Buat bapak, aku yang membonceng setiap kali pergi dan pulang dari masjid dianggap sebagai teman perjalanan. Karena dengan bersama aku bapak bisa sambil ngobrol banyak hal. Ibu ? Ibu sudah pergi dulu bareng tetangga yang naik motor. Jadilah hanya aku.
Bapak mulai mengayuh sepedanya, beberapa jamaah sekitar masjid memilih untuk berjalan kaki.
“Ealah kebalik itu Ian. Harusnya kamu yang boncengin bapakmu.” canda salah seorang yang berjalan
“Ya ndak kuat aku bulek.” Jawabku sambil lalu
Bapak hanya tertawa mendengar gurauan itu.
_
Sama seperti remaja lainnya, aku terkadang malas untuk tarawih. Seperti malam ini. Setelah shalat maghrib aku masih klesotan di kasur. PAdahal jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat lima menit. Samar- samar aku mendengar dari kamar kalau bapak sudah mengambil wudhu.
Setelahnya bapak menghampiri aku di kamar.
“Kok malah leyeh-leyeh, jam berapa ini. Sana cepet ambil wudhu.”
“Aku nggak berangkat ah Pak.”
“Kenapa? Wong nggak sakit, nggak kenapa-kenapa kok.”