Mohon tunggu...
Santi Septiani
Santi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Di setiap kata yang tertulis, terbentang dunia yang tak terhingga

Seorang perempuan yang sedang berusaha menciptakan jejak bermakna dalam perjalanan hidupnya menuju impian sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mampu memberi inspirasi dan wawasan untuk banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Aruna

10 Januari 2025   08:24 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

           Sebuah rumah kecil dengan dinding dari anyaman bambu yang sudah mulai lapuk dimakan waktu berdiri di sebuah kampung kecil. Lantai rumah itu terbuat dari tembok tua, kasar, dan dingin, khas bangunan zaman dulu yang dibangun dengan sederhana namun kokoh. Rumah ini menjadi tempat tinggal Aruna, gadis kecil bungsu dari tiga bersaudara. Suara angin yang menerpa celah-celah anyaman bambu sering kali membawa kesejukan sekaligus rasa sepi yang menusuk di malam hari.

            Di sekeliling rumah Aruna, pepohonan rindang menjulang tinggi, seolah menjadi saksi bisu akan kehidupan yang penuh perjuangan. Warga kampung hidup sederhana, saling mengenal satu sama lain, dan suara ayam berkokok serta gemericik sungai kecil sering kali menjadi latar musik alami di pagi hari.

            Setiap sudut rumah kecil ini masih menyimpan kenangan akan ayah Aruna, seorang guru yang dihormati di kampung itu. Namun, sejak kepergian sang ayah pada tahun 1996, saat Aruna baru berusia 4,5 tahun, suasana rumah ini berubah. Kehilangan tersebut meninggalkan kekosongan yang tak tergantikan, terutama bagi Aruna yang tumbuh tanpa bimbingan sosok yang sangat ia cintai. Meski rumah itu tampak tenang dari luar, di dalamnya, Aruna dan keluarganya hidup dalam bayang-bayang duka mendalam yang seolah selalu mengintai di setiap sudut.           

            Ibunya Aruna seorang perempuan tangguh, berjuang seorang diri membesarkan ketiga anak perempuannya. Setiap hari, Aruna melihat ibunya berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam benak kecilnya, ia tak sepenuhnya memahami mengapa ayahnya harus pergi, mengapa hidup begitu sulit sejak itu.

            Hari demi hari berlalu, Aruna tumbuh menjadi gadis remaja yang pendiam namun penuh tekad. Meski banyak ujian yang datang keuangan keluarga yang seringkali terbatas, hingga perasaan sepi yang selalu menghantuinya ia terus berjuang. Di sekolah, Aruna selalu berusaha menutupi kekurangannya dengan prestasi. Baginya, menjadi siswa berprestasi adalah cara untuk mengenang ayahnya yang seorang guru.

            Tahun-tahun berlalu, dan tantangan hidup tidak pernah berkurang. Ketika teman-temannya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Aruna harus mengubur impiannya untuk sementara. Keluarga membutuhkan bantuannya, dan ia memilih bekerja untuk membantu ibunya yang mulai menua. Namun di dalam hati, Aruna selalu menyimpan keinginan besar untuk melanjutkan pendidikan. Ia percaya, suatu hari nanti, ia akan kembali mengejar mimpinya.

            Di usianya yang kini sudah 32 tahun, Aruna akhirnya membuat keputusan besar. Setelah bertahun-tahun bekerja dan menabung, ia memberanikan diri untuk kembali ke bangku kuliah. Ia sadar, perjalanan ini tidak akan mudah. Bekerja sambil melanjutkan pendidikan membutuhkan banyak pengorbanan, terutama waktu. Namun, Aruna yakin inilah saatnya. Tekad Aruna sudah bulat, dan ia tidak ingin lagi menunda impian yang selama ini terpendam.

            "Semua ini untuk ayah dan ibu," bisik Aruna di hati, saat ia melangkahkan kaki ke kampus pada hari pertamanya. Ia tahu perjalanan ini akan begitu panjang, tapi ia siap. Ujian hidup yang ia lewati selama bertahun-tahun telah mengajarinya satu hal, 'tidak ada yang lebih kuat dari hati yang teguh dan mimpi yang tak pernah padam'.

            Dalam kesendiriannya, Aruna sering teringat dengan sosok ayahnya. Meskipun sang ayah telah lama tiada, kehadirannya selalu terasa. Aruna yakin, dari dimensi yang berbeda sang ayah pasti bangga melihat anak bungsunya yang tak putus asa untuk terus berjuang. Dan kali ini, perjuangan itu untuk mewujudkan mimpi yang selama ini ia tunda, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk mengenang ayah yang selalu menjadi inspirasinya. Perjalanan hidup Aruna masih panjang, namun ia tidak takut. Sebab ia tahu, setiap langkah yang ia tempuh, adalah langkah menuju kebebasan dan keberhasilan yang sesungguhnya.

                                                                                                                                        ***

            Meski langkah Aruna di dunia pendidikan mulai mantap, hatinya kerap terhempas oleh kisah cinta yang tak mulus. Sejak remaja, ia sering kali merasakan getaran cinta, namun perjalanannya tak pernah mulus. Mungkin karena sejak kecil, Aruna terbiasa mandiri, mengandalkan dirinya sendiri, hingga ketika seseorang datang menawarkan cinta, ia kerap merasa tidak membutuhkan bantuan siapa pun. Hubungan yang pernah ia jalani selalu berakhir dengan kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun