Mohon tunggu...
Abdul Muholik
Abdul Muholik Mohon Tunggu... Lainnya - Mr. Puguh Cenageh

Masih dalam Tahap Belajar. Saya suka membaca, menulis, belajar, membaca alan, mendengarkan musik dan lain lain untuk mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Calo Kereta

22 Agustus 2024   15:49 Diperbarui: 22 Agustus 2024   15:50 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GARA GARA CALO KERETA

Suatu hari, Aku, Abang dan Ayah hendak pergi keluar kota. Kami bertiga memilih naik kereta yang mungkin ongkosnya lebih murah dibanding transportasi lainnya. Kami bertiga membawa persiapan dan ongkos seadanya. Kami segera ke stasiun yang cukup jauh dari tempat tinggal kami. Sekitar setengah jam kami baru sampai di stasiun.

Ketika hendak memesan karcis, kami kehabisan. Kami bertiga sempat bingung.

"Yah bagaimana ini? Karcisnya habis, kita ga jadi berangkat dong?" tanya Aku ke Ayah.

"tenang dulu, coba kita ke loket yang lain" jawab Ayah.

Kami pergi ke loket sebelahnya. Di sisi loket Kami melihat banyak sekali calo-calo yang menawarkan karcis. Setelah kami ke loket, ternyata disitu juga habis. Kami tambah bingung. Lalu ada seorang calo karcis yang menghampiri kami.

"ada yang bisa saya bantu pak ?" tanya si Calo itu. Muka nya agak seram, seperti preman.

Dengan agak gugup aku mencoba menjawab. "Anu pak, saya bertiga kehabisan karcis."

"oh tenang saja, saya bisa bantu kok. Kalian mau pergi kemana?" tanya Calo itu.

"kami mau ke Kota Bungaran Pak!?" Jawab Aku

"oke kalo begitu. Tunggu sebentar!" tukas calo itu sambil mengambil sesuatu di saku bajunya. Ia mengambil beberapa carik kertas dan alat tulis. Sepertinya itu karcis kereta.

"untuk 3 orang harga karcisnya 300 ribu ya?!" ujar si calo itu.

"waduh mahal sekali pak, saya ga punya uang sebanyak itu pak. Saya kan orang kampung. Saya baru kali ini naik kereta pak. Jadi tolonglah bantu saya" jawab aku sambil menampakkan wajah memelas.

"iya pak, saya perantau pak" ujar Ayahku

"iya pak, tolong saya pak, saya mau ketemu keluarga saya di Kota Bungaran!" ujar Abangku menimpali.

"hmmmm....." si calo itu memperhatikan kami bertiga yang sedang terlihat sedih dan kebingungan. "kalian adanya berapa?" tanya si calo itu dengan nada agak tinggi.

"saya Cuma ada segini pak" ujar Ayah seraya menunjukkan uang 50 ribuan dan 20 ribuan.

"ini juga buat ongkos saya disana pak"

"oke kalo begitu, kalian  cukup bayar 50 saja. Dan ini karcisnya kalian pegang. Disitu ada tulisan pak Cornel. Nanti kalo ada petugas karcis yang tanya, bilang saja saya titipan pak Cornel gitu ya?!" tukas calo itu seraya memberikan tiga carik kertas kuning kecil yang bertuliskan nama Cornel dan tulisan harga tiket serta lokasi tujuan. Harga tiket disitu benar-benar tertulis 100 ribu. Kami bersyukur, si calo ini baik hati.

"baik pak. Terima kasih banyak pak atas bantuannya" sahut Aku

"ya sama-sama.  Ya sudah sebentar lagi keretanya akan berangkat, kalian segera naik sama. Nanti cari kusri yang kosong yang ukuran bertiga ya."

"baik pak, sekali lagi terima kasih banyak pak"

"ya sama-sama" jawab si calo itu sambil berbalik arah meninggalkan kami

# # # # #

Setelah beberapa menit mencari-cari, akhirnya ketemu juga kursi kosong yang ukuran 3 orang. Lalu kami duduk di kursi tersebut. Ayah di dekat jendela, Abang di tengah dan Aku di pinggir.

Ketika ditengah perjalanan, semua penumpang diperiksa satu persatu karcisnya. Jika karcisnya tidak ada, palsu atau hilang, maka penumpang tersebut bisa diturunkan di tengah jalan atau di stasiun terdekat. 

"mana karcisnya, sini lihat !" ujar orang tersebut yang bertugas mengambil karcis penumpang.

Hampir semua penumpang ketakutan, pasalnya sebagian besar dari mereka menggunakan karcis dari para calo, mereka hawatir karcisnya salah, karena sudah ada beberapa penumpang yang diturunkan secara paksa di stasiun terdekat lantaran karcisnya salah atau palsu.

"ayah, aku pindah ke pojok saja ya, nanti biar ayah yang ngurusin" kata aku.

"ga mau, si Abang saja yang tukeran, dia kan jago ngomong" ujar ayah

Si abang ga mau kalah, dia juga ga mau pindah ke pinggir. Akhirnya Aku mengalah, biar aku saja nanti yang menghadapinya. 

Tiba-tiba si petugas itu mendekati kursi kami. Kami bertiga pura-pura tidur. Agar mereka melewati kami dan tidak menanyakan karcis.

"hey bangun, mana karcisnya?!" gertak si petugas itu sambil menggerak-gerakkan pundak aku. Aku terus pura-pura tidur, tapi petugas itu semakin keras membentak dan membangunkan Aku. Akhirnya aku bangun.

"eh iya pak.." jawab Aku

"mana karcisnya ?" tanya petugas itu.

Aku menyikuti abang sambil berbisik, "giman ini?" abangku menimpali "udah kamu saja yang jawab"

Aku menyikuti ayah, ayah juga enggan, ia menyerahkan ke Aku. Ya mau ga mau aku sendiri yang menghadapinya.

"anu pak,, eh,,, mmm" aku Panik dan Takut. Pasalnya karcis kami ada tulisan seseorang. 

"cepat, mana karcisnya?! Apa kamu mau saya turunin dari kereta sekarang juga?" bentak si petugas itu.

"eh iya pak.. anu ini pak karcisnya...." aku sambil menyodorkan karcis yang agak lecek karena dimasukkan ke saku celana. Aku jadi teringat pesan si calo tadi, bahwa kalo kalo ditanya sama petugas, bilang saja titipan dari Pak Cornel.

"Kami titipan dari Pak Cornel pak" ujar Aku mengingat pesan si Calo tadi.

Si petugas itu heran. Ia memperhatikan kacis itu seraya menyipitkan matanya, serta mengerutkan keningnya. Kami bertiga sudah panik, deg-degan, kaki kami bergetaran, keringat mulai bercucuran. Karena kami hawatir akan diturunkan di stasiun terdekat. Sedangkan tujuan kami masih jauh.

"oh baiklah kalo begitu. Terima kasih!" 

Si petugas itu berlalu dari sisi kami, kemudian dia menegur penumpang berikutnya.

PLONG...!!! rasanya, kami tidak jadi ditrurunkan di stasiun terdekat. Kami bernafas lega.

"Alhamdulillah, kita ga diturunkan sama dia"

# # #

Ketika sampai di Stasiun tujuan, kami bertiga turun. Dan kami sempat bertanya-tanya ke petugas yang ada di sekitar stasiun itu. Kami menanyakan siapa sebenarnya Pak Cornel itu, sampai-sampai petugas itu merasa kagum atas nama itu. Dan akhirnya kami mengetahui dari petugas yang lain bahwa, nama Cornel itu adalah Masinis terkenal dan terhormat di Perusahaan kereta ini. Kami pun kaget dan bersyukur. Terutama kepada si calo kereta tadi. Ya gara-gara calo kereta tadi, kami akhirnya bisa sampai tujuan dengan selamat.

# # # #

Kamis, 22 Agustus 2024 / 17 Shafar 1446 H

Pkl 15:30 WIB. Sepatan -- Tangerang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun