Mohon tunggu...
Nanda Novatianto
Nanda Novatianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya menulis

Mencintailah saat dirimu sudah bisa menghargai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Dalam Secangkir Kopi

11 Oktober 2017   19:33 Diperbarui: 6 Desember 2020   04:46 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok tadi akward ya?" Tanya Elis yang mengirim pesan kepada Deni via WA

"iya tadi agak aneh sih, aku malu ketemu kamu", Balas Deni

Setelah itu Elis sudah tidak membalas WA dari Deni.

Deni merasa Elis menjauh, tidak peduli lagi akan kabarnya dan seolah-olah mereka berdua seperti tidak pernah dipertemukan sebelumnya. Dingin, hambar dan datar, itulah keadaan keduanya saat itu.

Tentu perubahan cepat Elis membuat Deni bingung, ada apa dengan gadis itu? akankah Elis sudah tak mau mengenalnya lagi karena pertemuan mereka saat itu? Atau ada hal lain yang mempengaruhi Elis? beribu pertanyaan terdapat di benak Deni, ia memutuskan untuk mencari tau mengapa Elis menjadi seperti sekarang ini.

Di suatu malam yang menyelimuti dengan rintikan hujannya, Deni mencoba untuk menghubungi Elis kembali setelah beberapa hari mereka berdua benar-benar lost contact.

"Hei kamu yang disana, apa kabar?" Pesan singkat Deni kepada Elis

"Alhamdulillah Baik," jawab Elis

Perbincangan mereka pun berlanjut hingga larut malam, di dalam obrolan itu Deni dapat mengetahui bahwa Elis tidak menyukai apa yang dilakukannya saat pertemuan kedua mereka. Elis tidak menyukai tingkah Deni yang kikuk, berbeda seperti saat mereka berkomunikasi via media sosial selama ini.

Tentu saja, itu membuat Deni semakin bingung, orang yang dikaguminya telah menolak secara halus, membuat dirinya tidak bisa masuk ke dalam kehidupan gadis itu lebih jauh. Saat ini, wanita penikmat ayam goreng srondeng, telah benar-benar mematikan usaha dari si pecandu kopi kikuk ini.

Hari demi hari pun berlalu, dunia yang seolah-olah menertawakan Deni karena kegagagalan dan kesalahan caranya dalam mendekati wanita yang ia kagumi, membuat Deni berfikir ia harus bertingkah lebih dewasa, harus melawan dunia yang mentertawakannya dan harus tetap menikmati kopi sebagaimana mestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun