Ryandra Samudera : Pin BBM ada?
Ana : Ada, 39BC125
Ryandra Samudera : Terima kasih ya..
Tak lama kemudian, muncul sebuah pemberitahuan di HP ku, undangan permintaan pertemanan di BBM. Ryandra Samudera, aku menerimanya.Â
Beberapa hari kami tak saling sapa, sampai hari itu Samudera menelponku. Ia mengucapkan rasa belasungkawa atas wafatnya ayahku awal bulan Mei. Ia juga mengungkapkan rasa bersalahnya karena saat mamaku meninggal 2 tahun lalu dia pun tak tahu. Disela pembicaraan ia mengatakan bahwa ia ingin kembali dekat denganku, bahkan untuk lebih dari sekedar berteman. Aku masih belum bisa merespon, masih teringat sikapnya yang tiba-tiba menghilang 4 tahun lalu. Ia menjelaskan situasi saat itu bahwa benar seperti dugaanku bahwa ia ingin menjaga hati dan perasaan wanita yang saat itu sedang bersamanya. Minggu pertama dibulan ini, ia mengakhiri hubungannya dengan wanita itu. Ia terus meyakinkan bahwa ia ingin memperbaiki segalanya bersamaku. Ia ingin bertemu, Selasa minggu ini. Aku mengiyakan.
Selasa Malam, ia menjemputku kemudian mengajakku makan malam disebuah kedai steak di kawasan Pulo Gebang, Jakarta Timur. Malam itu juga ia kembali menyatakan keinginannya untuk menjalin hubungan lebih dari sekedar berteman. Awalnya aku menolak, tapi kemudian aku berpikir tidak ada salahnya untuk membuka hati.Â
Hubungan kami tidak berjalan semulus jalan tol. Bayang-bayang mantannya masih terus menghantui. Sempat aku berpikir bahwa dia hanya menjadikanku pelarian semata. Tapi kemudian ia meyakinkan bahwa ia butuh waktu untuk melepaskan bayang itu. Sungguh tak semudah yang dikira karena mantannya pun tidak bisa melepaskannya. Masih saja menghubungi berkali-kali. Samudera terus meyakinkan bahwa aku yang bisa memahaminya saat ini. Â Aku mulai mereda dan mencoba mempercayainya.
Menjalani hari-hari bersamanya, membuatku merasa lebih baik. Setidaknya bisa mengalihkanku dari kesedihan karena aku harus menjalani hidup sebagai yatim piatu. Ia sering ke ruumah hanya untuk menemaniku makan malam atau mengobrol. Semua terasa baik-baik saja karena kami mencoba saling memahami dan terbuka untuk apa yang kami inginkan dalam hubungan ini.Â
Usia kami sudah tidak bisa lagi dikatakan ABG. 24 tahun, tak sedikit teman-teman seangkatan yang sudah menikah bahkan memiliki anak. Sementara saat ini hubungan kami masih stuck  di titik yang sama karena saat ini ia sedang melanjutkan pendidikan S1 nya. Secara kasat mata, jelas kami tidak bisa menyusul teman-teman menikah karena tujuannya adalah menyelesaikan kuliah,  bekerja, membantu pendidikan adiknya baru kemudian menikah. Aku tidak keberatan untuk semua itu. Tapi sampai sekarang, hubungan kami sudah berjalan 5 bulan dan belum pernah ia mengajakku untuk bertemu keluarganya.Â
Malam minggu ini, aku memaksanya untuk membahas hal tersebut.
Ana : Kenapa sih, kamu gak pernah kenalin aku sama mama dan ayahmu?Â