Mohon tunggu...
Santi Septiani
Santi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Di setiap kata yang tertulis, terbentang dunia yang tak terhingga

Seorang perempuan yang sedang berusaha menciptakan jejak bermakna dalam perjalanan hidupnya menuju impian sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mampu memberi inspirasi dan wawasan untuk banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gunjingan di Balik Pintu Kelas

9 Januari 2025   09:20 Diperbarui: 9 Januari 2025   11:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Namun, sudah pasti tidak semua siswa merasakan hal yang sama. Di bagian belakang kelas, sekelompok murid saling menatap dengan pesimis. Terutama Arya, siswa yang paling sering mengkritik Bu Lola dalam bisik-bisiknya, hanya mendengus pelan. Ia menyilangkan tangan di dada dan memutar matanya, lalu berbisik sinis pada teman sebangkunya, “Huh! Palingan cuma kata-kata manis biar dia kelihatan bagus di mata kepala sekolah, entar juga balik lagi males-malesan.”

            Beberapa siswa lain, meskipun tidak berkomentar, menunjukkan ada keraguan di wajah mereka. Mereka diam, hanya mendengarkan tanpa memberikan reaksi apa pun. Mereka pernah berharap banyak dari Bu Lola, namun akhirnya mereka merasa kecewa dengan sikap Bu Lola sang guru Antropologi tersebut. Mereka merasa ragu apakah perubahan ini akan bertahan lama atau hanya sementara. Arya si paling pesimis terhadap perubahan Bu Lola menatap ke arah luar jendela, berusaha mengabaikan pidato Bu Lola, merasa ragu bahwa hal ini akan membawa perubahan nyata.

            Di tengah-tengah kelas yang terpecah antara yang percaya dan yang pesimis, Bu Lola dapat merasakan hal itu. Tapi kali ini, ia tidak membiarkan perbedaan itu menghentikan niat baiknya. Dengan tekad baru, ia tahu bahwa hanya dengan konsistensi dan usaha, ia bisa memenangkan hati seluruh muridnya kembali.

            Hari-hari berlalu, dan Bu Lola mulai membuktikan tekad barunya. Setiap pagi, ia tiba di sekolah lebih awal, menyiapkan materi dengan sungguh-sungguh, dan menyambut murid-muridnya dengan senyum yang lebih tulus dari sebelumnya. Ia tidak lagi duduk diam di belakang meja seperti dulu. Sebaliknya, Bu Lola mulai aktif berkeliling kelas, bertanya kepada murid-murid, memotivasi mereka, dan benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran.

            Siswa-siswa yang dulu meragukan perubahan Bu Lola, masih memandang perubahan itu dengan mata kritis. Bahkan hampir setiap hari, bahkan Arya menunggu momen ketika Bu Lola kembali ke kebiasaan lamanya, tapi momen itu tak kunjung dilakukan lagi oleh Bu Lola. Bu Lola terus menunjukkan keseriusannya, bahkan memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan membimbing murid-murid dalam diskusi kelas. Ia memberi mereka tugas-tugas yang lebih menantang, tapi juga memberikan bimbingan dengan sabar ketika mereka kesulitan.

            Beberapa minggu kemudian, perubahan itu mulai terasa nyata bagi semua siswa di kelas. Lani, yang dari awal mendukung perubahan Bu Lola, melihat teman-temannya yang dulu begitu pesimis kini ikut bersemangat. “Kamu lihat, Arya?” Lani berbisik sambil tersenyum. “Bu Lola beneran berubah. Tugasnya jadi lebih seru, ya?”. Arya hanya mengangguk, kali ini tanpa komentar sinis. Dalam hati, ia mulai mengakui bahwa ada sesuatu yang berbeda. Sikap malas yang dulu melekat pada Bu Lola perlahan memudar, digantikan oleh guru yang penuh dedikasi.

            Beberapa purnama telah berlalu dan suasana kelas pun mulai terasa perubahannya. Murid-murid mulai lebih aktif bertanya, berpartisipasi dalam diskusi, dan tidak lagi bosan saat jam pelajaran Bu Lola. Semangat yang dulu hilang dalam diri Bu Lola, kini terpancar kembali, dan perlahan, seluruh muridnya pun ikut terhanyut dalam semangat yang sama.

Pada akhirnya, bahkan Dika yang paling pesimis pun harus mengakui di dalam hati, “Bu Lola memang telah berubah.”

            Di akhir semester, salah satu siswanya mendekati Bu Lola dan berkata, “Bu, terima kasih. Karena Ibu kini sudah berubah, saya juga jadi lebih semangat belajar.”

            Bu Lola tersenyum. Dia menyadari bahwa perubahan kecil dalam dirinya telah membawa dampak besar bagi murid-muridnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun