Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pekerja yang Berhikmat

22 Maret 2024   13:43 Diperbarui: 22 Maret 2024   16:00 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang bekerja dengan begitu baik pada mulanya, semangat luar biasa, masuk kantor tiap hari, menunjukkan prestasi kerja yang sangat bagus melebihi  teman-temanya tetapi lama-kelamaan prestasi kerja kurang bagus bahkan jauh menurun dari pada teman-temanya.

Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya terkadang kita bekerja hanya berdasarkan semangat tanpa menggunakan hikmat dalam bekerja. Oleh karena itu, saat ini kita akan dituntun bagaimana bekerja dengan menggunakan hikmat berdasarkan firman Tuhan dari Mat 13:23-40.

Dalam ay 26 dikatakan bahwa hal kerajaan sorga seumpama seorang yang menaburkan benih yang baik diladangnya. Orang ini menaburkan benih yang baik karena  dia ingin hasil yang baik. Dia berusaha mendapatkan benih yang baik karena dia tahu bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik maka di mulai dari benih yang baik.

Prinsip inipun sama, kalau bpk, ibu bekerja dan ingin mendapatkan hasil yang bagus, maka mulailah bekerja dengan baik, kalau hanya bekerja dengan biasa-biasa saja maka juga akan mendapatkan hasil yang biasa-biasa juga, kalau bekerja dengan tidak serius maka hasilnyapun tidak serius. kalau bekerja biasa-biasa saja lalu mendapatkan hasil yang baik itu bukan mukjizat tetapi kemungkinan telah melakukan kecurangan, atau penipuan.

Karena bagaimana mungkin bekerja biasa-biasa saja mendapatkan hasil yang bagus, dimanapun prinsip seperti ini sama. Dalam dunia pendidikan orang ingin mendapatkan prestasi yang tinggi maka  dimulai dari belajar yang baik. Bahkan mukjizatpun sama, hanya bisa terjadi, jika dimulai dari doa dan pengharapan yang sungguh-sungguh, dimulai dari hal-hal yang baik.

Jadi kalau kita ini ingin mendapatkan hasil yang bagus maka mulailah dari bekerja secara baik, bekerja dengan serius. Karena apa yang kita tabur itulah yang kita tuai, Maz 126:5 jika menabur dengan bercucuran air mata, maka akan menuai dengan bersorak-sorai (karena hasilnya bagus).

Seseorang pernah berkata kalau kita bekerja dengan tidak baik, tipu sana, tipu sini mungkin pada mulanya kita akan untung tetapi lama-kelamaan kita akan buntung karena orang tidak percaya lagi kepada kita, semua orang sudah tahu bahwa kita adalah penipu.

Tetapi orang yang bekerja dengan baik, dengan jujur mungkin pada mulanya tidak terlalu bahagia tetapi lama-kelamaan akan  bahagia karena semua orang sudah tahu bahwa dia baik, dia jujur maka mereka ingin memakai dia atau terus bekerja dengan dia. Jadi untuk hasil yang bagus mulailah bekerja dengan baik. Itulah hikmat.

 

Dalam ay 27 ternyata kita mengetahui bahwa orang yang menabur benih yang baik adalah pemilik dari pada ladang tersebut. Jadi karena dia pemilik ladang maka dia ingin mendapatkan hasil yang baik. Pemilik ladang ini mengambarkan tentang Allah.

Ternyata hamba/pekerja  dari pada tuannya juga mempunyai hati yang sama dengan pemilik  ladang tersebut. Karena dalam ay 27 pada waktu ia sadar ada lalang diantara gandum maka ia pergi kepada tuannya agar diijinkan mencabut lalang-lalang tersebut.

Dari sikap ini kita bisa melihat bahwa pekerja ini  juga ingin mendapatkan hasil yang baik, dia punya hati yang sama dengan pemilik ladang/Allah. Makanya pada waktu melihat ada lalang yang berusaha menghambat pertumbuhan dari pada gandum tersebut maka ia ingin mencabut lalang tersebut sehingga hasil ladang bisa sangat baik.  

