Mohon tunggu...
Abdul Muholik
Abdul Muholik Mohon Tunggu... Lainnya - Mr. Puguh Cenageh

Masih dalam Tahap Belajar. Saya suka membaca, menulis, belajar, membaca alan, mendengarkan musik dan lain lain untuk mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pawang Hujan Amatir

15 Agustus 2024   10:59 Diperbarui: 15 Agustus 2024   11:15 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ris, gimana cuaca aman ga? " tanya Boim sambil melihat langit. 

"Insya Allah aman, paling nanti Cuma gerimis sekitar jam  2 siang an" 

"ya sudah ayo kita berangkat sekarang!" ajak boim sambil melihat jam tangan dilengannya yang menunjukkan pukul 12:30 waktu setempat.

"Ayo,,!"

Ternyata benar, sekitar jam 2 siang turun gerimis. Boim merasa lega tidak kehujanan. Bahkan jam 1  lewat boim sudah sampai duluan di  TKP.

Yang lebih ekstrim lagi pernah suatu hari langit mendung berat. Angin kencang. Semua orang panik. ada yang cepat-cepat mengangkat jemuran pakaian, ada yang memasukkan gabah yang dijemur  ke dalam karung. Dan yang lebih bikin panik lagi, orang yang sedang pesta, melangsungkan resepsi pernikahan. 

Tapi Faris ketika itu santai saja. Panik juga, tapi ia berusaha rileks dan tenang, sambil terus menatapi langit gelap yang awannya bertindih-tindih serta angin yang cukup kencang.

"Ris, gimana nih, jadi ga kita kondangan ke Mauk?" Tanya Soleh sambil merapihkan tas selendangnya, ia mengeluarkan amplop yang baru saja ia masukkan uang. Kemudian ia menuliskan namanya di atas amplop itu. "cuacanya gelap banget, kita berangkat sekarang yuk,  ntar takut kehujanan loh" ujar soleh sambil memasukkan Amplop tadi ke saku bajunya, lalu memasukkan pulpen ke dalam tasnya.

"tenang aja sih, ga bakal hujan ko, paling Cuma mendung doang, bentar lagi juga awannya lewat kebawa angin" ujar Faris dengan tenang. Sambil mengalihkan wajahnya dari menatap langit menuju wajah soleh. Kemudian senyum. "kan sekarang banyak yang hajat, biasanya pawang hujannya kuat, hehehe" 

"heheh, iya juga ya. Biasanya emang gitu, kalo banyak yang hajat, hujannya ga jadi" Soleh menimpali.

Perkiraan faris ini bisa jadi memang pengalaman dimasyarakat, selalu ada istilah "pawang Hujan" bagi yang hajatan. Tapi disisi lain, Faris mengatakan hal ini berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dan fakta di lapangan sehubungan jenis awan dan angin yang ada. Apabila awan tebal hitam rata maupun bertindih-tindih, lalu ada angin yang kencang, di mana angin itu bisa membuat daun-daun kering rontok berserakan, itu bisa dipastikan akan turun hujan. Namun jika anginnya itu tidak terlalu kencang alias tidak membuat daun kering rontok berserakan, itu ridak akan terjadi hujan. malah awan itu akan berpindah ke tempat lain, kemudian lambat laun langit kembali agak terang normal. Itulah beberapa hasil pengalaman yang ia dapati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun