Bapak terus mengayuh sepeda menyusuri jalan kampung, sementara aku membonceng di belakang sambil mengomentari kebiasaan bapak itu.
Aku turun ketika sampai di halaman masjid.
Masjid ini tergolong masjid tua dibanding masjid yang lain yang berada di kampung ini.
Dan benar saja, setiap kali aku sampai di masjid. Suasana masjid masih sepi. Jamaah lain belum datang, baru dua orang bapak-bapak. Salah satunya yang biasanya menjadi muadzin. Selalu seperti ini.
_
Ketika tarawih selesai jamaah keluar bergegas pulang, ada beberapa yang bertahan di masjid untuk tadarus. Aku menunggu bapak di dekat parkiran.
“Nunggu siapa Ian ?” tanya salah seorang bapak yang mengenalku.
“Bapak.”
Dari kejauhan kelihatan bapak berjalan menuju ke arahku.
“Tadi, tak suruh ninggal aja. Kok nggak mau Diannya.” seloroh bapak itu lagi
“Ninggal gimana, wong buat temen kok.” Jawab bapak sambil mengambil sepedanya.