Oleh karena itu menurut saya suatu istitusi bisa terus mendapatkan hasil yang baik kalau semua pegawai  bekerja dengan mempunyai hati bahwa institusi ini juga miliknya, hati seperti tuan/Tuhan yang digambarkan sebagai pemilik ladang, maka tentu dia akan bekerja dengan sungguh-sungguh/ baik.

Mengapa terkadang mobil dinas walaupun tahun rakitannya  sangat baru  tetapi kalah  awet dibanding mobil pribadi yang  tahun rakitannya lebih lama. Karena itu mobil dinas, mau dipakai ke medan-medan yang berbatuan ataupun yang longsor terus disikat, mau dipakai tabrak batu atau pohon pun terus dijalankan tetapi coba kalau itu mobil pribadinya maka pasti ia akan menjaganya sebaik mungkin. Karena mobil dinas berarti uang yang keluar adalah uang kantor jadi tidak ada masalah bagi dia.

Inipun sama, kalau kita bekerja dan menganggap bahwa kantor itu bukan milik kita, hati kita tidak sama seperti tuan/Tuhan yang sebagai owner, kita hanya sementara disini maka tentu akan bekerja dengan biasa-biasa saja, karena bukan milik saya. Penggunaan seluruh fasilitas akan dipakai seenak saja, karena bukan kita yang bayar.

Terkadang orang yang bekerja dikantor sudah pulang kantor pun AC tetap menyala sampai pagi, dan tidak ada rasa bersalah. Coba kalau itu milik dia, maka dia akan melakukan semuanya secara bertanggung jawab dan hati-hati, dia akan menjaganya, karena itu  miliknya.

Oleh karena itu jika semua pegawai mempunyai hati bahwa intitusi ini juga miliknya, seperti tuan/Tuhan maka mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh maka institusi akan mendapatkan hasil yang baik / memberikan pelayanan yang baik.

Saya ingat bpk Jonathan Parapak pada waktu dia masuk Indosat, indosat belum ada apa-apa tetapi dia bekerja dari bawah, dari tarik kabel, instalasi sampai menjadi DIRUT dan membuat Indosat menajdi BUMN terkemuka di Indonesia dan asia tenggara.

Kemudia dia ditawari Sekjen Deparpostel yang gajinya lebih kecil dari seorang DIRUT  dia tetap mau karena panggilan mengabdi kepada bangsa sehingga dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan bisa mengembangkan Telkomunikasi dan pariwisata dengan sangat baik.

Jadi kalau orang merasa bahwa dia bukan hanya digaji oleh institusi tetapi institusi itu miliknya maka ia bekerja dengan sungguh-sungguh dan memajukan institusi dan instistusi mendapatkan hasil yang baik.

Masih adakah anak-anak Tuhan yang punya sikap seperti ini, atau dia hanya bekerja dengan sungguh-sungguh pada waktu dia menjadi pimpinan tetapi setelah turun maka dia malas tahu, tetapi kalau orang punya hati yang sama seperti  tuan/Tuhan, maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh dalam posisi apapun.

Ternyata tuan dari pemilik ladang ini juga mempunyai musuh, dengan kata lain bahwa walaupun kita sudah bekerja dengan baik tetapi ada orang yang tidak ingin kita bekerja dengan baik, itulah musuh kita. Musuh disini mengambarkan akan iblis.  

Musuh dari tuan ini betul-betul sangat jahat, dia tidak ingin  pemilik ladang ini bahagia, dan mendapatkan hasil yang baik, makanya pada waktu pemilik ladang menaburkan benih gandum yang baik maka musuhnya juga menaburkan lalang di antara gandum dengan tujuan lalang itu akan menghambat pertumbuhan dari pada gandum sehingga hasilnya tidak akan baik.

