Sandal dan Puntung Rokok.
Oleh " Abdul Muholik
Tadi malam aku berangkat kerumah teman yang lokasi rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku. Sebut saja namanya Bang Pandi Sepatan. Saya kenal beliau dari sebuah komunitas Group di facebook yang bernama Komunitas Pengguna Bahasa Orang Tua  Dulu atau disingkat dengan kata ORTUDU. Bahasa ini merupakan bahasa campuran antara bahasa Betawi, Sunda Kasar dan Bahasa Melayu Indonesia. Dikatakan bahasa orangtua dulu karena zaman dahulu bahasa ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Biasanya bahasanya lucu, berisi guyonan, sindiran dan lain-lain.Â
Dulu saya sempet membuat buku kamus bahasa ORTUDU. Kata-katanya saya rangkum dari berbagai sumber. dari kamus bahasa sunda, Betawi dan bahasa sehari-hari.  Revisi pertama itu terbit  sekitar tanggal 15 Oktober 2015. Revisi ke 2 tanggal 11 Juli 2016. Dan revisi ke 3 tanggal 18 Nopember 2016. Namun saya hanya bertahan sampai revisi ke 3. Ketika Hendak membuat revisi ke 4, saya bentrok dengan tugas menyusun skripsi. Jadi belum sempat saya selesaikan revisi ke 4 nya sampai sekarang hehehe.
Oh ya kita kembali ke laptop. Tentang Bang Pandi. Tadi malam, saya main ke rumahnya. Karena sudah sejak lama disuruh main ke rumahnya. Waktu ada acara KKN (Kumpul Kongko Ngopi) yang diadakan setiap hari Minggu di tempat anggota Ortudu, saya baru datang sekali, di acara KKN pertama. Acara KKN di rumah bang Pandi saya ga ikut. Nah dari situ saya merasa ga enak. Saya jadi penasaran di mana rumahnya. Katanya di Sepatan, masih satu kecamatan. Terus dari beberapa informasi yang saya dapat, entah dari Facebook, Whatsapp, Bbm atau lainnya. Bang Pandi itu punya usaha percetakan, Desain Stempel, Percetakan undangan, fotokopi, toko ATK dan lain-lain. Saya jadi penasaran ingin belajar tentang desain. Akhirnya saya menyempatkan diri main ke rumahnya sambil belajar desain pakai Corel Draw. Saya bawa laptop dari rumah.Â
Sesampai di sana saya ketemu Bang Maung Pribadi, di depan rumahnya. Setelah memarkirkan motor, saya langsung menyalami Bang Maung.
"ASSALAMU'ALAIKUM Â bang Maung."
"Waalaikum salam.."
"tumben nih es (Bahasa Ortudu_Nama panggilan umum untuk teman, kerabat.dll-red) Â baru ngegejlig (Ini salahsatu bahasa ORTUDU yang artinya mencakup Mampir, main, silaturahmi, singgah, datang dan sebagainya) lagi?!"Â
"iya bang, ini saya mau ada perlu ama bang Pandi"
"oh iya noh ada orangnya tuh didepan"
"yaudah bang saya mau ke situ dulu ya?"
Bang Maung mengangguk. Saya menghampiri Bang Pandi yang lagi Duduk santai di depan serambi rumah bang Bonar. Rumah bang Pandi dan Bonar berhadap-hadapan, hanya dipisah jalan konblok seukuran mobil angkot. Cuma, berhubung rumah bang Pandi serambi depannya sempit, dia milih tempat duduk di depan rumah bang Bonar.
"Assalamu'alaikum  bang Pandi!" sapa aku sambil mencium tangannya.
"Waalaikum salam, sini silahkan duduk" ujar bang Pandi sambil menikmati Rokonya yang ngepul kek tabunan (Tabunan itu kumpulan sampah di tempat pembakaran sampah. Asap yang muncul dari pembakaran sampah itu di analogikan dengan kepulan Asap roko bang Pandi).
Saya duduk di tepi serambi depan, lalu melepaskan sandal saya di depan teras, tapi bukan depan teras yang pas pintu masuk.
"sorry bang tadi agak telat. Soalnya macet di pisangan. Ada pasar malam atau pasar kaget tiap malam sabtu. Apalagi kalo ada dua mobil gede melintas yang berlawanan arah, udah kaga puguh lagu (Tidak karuan, tidak terkira ) jasa macetnya.
"ya tidak apa-apa. Oh ya dewek (Kamu. Anda, engkau) kalo mau belajar Corel ke sini aja, ga usah malu-malu" ujar bang pandi
"iya bang" aku melepas tas dan menaruh ke bawah bangku. Kemudian mengeluarkan laptop dari dalam tas.
"gini bang, saya pengen belajar cara bikin stiker. Layout keyboard kek gini" aku sambil menunjukkan contohnya.
Kemudian bang Pandi mengajarkan saya cara membuatnya. Saya serius banget belajarnya, bang Pandi juga ngajarinnya santai. Tak berapa lama kemudian datang seseorang yang baru pulang kerja. Mungkin itu anaknya bang Bonar. Dia memarkirkan motor di serambi depan, tepat di mana sandal saya ditaro. Motornya di standar dua. Lalu orang itu ke serambi samping sambil ikut ngobrol-ngobrol bareng bang Maung, bang Bonar dan satu lagi yang saya tidak tau namanya. Dia pake kaos oblong kuning. Â Mereka semua sambil ngobrol, ngerokok dan ngopi. Kalo yang pakai oblong kuning, sedang main catur sama bang Bonar. Semuanya begitu asik dengan obrolan dan permainan caturnya.
Ga kerasa waktu sudah hampir menunjukkan jam sebelas lewat. Aku sudah hampir 3 jam belajar sama bang Pandi. Akhirnya aku mau ijin pamit. Tapi aku mau ijin ke toilet dulu. Udah ga kebelet  (Udah tidak tahan lagi), mau buang air. Namun sesuatu terjadi ketika aku mau pakai sandal.  Sandal aku tidak ada, entah kemana, aku lupa. Berhubung sudah tidak tahan aku terpaksa pakai sandal yang ada aja disitu. Aku menuju musholla yang tidak jauh dari situ. Seusai dari musholla, saya kembali  mencari sandal.
"waduh bang, sandal saya mana ini ya?" saya inget-inget. Oh ya, ada diserambi depan. Loh ko ada motor. Oh ternyata sandal aku tertindih kaki standar motor. Standar dua.Â
Aku mulai mengambilnya, aku miringkan motor ke sisi kiri, lalu aku tarik sandalnya. Alhamdulillah bisa kuambil. Tapi, sesuatu terjadi lagi. Sandal sebelah kiri aku kena puntung Rokok. Parah banget. Lelehan sandal sangat jelas sekali, besar dan memanjang sekitar 5 senti. Kedalaman sekitar 2 senti, sedikit lagi tembus kelapisan bawah sandal.Â
"busyet bang, ini sandal saya ko bisa gini ya, siapa ini bang yang buang roko di sini" tanya aku
"kenapa emang es ?" tanya bang Maung
"ini bang sendal saya gerohak alias sembohak (Keadaan terkikis, rusak, terkeruk seperti dimakan. Seperti sisi buah yang dimakan oleh mulut, yang ada bekasnya di buah tersebut ) kena roko"
Hahaha...
Mereka serentak ketawa semua...
"Ya udah lah tidak apa-apa Cuma sendal ini. heheh. toh ketutup kaki. Ga kelihatan sama orang lain heheh."
####
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H