Mohon tunggu...
Septian Radi Chandra
Septian Radi Chandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo semuanya, Saya Septian Radi Chandra biasa di panggil radi dan saat ini saya merupakan Mahasiswa Psikologi di Universitas Pembangunan Jaya. Saya berharap semoga tulisan yang saya publish dapat bermanfaat untuk kalian para pembaca, terima kasih.

Done stop when you are tired. Stop when you are done.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melawan Hoax: Peran Pemikiran Kritis dalam Era Informasi Palsu

21 Juni 2024   14:25 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal tersebut dapat bertujuan untuk bisa meningkatkan penalaran individu melalui tiga element yang utama yaitu unsur penalaran, standar intelektual dan juga sifat intelektual. (Paul & Elder, 2020) menyebutkan bahwa berpikir secara kritis melibatkan pemikir dengan sadar berusaha untuk menganalisis isu atau permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi, oleh karenanya tentu dibutuhkan perilaku disiplin intektual untuk individu mau secara aktif dan mendalami proses memahami, menganalisis, dan juga mengevaluasi banyaknya informasi-informasi yang sudah diperoleh olehnya.

            Jika di kaitkan dengan konteks permasalahan hoax, maka berpikir kritis mengajarkan setiap individu untuk perlu membiasakan diri dengan menggunakan analisis kritis yang berfokus pada informasi, teks, opini, dan juga aspek sosial. Kemudian perlu adanya identifikasi lebih lanjut terkait dengan informasi yang beredar di era digital ini. Tak lupa untuk selalu mempertimbangkan berbagai macam hal secara lebih luas.

            Dalam buku pemikiran kritis & kreatif yang disusun oleh  (Susanti et al., 2020) dijelaskan bahwa dalam era globalisasi yang memunculkan peluang akan banyakan penyebaran informasi, manusia modern memerlukan keterampilan diri agar dapat bertahan hidup dalam memecahkan persoalan-persoalan secata bijak dan bisa melakukan komunikasi dengan baik. 

Kata kritis sejatinya berasal dari bahasa yunani kuno yang memiliki arti sebagai: orang yang dapat memberikan pendapat disertai alasan atau disebut analisis, pertimbangan-pertimbangan nilai, bentuk interpretasi ataupun juga pengamatan. Seseorang yang sudah memiliki pemikiran kritis pada dasarnya mampu melihat banyaknya informasi sebagai bentuk bahan yang dapat dipertimbangkan sebelum di yakini begitu saja.

Hal tersebut juga didukung dengan penjelasan dalam buku Thinking Skill: Pengantar Menuju Berpikir Kritis yang ditulis oleh (Faiz, 2013) bahwa terdapat keterampilan-keterampilan yang ada untuk menuju proses berpikir kritis terlebih dalam upaya menangani hoax di era informasi palsu ini,  keterampilan yang diperlukan tersebut ialah:

  • Keterampilan dalam menganalisis

Merupakan bentuk keterampilan dimana individu akan menguraikan suatu struktur menuju komponen-komponen sehingga mengetahui bagimana pengorganisasiannya. Dalam hal ini tujuan pokok yang akan dicapai ialah dapat memahami bagaimana sebuah konsep secara global ataupun umum melalui menguraikannya secara terperinci.

  • Keterampilan dalam melakukan sintesis

Merupakan bentuk keterampilan dimana individu mencoba untuk melakukan penggabungan bagian-bagian yang sudah menjadi sebuah susunan ataupun bentuk yang terbilang baru.  Jika terdapat informasi mengenai suatu hal, maka dalam proses ini individu dapat menyatupadukan beberapa informasi-informasi lainnya yang didapatkan sehingga dapat memperkuat dugaan informasi tersebut.

  • Keterampilan dalam memahami dan memecahkan informasi

Merupakan bentuk keterampilan dimana individu dapat memahami informasi dengan kritis dan menetapkan beberapa pikiran yang utama sehingga pada akhirnya dapat melahirkan bentuk-bentuk ide yang baru hasil dari adanya konseptualisasi.

  • Keterampilan dalam menyimpulkan

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan akal pikiran dari seorang individu dengan berdasarkan pengetahuan (kebenaran) yang sudah didapatinya sehingga dapat mencapai pema pengetahuan ataupun kebeneran yang lainnya, dalam hal ini individu dituntut untuk bisa memahami banyaknya aspek dengan bertahap hingga dapat mencapai formula baru yaitu sebuah kesimpulan

  • Keterampilan dalam mengevaluasi dan menilai

Merupakan keterampilan yang menuntut seorang individu untuk dapat memikirkan secara matang dalam menentukan nilai dari sebuah informasi. Dalam hal ini pada akhirnya seorang individu dapat memberikan sebuah penilaian dengan menggunakan standar dan argumen-argumen kebenaran dari hasil analisis yang sudah dilakukan.

Dalam buku panduan berpikir kritis menghadapi berita palsu (hoax) di media sosial yang ditulis oleh (Pratama et al., 2019), terdapat beberapa cara agar kita dapat melawan hoax dengan mendeteksi berita hoax tersebut, diantaranya yaitu:

  • Melakukan pertimbangan sumber berita
  • Melakukan cek penulis informasi atau berita yang beredar. Apakah mereka meyakinkan dan kredibel?
  • Melakukan pengecekan tanggal. Memeriksa lebih lanjut apakah ini merupakan informasi atau berita lama yang kemudian di lakukan penyajian kembali
  • Melakukan pengecekan bias pada diri sendiri. Mencoba untuk kembali refleksi apakah keyakinan yang ada dalam diri kita dapat mempengaruhi keputusan yang nantinya akan kita ambil setelah membaca informasi tersebut?
  • Membaca informasi secara lengkap dan menyeluruh
  • Mencari dan melakukan analisis terhadap sumber-sumber pendukung yang lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun