Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bijak Atur Keuangan Bantu Lunasi Masa Depan

29 April 2016   14:15 Diperbarui: 29 April 2016   15:20 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya menganggap dana untuk membeli motor itu adalah jumlah hutang yang harus saya bayar. Hutang kepada diri sendiri.  Karena tidak mungkin untuk membayarnya sekaligus, jadi saya mencicilnya. Setiap bulan, saya menyisihkan dalam jumlah yang sama di tabungan. Perlahan pundi-pundi tabungan saya mulai terisi, walaupun jika dibandingkan harga motor baru masih jauh.  

Selain dari gaji yang disisihkan, tabungan untuk mewujudkan impian itu juga didapat dari bonus. Walaupun tidak rutin tiap bulannya, namun bonus yang didapat lumayan jumlahnya untuk menambah dana yang dibutuhkan. Akhirnya akhir 2015 saya mampu mengganti motor lama dengan yang baru. Walaupun masih harus pinjam dari orang tua untuk “nombok” sekian persennya. Puas rasanya ketika melihat motor itu diturunkan di depan rumah. Seperti sebuah pencapaian setelah “mengangsur” selama hampir 2 tahun terbayar.

Godaan pasti akan datang

Dalam 2 tahun itu jangan dipikir tidak ada “godaan” sama sekali. Banyak godaan yang datang seperti ketika jalan ke suatu tempat lalu lihat barang yang menarik. Hemm pasti setelah melihat barangnya yang selanjutnya cek harganya. “bagus nih, harganya juga masih amanlah buat dompet.” Pasti ada saja seperti itu. Belum lagi kalau kumpul bareng teman, makan di luar, nonton. Hal- hal kecil akan tetapi dijumlahkan nilainya cukup menguras dompet juga.

Pernah beberapa kali terpaksa mengambil uang yang harus di setor sebagai “angsuran” untuk membeli barang yang jika ditengok lagi kepentingannya, masih tergolong barang kurang penting. Karena itu adalah dana hutang, maka saya juga harus mengembalikannya di bulan berikutnya. Begitu juga ketika saya di bulan tertentu tidak bisa menyisihkan untuk “mengangsur” maka di bulan berikutnya saya menerapkan “bunga”. Sehingga, dibulan berikutnya saya harus menyetor angsuran + bunga.

Godaan terbesar adalah ketika ponsel saya rusak, entah kenapa. Hingga akhirnya hanya bisa untuk SMS dan telpon saja. Sempat terpikir, “apa ganti ponsel dulu ya ?” Namun, saya urungkan niat itu dan kembali ke tujuan awal.

Mulailah berinvestasi

Untuk mengantisipasi kebobolan karena kurangnya disiplin diri, saya membagi tabungan menjadi dua. Ada sebagian yang saya simpan dalam bentuk emas. Tidak masalah jika masih dalam jumlah gram yang kecil. Yang terpenting dana itu “aman”.   Dengan begitu saya tidak bisa seenaknya untuk membelanjakan uang. Harga emas yang stabil dan cenderung naik lah yang menjadi alasan saya. Mencoba berinvestasi kecil-kecilan.

Setelah motor terbeli, tabungan terkuras. Artinya saya harus memulai lagi untuk menabung. Atau dengan kata lain, saya kembali mempunyai hutang.  Hutang mengembalikan uang yang saya pakai untuk membeli motor . Selain itu, saya juga memiliki hutang yang sebenarnya, yakni pinjaman dari orang tua saya. Walaupun uang untuk nombok beli motor adalah milik orang tua, akan tetapi istilahnya tetap “pinjam” atau hutang. Jadi tetap saja saya harus mengembalikannya.

Agar mudah untuk membuat anggaran setiap bulannya. Untuk hutang ke orang tua, saya menentukan jangka waktunya. Dalam berapa lama saya harus melunasinya. Hal itu memudahkan saya untuk menyisihkan uang setiap bulannya. Uang “angsuran” untuk tabungan pun tetap harus berjalan.

Ada keinginan untuk mencoba ikut tabungan berjangka, dengan tabungan itu maka otomatis saya bisa memaksa diri untuk menabung, karena nantinya akan secara otomatis di debet dari rekening. Namun saya lebih memilih untuk membuka rekening syariah. Rekening itu saya perlakukan sebagai dana beku. Kartu ATM nya pun saya tinggal di rumah. Alangkah bahaya nya jika kartu itu saya bawa kemana-mana. Kembali lagi ke disiplin diri. Prosesnya masih sama, setelah gajian, saya menyisihkan dana untuk  hutang masa depan. Hanya saja sekarang berbeda rekening.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun