Anehnya, sudah selingkuh lantas minta ampun. Suami bakal diampun tapi tidak akan pernah lupa. Tatkala mengingat perbuatan buruk istri selama hidup.
Sadar atau tidak sadar lama-lama terjadi pertengkaran bahkan kehidupan pun bakal dalam genggaman pertikaian.
Mati rasa istri menyebabkan suami kecewa. Sudah menikah jadi suami istri justru mudah lepas celana untuk selingkuh.
Sikap tindakan dan perbuatan ini menunjukkan istri menang banyak tanpa timbang korelasi.
Selingkuh itu mudah bahkan hak setiap insan sebelum dan sesudah menikah legal.
Namun kadang yang sudah menikah itu artinya telah melanggar standar ketentuan agama 'jangan berzinah' dan juga hukum adat 'tabur tuai'.
Bisa selingkuh sesuka hati terselip kalimat 'hidup itu pilihan' tapi sekadar kata yang dilontarkan tidak menyelamatkan diri dari keterpurukan dosa maut.
Sebab selingkuh merupakan 'DOSA' dalam konteks adat dan agama yang semestinya terhindar bukan terjebak.
Justru selingkuh meningkat dalam berbagai kalangan hingga rumah tangga yang kokoh jadi hancur lebur, korban berantakan nan pudar entahlah.
Korelasi mati rasa minta cerai. Sudah terasa nyaman bertahan tinggal. Sekali ampun jangan lagi terulang. Bila terulang tunggu alam kubur.
Bicara Ngaur
Dulu ngaku teman. Sekarang ngaku saudara. Mungkin besok ngaku famili bahkan lusa ngaku kolega. Mana yang bisa kita percaya?!