Pada waktu masih kecil (hijau) lalang dan gandum ini sulit dibedakan tetapi pada waktu mulai berbulir baru terlihat bedanya, karena bulir dari pada gandum itu besar-besar tetapi lalang sangat kecil, makanya pada saat berbulir barulah hamba dari pada tuan ini  tahu bahwa ada lalang maka ia pergi kepada tuannya agar diijinkan untuk mencabut lalang-lalang tersebut.

Tetapi sikap dari pada tuan ini sangat berhikmat, memang dia mencintai pekerjaannya  maka berusaha untuk menaburkan benih yang baik, tetapi dia juga berhikmat. Karena lalang dan gandum itu kemungkinan berhimpitan maka kalau mencabut lalang maka bisa jadi gandumpun akan tercabut. Sayang sekali benih yang baik yang sudah diusahakan untuk ditanam tidak sampai menikmati hasilnya karena tercabut juga gara-gara ingin mencabut lalang, berarti kurang berhikmat.

Maka tindakan dari pada pemiliknya adalah biarkanlah sampai masa menuai, artinya semua hasilnya sudah lengkap barulah mencabut lalang dan gandum kemudian barulah memisahkan lalang dan gandum, lalang akan dibakar sedangkan gandum akan ditaruh pada lumbung

Banyak orang terkadang mempunyai sikap kebalikan dari pemilik ladang ini, mereka mencintai pekerjaan tetapi terkadang kurang berhikmat dalam menanggapi musuh yang tidak menyukainya.

Biasanya kalau orang tidak menyukai kita, maka ia akan menabur hal-hal yang tidak baik tentang kita, melalui gosip, atau melapor kepada bos hal-hal yang tidak benar tentang kita. Itu adalah hal yang sudah biasa terjadi selama kita masih bekerja didunia, kecuali disurga.

Pada waktu mendengar gosip hati kita panas maka kita berusaha membalasnya dengan gosip-gosip yang bahkan mendramatisir kondisi musuh kita, lama-kelamaan kita tidak lagi bekonsentrasi dalam pekerjaan tetapi lebih berkonsentrasi dalam menanggapi gosip, berkonsentrasi untuk membalas musuh kita, maka bisa jadi prestasi kerja kita tidak bagus dan akhirnya menurun jauh. Inilah yang namanya kurang berhikmat.

Sekali lagi yang namanya musuh, atau orang yang tidak menyukai kita tetap ada tetapi dalam menangapinya diperlukan hikmat. Dari pada capai membuang energi dalam  menanggapi musuh lebih baik tanggapilah melalui keseriusan bekerja untuk mencapai prestasi kerja yang baik.

Karena dari keseriusan dan perstasi kerja akan diketahui bahwa kita adalah benih yang baik yang mencintai akan institusi seperti Tuhan, sedangkan musuh adalah orang yang tidak serius bekerja karena kerjanya hanya mengosipkan dan menjatuhkan orang seperti iblis.

Jadi akhirnya pemilik/pimpinan/Tuhan akan mengetahui siapa yang selama ini benih gandum yang baik dan siapa yang selama ini adalah lalang yang terus menghambat akan pekerjaan institusi/perusahaan.

 

            Akhirnya seorang pekerja bukan hanya dituntut untuk mencintai pekerjaannya tetapi juga berhikmat di dalam bekerja. Kalau ia berhikmat maka ia sadar untuk mendapatkan hasil yang baik maka dimulai dari bekerja dengan baik.

Kalau ia berhikmat ia tahu bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik dia harus bekerja seperti seoang owner dan kalau ia berhikmat, maka dalam menanggapi musuhnya ia tidak membalas dengan cara yang sama tetapi dengan menunjukan melalui prestasi kerja dan terus memandang kepada Tuhan.

            Kalau kita melakukan hal ini maka kita seperti benih yang baik yang terus memberikan hasil yang baik, tetapi kalau kita tidak melakukan hal ini maka akan menjadi lalang yang akan menghancurkan institusi dan mungkin saatnya pemilik/Tuhan akan membuang kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun