Saya ingat pada waktu di seminari untuk menghafal mata pelajaran tertentu seperti bahasa Yunani maka saya harus sampai tiga kali atau lebih bahkan dengan doa sungguh-sungguh baru bisa menghafal dengan baik, tetapi ada teman yang yang diberikan kemampuan yang hebat, dia hanya menghafal satu kali langsung menguasai.
Jadi lihatlah dari sudut pandang Tuhan bahwa Ia bermurah hati kepada orang-orang tertentu, tetapi bukan berarti Tuhan tidak bermurah hati kepada kita, Ia tetap bermurah hati hanya kepada orang lain Dia berikan lebih dan itu haknya Tuhan.
Jadi jika ada yang lebih muda dari kita tetapi pangkatnya lebih tinggi, tidak apa-apa karena Tuhan punya hak untuk bermurah hati kepada orang tersebut, itu haknya Tuhan, tetapi yang menjadi ukuran bukan itu, tetapi kesetiaan kita.
Kalau kita meneliti kehidupan  rasul Paulus, sangat kasihan hidup dia. Padahal dia sangat terkenal, sangat pintar, seorang teolog, juga seorang misionaris handal, terus mengelilingi berbagai daerah dengan setia untuk melayani, tetapi sayang dia orang yang hidupnya penuh penderitaan dan tidak punya apa-apa.
Dia menghadapi penderitaan yang lebih banyak  dari pada semua rasul yang ada, dan tidak punya apa-apa, dia katakan terkadang aku kedinginan, jubah hangatpun tidak ada, aku berpuasa, aku mencukupkan diri dengan apa yang ada.
Orang tuanya nyesal punya anak seperti Paulus, sangat terkenal tetapi hidup penuh penderitaan dan serba kekurangan.
Tetapi hamba Tuhan sekarang kalau sudah terkenal maka kemungkinan  punya mobil mewah dan rumah bagus padahal kemampuan dan kekudusan hidupnya  jauh dari pada  Paulus, bukan berarti Tuhan tidak adil tetapi Dia punya hak tertentu. Pauluspun pada jaman itu tidak masalah bagi dirinya, walaupun hidup dia serba kesulitan sedangkan orang lain diberkati, itu haknya Tuhan
Nah respon kita yang tidak tepat itulah kejahatan kita, dikatakan orang yang kerja satu hari penuh ini bersungut-sungut karena upah mereka disamakan dengan orang yang bekerja dengan hanya 1 jam dan 3 jam.
Jadi kalau kita tidak melihat itu sebagai kemurahan Tuhan maka yang jahat adalah kita bukan Tuhan yang tidak adil. Karena tuan yang punya kebun anggur katakan : "Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?"
Jadi mereka iri hati kalau tuan kebun anggur bermurah hati kepada orang tertentu, inikan aneh.
Seharusnya sikap kita  seperti tuan / Tuhan, kalau Ia masih bermurah hati kepada orang lain maka kita bersyukur, bahkan kalau kita melihat diri kita Tuhan itu sangat bermurah hati pada kita.