Mohon tunggu...
Abdul Muholik
Abdul Muholik Mohon Tunggu... Lainnya - Mr. Puguh Cenageh

Masih dalam Tahap Belajar. Saya suka membaca, menulis, belajar, membaca alan, mendengarkan musik dan lain lain untuk mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pawang Hujan Amatir

15 Agustus 2024   10:59 Diperbarui: 15 Agustus 2024   11:15 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  hanya ilustrasi. Sumber AI

Pawang Hujan Amatir

Oleh : Abdul Muholik

Ada seorang teman saya yang memiliki bakat sains, terutama dibidang Cuaca. Seperti BMKG gitu, tau kan BMKG? Kepanjangan Badan Meterorologi dan Geofisika. Ya, dia punya hobi dibidang itu, sekaligus punya keahlian dibidang tersebut. Dia belajar secara otodiak loh. Keren kan? Gimana ceritanya ? simak kisah berikut.

Sebut saja namanya Faris, dia anak bungsu dari 8 bersaudara, 2 laki-laki dan 6 perempuan. Yang laki-laki nomor tiga dan 8, ia sendiri. Dan yang lainnya perempuan. Ia berasal dari  keluarga yang sederhana. Ayahnya meninggal sejak ia masih bayi berusia 3-4 bulan. Ibunya yang kala itu masih memiliki anak yang masih kecil-kecil, tetap semangat untuk bekerja mencari nafkah menghidupi ke 8 anaknya itu. Terlebih demi si Bungsu, Fahri anak laki-laki kesayangannya.

Sejak kecil Fahri sudah senang dengan dunia alam, atau sains. Dalam istilah populernya dunia Eksak, seperti matematika, berhitung, logika, tentang kejadian Alam dan sebagainya. Ini terlihat bakatnya dalam dunia menghitung. Saat kelas 2 SD, ia selalu dapat nilai matematika terbesar dikelasnya. Ia pun sering dapat juara kelas.

Ketika Naik kelas 4, ia mulai senang pelajaran IPA. Tentang listrik, tentang alam dan sebagainya. Sampai-sampai ada buku RPAL (Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap) ia kuasai semua. Ia sampai hafal dan faham betul semua materi dibuku itu. pernah pula ia meminta temannya untuk menguji dan mengetes kemampuannya. Dan hasilnya menakjubkan. Semua pertanyaan yang ada dibuku itu, ia jawab semua dengan benar.

Nah, selain itu, Faris juga senang dengan dunia elektro atau kelistrikan. Dia sering melakukan berbagai percobaan atau eksperimen yang berhubungan dengan listrik sederhana. Seperti lampu mainan, lampu senter, radio, dinamo dan sebagainya. Dia senang mengutak-ngatik lampu. Membuat mainan lampu untuk cadangan jika mati lampu di malam hari. Dan juga ngotak-ngatik radio kecil (zaman dulu sempet familiar yang namanya wokmen / Walkman. / radio kecil). dari radio wokmen yang bekas, ia coba modifikasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan suara yang begitu keras seperti radio ukuran besar.

Acara radio yang sering ia dengar adalah acara berita yang disiarkan langsung 24 jam Nonstop di Radio El-Shinta FM 90,05 Hz. Berita yang ia senangi adalah berita tentang perkiraan cuaca. Kebetulan saat itu sedang musim hujan, jadi beritanya juga tidak jauh dari berita tentang cuaca dan hujan.

Faris yang memang hobi tentang cuaca,  sangat antusias menyimaknya. Momen itu ia manfaatkan untuk belajar mempelajari alam secara autodidak. Mempelajari perubahan cuaca, iklim, hujan, awan, dan sebagainya. Selain itu ia juga terus menggali informasi dari berbagai sumber seperti berita di media massa  baik elektronik maupun cetak. Membaca-baca buku referensi di perpustakaan. Buku IPA Fisika, Geografi dan lain-lain.  Dan terakhir melakukan pengamatan langsung  di lapangan, yaitu memperhatikan langit, awan, jenis-jenis awan, jenis hujan dan lainnya serta sambil mencatat beberapa hal yang dikira penting. Hal itu ia lakukan hingga SMP.

Naaah... dari pengalaman itulah Faris jadi faham tentang cuaca dan iklim walaupun tidak 100% dan tidak semahir para Ahli dibidangnya. paling tidak iya sudah tau banyak tentang hal yang berhubungan dengan cuaca/ hujan. Jadi tahu karakter awan dan hujan. Hanya dengan melihat jenis awan yang ada dilangit serta merasakan kecepatan angin, Faris sudah tau kalo ini jenis hujan apa. Ia semacam peramal cuaca gitu. Bisa baca atau prediksi cuaca. Bahkan sampai-sampai dia dibilang Pawang Hujan. Wkwkwk  banyak teman-temannya yang bilang gitu, karena kadang dia update status tentang cuaca di fb. Dan banyak yang like serta komentar. Karena tingkat keakuratannya sekitar 75 hingga 83,5 % hehehe. (lho ko bisa gitu ya..? namanya perkiraan, suka suka gue dong hehehe)

Pernah suatu hari teman-teman nya chat japri menanyakan perkiraan cuaca hari ini, "Ris, kira-kira hari ini ujang ga ya di Sepatan?" tanya Aldo lewat SMS.

"Lha emang kenapa?" Faris balik nanya.

"dih, gue serius nih, gue mau mancing ntar siang. Kira-kira ntar ujan ga ya?"

