Mohon tunggu...
Rozi Kurnia
Rozi Kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Everyplace is a School, Everyone is a Teacher

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bank Sampah? Ternyata Bisa

14 Februari 2020   11:24 Diperbarui: 14 Februari 2020   11:31 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya ibu, soalnya saya belum ada yang bantuin. Mungkin desember nanti baru bisa dimulai (Sosialisasi ini pada bulan november),"

"Gini aja pak. bulan desember besok, Bapak langsung mulai saja. Kalau bapak ga mulai, kita buang sampah ke rumah bapak," Ancam mereka.

"Yahh, masa dibuang ke rumah saya. Bisa habis saya disikat sama istri,"ucap saya memelas."Baiklah ibu, saya usahakan."

Para emak-emak ini tersenyum puas mendengar jawaban saya. Setelah meminta daftar harga untuk diperbanyak, pertemuan itu bubar. Meski di forum saya bilang masih ada tahapan sosialisasi dengan emak-emak di RT lainnya, karena trauma, saya memilih untuk langsung buka saja. Sosialiasi sambil jalan saja, pikir saya.

Waktu yang dinanti pun tiba. Tepat tanggal 14 Desember 2019, saya membuka layanan Bank Sampah di lingkungan tempat tinggal saya. Meski ada bapak-bapak pengurus dan penggiat mushola yang hadir, tetap saja untuk urusan teknis, mereka tidak begitu paham.

Perlu diketahui, ada proses checking, timbang, catat buku tabungan, catat buku besar. Jadi warga datang membawa tabungan sampahnya, trus dicek jenis sampah apa yang dibawa, sekaligus memastikan bahwa tidak ada unsur organik yang ada di sampah yang mereka bawa itu.

Setelah dicek, petugas kemudian memberitahukan kepada tukang catat buku tabungan,  kategori sampah apa yang dibawah oleh warga tersebut. Perlu diketahui, secara umum sampah yang diterima oleh Bank Sampah ada sampah plastik, logam, beling, rongsok, dan kertas.

Kelima jenis itu kemudian diturunkan ke level yang lebih detail. Jadi untuk plastik ada 28 jenis, logam ada 12 jenis, beling ada 3 jenis, rongsok ada 8 jenis, dan kertas 14 jenis.

Kesemua jenis itu punya harga masing-masing. Misalnya botol air mineral yang biasa kita beli, itu kalau mau harganya maksimal, maka harus dipilah. Tutup botolnya sendiri dan botol tanpa label 1 harga sendiri. Harga tutup botol sekilo seharga Rp. 4000,00 dan harga botol plastik tanpa label dan tutup seharga 4200,00.

Jadi dari dua item tersebut, warga mendapatkan total uang seharga Rp. 8200,00. Jika proses pemilahan itu tidak dilakukan dan mereka hanya menyetor apa adanya (botol masih memiliki tutup dan labelnya masih melekat) sekilo mendapat harga Rp. 3000,00. Jauh kan perbedaannya.

Meski perbedaan keuntungan berbeda jauh, pada kenyataan di lapangan, sangat susah mendapatkan tabungan sampah dari masyarakat seperti itu. Seringnya sampah yang mereka bawa untuk ditabung masih tercampur dengan jenis sampah anorganik lainnya atau bahkan sampah organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun