“Tentu, taruh saja di belakang cepat supaya orang-orang Belanda tidak melihat,”
Husin mengangguk, Teja mengikuti Husin masuk ke rumahnya. Sementara Toha meneruskan mengasah celurit.
Tidak lama berselang Isna datang dengan membawa sebakul singkong yang telah direbus. Ia hendak menyuguhkannya kepada Toha sebagai tanda ucapan terima kasih karena Isna boleh menanam singkong di ladangnya. Namun, Toha menyuruhnya untuk meletakannya di dapur.
Husin terkejut melihat kedatangan Isna dengan membawa sebakul singkong rebus. Wajah Husin memerah, ia tidak berani membuka percakapan. Teja menyimpul senyum, mengarahkan mulutnya ke telinga Husin lalu berbisik. Dan tibalah Husin untuk mengatakan yang sejujurnya.
***
“Dan apa yang membuat mandi di kamar mandi terasa menyenangkan?” tanya Karno penasaran.
“Satu tahun setelahnya, Husin dan Isna melangsungkan pernikahan. Dan semenjak saat itu kamar mandi tengah kampung semakin ramai oleh orang-orang Belanda yang bersembunyi di balik pepohonan hendak menikmati suara Isna,” kata Teja, “Isna yang setiap hari mandi di sana tidak menyadari bahwa suaranya menjadi bahan pertunjukan orang-orang Belanda. Apa itu menyenangkan?” sambungnya.
“Ehm..... Lalu bagaimana dengan Husin, suaminya?” tanya Karno penasaran.
“Husin tidak mampu berbuat apa-apa, ia tidak mau istrinya terkena getah dari bajingan-bajingan Eropa itu. Husni bahkan tidak sudi jika istrinya menjadi pusat perhatian karena nyanyian yang dilantunkan, namun di sisi lain, ia tidak melarang istrinya untuk bernyanyi. Yang dapat ia lakukan hanyalah memberikan tulisan DILARANG BERNYANYI di kamar mandi itu,”
Karno mengangguk paham, kini ia tahu alasan penduduk kampung Randu tidak membangun sebuah kamar mandi sekaligus mengerti akibat dari nyanyian di kamar mandi. Sedangkan Teja hanya terdiam, ia masih terngiang nyanyian lokal yang pertama kali ia dengar dari mulut Isna dahulu. Teja berandai bila ia tidak meyakinkan temannya, mungkin Teja masih bisa mendengarkan suara Isna yang merdu.
Kopi hitam yang dihidangkan Lastri sudah tidak panas lagi. Teja menenggak habis kopi itu, duduk terdiam sambil mendengarkan suara aliran sungai yang samar-samar. Malam ini terasa dingin, Teja dan Karno duduk di atas dipan.