Mohon tunggu...
Septian Radi Chandra
Septian Radi Chandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo semuanya, Saya Septian Radi Chandra biasa di panggil radi dan saat ini saya merupakan Mahasiswa Psikologi di Universitas Pembangunan Jaya. Saya berharap semoga tulisan yang saya publish dapat bermanfaat untuk kalian para pembaca, terima kasih.

Done stop when you are tired. Stop when you are done.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Melawan Hoax: Peran Pemikiran Kritis dalam Era Informasi Palsu

21 Juni 2024   14:25 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, bagaimana dampak dari penyebaran informasi palsu atau hoax tersebut? 

            Faktanya, hoax memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai macam aspek dalam kehidupan. Dalam (Lokananta & Herlina, 2018) dijelaskan bahwa adanya informasi palsu atau hoax dapat menimbulkan adanya konflik bagi banyak kalangan. Hoax sendiri sering sekali digunakan dengan tujuan untuk dapat memanipulasi berbagai macam opini publik yang pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakstabilan. 

Informasi palsu yang sudah menyebar tersebut dapat dengan mudah mempengaruhi persepsi dari masyarakat mengenai isu atau individu yang kemudian mendorong terjadinya protes hingga kerusuhan (konflik). 

Informasi palsu juga sering sekali dibuat agar dapat memecah belahkan masyarakat sekitar dengan upaya menghasut setiap kelompok. Adanya polarisasi tersebut pada akhirnya mampu memperdalam timbulnya perpecahan secara sosial, kemudian mengurangi perilaku toleransi hingga dapat meningkatkan bentuk permusuhan dalam kelompok (Pinardi & Darmawanti, 2023).

            Survei yang sudah dilakukan terkait wabah hoax nasional oleh Mastel atau Masyarakat Telematika Indonesia, mendapatkan hasil mengenai gambaran persepsi dari para masyarakat mengenai informasi palsu atau hoax. 

Hasil tersebut diantaranya yaitu sebanyak 84,50% dari masyarakat merasa terganggu dengan kehadiran berita hoax, 75,90% berita hoax tersebut dapat mengancam kerukunan dari kehidupan bermasyarakat, 70,90% menjawab bahwa hadirnya berita hoax mampu menghambat segi pembangunan nasional yang ada di indonesia. Sebanyak 44,30% dari masyarakat merasa menerima adanya berita hoax di setiap harinya (Ginting, 2020). 

            Berita hoax atau palsu pada dasarnya juga berdampak bagi kesehatan mental masyarakat. Saat individu mencoba langsung begitu saja percaya dan menerima adanya informasi palsu, hal tersebut daoat menimbulkan adanya trauma secara psikologis baik itu bersifat langsung maupun tidak langsung, kemudian informasi palsu yang diterima oleh individu juga pada akhirnya dapat menimbulkan kecemasan. 

Dari sebuah studi yang sudah dilakukan tepatnya di University of California San Francisco, kebanyakan dari psikolog sepakat secara bersama menyampaikan bahwa hoax dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan mental individu seperti halnya ialah Post-Traumatic Stress Syndrome atau dikenal juga dengan gangguan PTSD, kemudian juga menimbulkan rasa kecemasan hingga kekerasan. Psikolog tersebut juga menyampaikan bahwa orang-orang yang sudah terpapar hoax terlebih mengenai dirinya sendiri maupun orang terdekatnya bisa membutuhkan upaya terapi akibat rasa stress, kecemasan dan juga rasa kesepian yang menghampiri mereka (Nurfadilah, 2022). 

Apa yang bisa dilakukan untuk melawan Hoax di era informasi palsu ini? 

            Pemikiran kritis merupakan konsep berpikir yang harus diterapkan untuk melawan banyaknya berita hoax di era saat ini. Richard W. Paul bersama Linda Elder dalam buku critical thingking nya menjelaskan bahwa konsep berpikir kritis mampu membantu setiap individu untuk bisa menghadapi adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan digital sehingga menjadi lebih nyaman ketika ingin mengambil keputusan. 

Dalam buku yang mereka tulis, ia memperkenalkan konsep kerangka berpikir kritis dalam membantu para siswa untuk bisa menguasai dimensi berpikir yang mereka miliki melalui beberapa tahapan berupa identikasi bagian berpikir dan melakukan evluasi penggunaan bagian tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun