Haji belum datang?” Tanya seorang anak pada Joni
“Belum, ayo semuanya masuk. Kita mulai pengajiannya.”seru Joni mengajak anak-anak yang masih main sepeda di halaman masjid.
Pengajian pun dimulai tanpa Pak Haji yang mendampingi Joni. Pengajian ini diisi dengan hafalan surat-surat pendek, lalu terkadang diselingi Pak Haji yang menceritakan kisah-kisah nabi dan para sahabatnya. Anak-anak paling antusias kalau Pak Haji mau bercerita. Pengajian ini baru akan berakhir menjelang berbuka puasa. Mereka akan berbuka dari takjil yang diberikan oleh warga secara bergiliran setiap harinya.
Kali ini Joni harus mengakhiri pengajian lebih awal. Dia harus mempersiapkan minuman dan takjil yang harus dibaginya nanti. Biasanya Pak Haji mengambil sesi kedua di pengajian dengan mendongeng, dengan begitu Joni bisa mempersiapkan takjilnya.
“Mas, aku bantu ya.” Dedi datang ke dapur masjid menawarkan bantuan. Joni mengangguk.
Satu cerek teh manis ia tuangkan dalam gelas plastik warna-warni yang ditata Dedi berjejer di atas nampan. Kali ini takjil yang didapat adalah roti pisang coklat. Dedi membantu membagikan roti satu persatu ke teman-temannya. Sementara Joni membagikan gelas berisi teh manis.
Waktu berbuka masih dua menit lagi, Joni meminta Dedi memimpin teman-temannya untuk membaca doa berbuka puasa bersama-sama. Dedi dengan malu-malu berdiri di depan teman-temannya. Joni tersenyum geli melihat ekspresi Dedi. Mereka pun segara berbuka ketika mendengar suara “ngung” dari radio yang dinyalakan Joni.
Seperti sudah menjadi kebiasaan, setelah selesai berbuka. Mereka akan membawa gelas mereka masing-masing ke dapur sebelum mengambil wudhu untuk sholat maghrib berjamaah. “Mungkin Pak Haji akan datang sholat maghrib berjamaah.” batin Joni selesai mengumandangkan adzan maghrib