Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Turki Diterpa Inflasi Tinggi 73%, Apa yang Terjadi?

15 Juni 2022   12:01 Diperbarui: 27 Juni 2022   07:08 2405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inflasi (SHUTTERSTOCK/SAUKO ANDREI via Kompas.com)

Apa sih yang terjadi di Turki hingga seperti ini?

Sulitnya Mengendalikan Uang

Kondisi yang dialami Turki saat ini menjadi pelajaran bahwa mengelola ekonomi negara itu sangat tidak mudah. Apalagi di tengah gejolak geopolitik global dan pandemi Covid.

Sumber ilustrasi: move2turkey.com
Sumber ilustrasi: move2turkey.com
Dari sisi national output economic, yang diukur dari Gross Domestic Product (GDP), negara yang dilintasi Selat Bosporus ini tercatat memang telah menurun sejak tahun 2013. 

Berdasarkan data World Bank, GDP Turki melesat 376% di periode 2001 hingga 2013 hingga menyentuh 957 miliar USD, namun setelah itu terus merosot setiap tahun menjadi 720 miliar USD pada 2020 lalu.

Grafik GDP Turki. Sumber data: worldbank.org
Grafik GDP Turki. Sumber data: worldbank.org
Kondisi itu menunjukkan mesin ekonomi Turki mulai melambat. Apalagi diterpa pandemi Covid, lalu perang Rusia dan Ukraina yang memicu melonjaknya harga minyak, gas, dan batu bara secara global membuat kondisi ekonomi makin babak belur.

Meroketnya harga energi tersebut membuat negara yang dipimpin Erdogan ini harus mengeluarkan biaya yang sangat besar karena industri negara masih bergantung cukup besar pada impor minyak bumi, gas, dan batu bara.

Belum lagi masalah pasokan bahan baku seperti gandum, minyak sawit, hingga melambungnya biaya kargo dan perkapalan.

Padahal, transaksi impor mayoritas menggunakan USD dan nilai tukar lira terus menurun, alhasil defisit neraca transaksi berjalan makin melebar.

Neraca transaksi berjalan atau current account ini menjadi salah satu indikator utama tingkat kesehatan ekonomi negara. Dengan kondisi defisit yang terus melebar, maka kepercayaan investor terhadap sovereign currency Turki yaitu lira terus merosot, investor juga menjadi cenderung enggan mengembangkan usaha disana.

Apalagi secara geopolitik, tercatat beberapa kali pemerintahan Turki berseteru dengan negara lain seperti Amerika Serikat, Saudi Arabia, dan yang terbaru konflik dengan Yunani. Para investor dan pengusaha menjadi ragu untuk memegang lira lalu lebih memilih menukarkannya ke USD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun