Emiten jagoan di market AS yang dijuluki FAANG yaitu Facebook (Meta), Apple, Amazon, Netflix, dan Google melesat puluhan hingga ratusan persen. Tidak hanya di pasar saham, lihat saja pasar kripto yang juga "mengamuk" di tahun 2020 itu.
Kini, setelah The Fed mengerek suku bunga acuan, dollar-dollar yang tadinya berkelana di berbagai high risk asset itu kembali ke pangkuan pemerintah Amerika.Â
Nilai saham FAANG dan mayoritas tech-stock rontok drastis dan arus modal beralih ke surat berharga AS. Toh imbal hasil government bond AS kini sudah lumayan menarik, bisa dibilang risk free pula karena dijamin pemerintah.
Komplikasi ekonomi AS inilah yang membuat Cathie Wood beserta ARK-nya harus gigit jari. Pilihannya untuk berinvestasi di sektor teknologi dan inovasi masa depan nyatanya berdarah-darah di tahun ini.
Sentimen ini menjadi penting juga diperhatikan oleh pelaku pasar modal di Indonesia. Saham-saham sektor teknologi di IHSG juga perlahan rontok, terlihat dari data IDX Techno telah longsor 28% sepanjang tahun ini.
Perputaran arus modal kini beralih ke sektor komoditas yang ditunjukkan dari performa IDX Energy yang melesat 88% sejak awal tahun, seiring dengan booming ekspor batu bara dan sawit.
Namun tidak ada yang pasti di pasar modal, realita pasar tentu akan sangat dipengaruhi oleh sentimen-sentimen ekonomi yang masih uncertain seperti kondisi pandemi, krisis komoditas, dan geopolitik yang masih panas. Seperti satu kutipan dari Benjamin Graham yang sangat mengena namun juga sangat menantang untuk dipraktekkan.
"The intelligent investor is a realist who sells to optimists and buys from pessimists."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H