Cepat Aku menoleh kearahnya. Mengharap penjelasan akan pernyataannya barusan.
"Sudah lama aku mencintaimu Put, dari awal kau duduk disampingku saat kita masih sekolah." Ungkapnya tanpa memandang ke arahku.
Aku terus menatapnya tanpa berkedip. Aku tersanjung mendengar pernyataannya. Tangisku terhenti berganti dengan senyum tipis.
"Saat kamu tiba-tiba pindah tanpa pamit, kau tau betapa hancurnya aku." Katanya pelan.
Aku mendengarkan dengan seksama.
"Lalu dengan se enaknya kau kembali hadir dihidupku lagi, setelah bertahun-tahun kucoba menghapus kenangan tentangmu." Jelasnya lagi.
Senyumku semakin lebar. Ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan.
"Kalau kamu memilih dia, aku tidak akan memaksamu Put. Aku sudah cukup bahagia bisa mengungkapkan perasaan yang dari dulu ada, bahkan sekarang tetap sama." Katanya tulus.
Aku tersentuh mendengar penjelasan Bob. Kupeluk erat tubuhnya, seolah ingin menyatukan hati kami, ia juga balas memelukku dengan erat.
"Kevin itu sepupuku,"bisikku di telinga Bob. Tubuhku di dorong kedepan, Bob menatapku dengan pandangan tak percaya.
"Dari kecil kami bersama-sama. Sudah seperti abang dan adik." Jelasku. Kulihat wajah Bob memerah menahan malu.