"ya loe ambil aman aja, bro!" 

"maksudnya? Ambil aman gimana bro?" Tanya Aldo bingung.

"mau ujan kek, mau ngga  kek, bawa aja payung atau jas hujan mah, ga hujan Alhamdulillah, hujan juga Alhamdulillah, kan bawa jas hujan ya kan, hehehe!"

"iya juga ya heheh" Aldo pun ikut  tertawa.

Iya emang bener juga sih. Ibarat pepatah yang populer, sedia payung sebelum hujan. Mau ujan atau ga, kita sih oke-oke aja, toh bawa payung ko. Hihihi.

Kalian pasti merasa ga lucu ya kan? Katanya bisa meramal cuaca, ko pernyataannya gitu, kurang logis, ya kan? Hehe, iya itu Cuma awalan aja. Lagipula sebenernya perkara hujan itu Rahasia Allah, Rahasia Malaikat Mikail. Turunnya hujan tidak bisa diprediksi sepenuhnya oleh  Manusia. Meskipun zaman canggih seperti BMKG, itupun masih ada ketidakakuratannya. Pasalnya tiap setengah jam selalu ada perubahan data cuaca yang drastis. Kalaupun bisa, itu hanya kebetulan belaka dan berdasarkan data-data pengalaman yang ada. Seperti yang dialami Faris, ia bisa membaca atau memprediksi hujan berdasarkan data pengalaman yang sudah dia lakukan selama bertahun-tahun. Jadi dari sekian data yang ada, pasti ada banyak data yang mirip kejadiannya. Data atau kejadian yang berulang-ulang atau yang memiliki kemiripan [eristiwa.  Nah dari dasar  itulah jadi tau prediksi hujan yang akan terjadi.

Dan satu hal lagi keterbatasan Faris adalah, ia tidak bisa menjangkau atau memprediksikan untuk daerah yang lebih luas. Ia hanya bisa memantau derah lokal saja kira-kira radius beberapa kilometer. Selain itu, ia pula tidak bisa memprediksi cuaca dimalam hari, terlebih jika tidak ada sinar rembulan. Karena dia butuh "melihat jenis awan"nya dulu untuk bisa menafsirkan jenis hujan yang akan terjadi. 

Segala sesuatu pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Termasuk kemampuan Faris yang satu ini. Kelebihannya, ialah ia bisa lebih antisipasi, lebih waspada atas hujan deras yang aka terjadi. Seperti mengangkat jemuran pakaian lebih awal. Selalu bawa jas hujan dan sandal jepit jika berkendara kemana-mana, dan sebagainya. 

"Ris, gimana cuaca aman ga? " tanya Boim sambil melihat langit. 

"Insya Allah aman, paling nanti Cuma gerimis sekitar jam  2 siang an" 

"ya sudah ayo kita berangkat sekarang!" ajak boim sambil melihat jam tangan dilengannya yang menunjukkan pukul 12:30 waktu setempat.

"Ayo,,!"

Ternyata benar, sekitar jam 2 siang turun gerimis. Boim merasa lega tidak kehujanan. Bahkan jam 1  lewat boim sudah sampai duluan di  TKP.

Yang lebih ekstrim lagi pernah suatu hari langit mendung berat. Angin kencang. Semua orang panik. ada yang cepat-cepat mengangkat jemuran pakaian, ada yang memasukkan gabah yang dijemur  ke dalam karung. Dan yang lebih bikin panik lagi, orang yang sedang pesta, melangsungkan resepsi pernikahan. 

Tapi Faris ketika itu santai saja. Panik juga, tapi ia berusaha rileks dan tenang, sambil terus menatapi langit gelap yang awannya bertindih-tindih serta angin yang cukup kencang.

"Ris, gimana nih, jadi ga kita kondangan ke Mauk?" Tanya Soleh sambil merapihkan tas selendangnya, ia mengeluarkan amplop yang baru saja ia masukkan uang. Kemudian ia menuliskan namanya di atas amplop itu. "cuacanya gelap banget, kita berangkat sekarang yuk,  ntar takut kehujanan loh" ujar soleh sambil memasukkan Amplop tadi ke saku bajunya, lalu memasukkan pulpen ke dalam tasnya.

"tenang aja sih, ga bakal hujan ko, paling Cuma mendung doang, bentar lagi juga awannya lewat kebawa angin" ujar Faris dengan tenang. Sambil mengalihkan wajahnya dari menatap langit menuju wajah soleh. Kemudian senyum. "kan sekarang banyak yang hajat, biasanya pawang hujannya kuat, hehehe" 

"heheh, iya juga ya. Biasanya emang gitu, kalo banyak yang hajat, hujannya ga jadi" Soleh menimpali.

Perkiraan faris ini bisa jadi memang pengalaman dimasyarakat, selalu ada istilah "pawang Hujan" bagi yang hajatan. Tapi disisi lain, Faris mengatakan hal ini berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dan fakta di lapangan sehubungan jenis awan dan angin yang ada. Apabila awan tebal hitam rata maupun bertindih-tindih, lalu ada angin yang kencang, di mana angin itu bisa membuat daun-daun kering rontok berserakan, itu bisa dipastikan akan turun hujan. Namun jika anginnya itu tidak terlalu kencang alias tidak membuat daun kering rontok berserakan, itu ridak akan terjadi hujan. malah awan itu akan berpindah ke tempat lain, kemudian lambat laun langit kembali agak terang normal. Itulah beberapa hasil pengalaman yang ia dapati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun