"hey bangun, mana karcisnya?!" gertak si petugas itu sambil menggerak-gerakkan pundak aku. Aku terus pura-pura tidur, tapi petugas itu semakin keras membentak dan membangunkan Aku. Akhirnya aku bangun.
"eh iya pak.." jawab Aku
"mana karcisnya ?" tanya petugas itu.
Aku menyikuti abang sambil berbisik, "giman ini?" abangku menimpali "udah kamu saja yang jawab"
Aku menyikuti ayah, ayah juga enggan, ia menyerahkan ke Aku. Ya mau ga mau aku sendiri yang menghadapinya.
"anu pak,, eh,,, mmm" aku Panik dan Takut. Pasalnya karcis kami ada tulisan seseorang.Â
"cepat, mana karcisnya?! Apa kamu mau saya turunin dari kereta sekarang juga?" bentak si petugas itu.
"eh iya pak.. anu ini pak karcisnya...." aku sambil menyodorkan karcis yang agak lecek karena dimasukkan ke saku celana. Aku jadi teringat pesan si calo tadi, bahwa kalo kalo ditanya sama petugas, bilang saja titipan dari Pak Cornel.
"Kami titipan dari Pak Cornel pak" ujar Aku mengingat pesan si Calo tadi.
Si petugas itu heran. Ia memperhatikan kacis itu seraya menyipitkan matanya, serta mengerutkan keningnya. Kami bertiga sudah panik, deg-degan, kaki kami bergetaran, keringat mulai bercucuran. Karena kami hawatir akan diturunkan di stasiun terdekat. Sedangkan tujuan kami masih jauh.
"oh baiklah kalo begitu. Terima kasih!"Â