_
Kemarau terus berlalu. Mengantar menuju bulan Ramadhan yang bertabur pertandingan sepak bola.
“Baiklah kita lihat saja tim siapa yang bakal menang.” Tantang mu di tempat yang didominasi warna putih itu.
“Siapa takut.”
Ajang sepak bola empat tahunan itu menjadi fokus kita. Tentulah kita menjagokan tim kita masing-masing. Menginginkan tim kita yang menang. Yang jelas berbeda.
_
Kemarau ternyata begitu cepat melesat. Mengundurkan diri lalu mempersilakan hujan menggantinya. Separuh perjalanan musim ini aku lalui sudah. Agak terasa lama. Sesekali dihinggapi pertanyaan, apakah kau melihat senja sore ini? di sini hujan, mendung hitam.
Di separuh musim hujan ini aku melihatmu. Lagi. Apa yang kau lakukan duduk sendiri di tempat itu ? Aku hanya mengamati dari kejauhan. Tak ada senja hari ini. Untuk apa kau duduk di sana?
Ketika aku sudah memastikan tak ada senja merah hari itu, aku melangkah, membawa kakiku menuju tempat yang di dominasi warna putih itu. Terhenti aku di depan pintu. Ragu untuk mengetuk. Satu kali. Dua kali.
“Hei, apa kabar ?” sapa ku seketika setelah ku pastikan pintu itu tak terkunci.
“Baik.” Reaksimu sedikit terkejut dengan kedatanganku.