Mohon tunggu...
Sepis Jandung
Sepis Jandung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif

Mahasiswa aktif Jurusan Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Manusia Memahami Menurut David Hume

20 April 2022   20:45 Diperbarui: 20 April 2022   20:52 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada umumnya kita memahami masalah fakta menurut sebab dan akibat, di mana kesan langsung akan membawa kita untuk menyimpulkan beberapa penyebab yang tidak teramati. 

Misalnya, saya tahu matahari akan terbit besok berdasarkan pengamatan masa lalu dan pemahaman saya tentang kosmologi, meskipun saya belum mengamati fakta ini secara langsung. David Hume menyarankan kita untuk tidak membenarkan kesimpulan kausal ini. 

Tidak ada kontradiksi dalam menyangkal hubungan kausal, jadi kita tidak dapat melakukannya melalui hubungan ide. Selain itu, kita tidak dapat membenarkan prediksi masa depan dari pengalaman masa lalu tanpa prinsip yang menyatakan bahwa masa depan akan selalu menyerupai masa lalu. Oleh karena itu, kita tidak memiliki pembenaran rasional untuk mempercayai sebab dan akibat.

Hume menyarankan kebiasaan sebagai dasar dan bukan penalaran yang memaksakan persepsi tentang hubungan yang diperlukan antar peristiwa. Ketika kita melihat dua peristiwa terus-menerus digabungkan, imajinasi kita menyimpulkan hubungan yang diperlukan di antara mereka bahkan jika itu tidak memiliki dasar rasional untuk melakukannya.

Apa yang kita lihat dalam pengalaman hanyalah rangkaian "setelah", dan bukan rangkaian "sebab-akibat".  Pengetahuan yang kita dapat dan bahkan kita terapkan untuk masa depan bukan dari relasi kausalitas tetapi dari kebiasaan. 

Inilah sebabnya mengapa kita perlu melihat proses berulang kali sebelum kita dapat mulai melihat dua peristiwa dalam proses sebagai terhubung secara kausal. Relasi kausalitas itu adalah hasil imajinasi kita berdasarkan kebiasaan yang selalu kita lihat di masa lalu mengenai dua peristiwa yang selalu terjadi berurutan.

Menurut Hume, tanpa kebiasaan, penalaran yang menyangkut masalah fakta tidak dapat melampaui ingatan dan pengalaman indera saat ini. Kita tidak dapat berspekulasi atau bahkan bertindak jika kebiasaan tidak menanamkan dalam diri kita kemampuan untuk melihat tindakan tertentu memiliki konsekuensi tertentu. Meskipun demikian, Hume menunjukkan, semua alasan dari pengalaman pada akhirnya kembali pada kesan sederhana.

Relevansi dan Kritik

Secara umum, skeptisisme menjadi bagian penting dari pencerahan serta mewakili iklim optimisme intelektual mengenai kapasitas akal manusia. Akal kita mampu mencari pembuktian yang lebih akurat tanpa mengandalkan dogma yang hanya diterima begitu saja.  

Skeptisisme berjuang keras melawan metafisika dan dogmatisme agama tertentu yang seringkali menggunakan dalil tidak beralasan atau tanpa argumentasi yang jelas dan penalaran yang cermat. 

Dogma atau penerimaan begitu saja seringkali membawa manusia pada sikap fanatik terhadap apa yang diyakininya dan sulit menerima kebenaran yang lain yang mungkin lebih baik. Penolakan kausalitas jelas sekali maksudnya, apabila kita melihat tidak ada hubungan yang diperlukan antara peristiwa-peristiwa, kita tidak perlu khawatir bahwa semua tindakan kita ditentukan sebelumnya secara kausal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun