Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesetiaan dan Tunduk pada Disiplin Tuhan

4 Agustus 2023   21:55 Diperbarui: 4 Agustus 2023   22:22 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati-hati yang membuat hidup kita itu berarti bukan karena gelar itu, atau lulusan luar negeri, memang saudara akan malu, tetapi yang membuat saudara berarti bukan karena hal itu tetapi kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita untuk dimaksimalkan dan menjadi berkat.

Ada seorang anak seminari nyatakan cinta, cintanya di tolak seorang gadis yang cantik. Padahal awalnya dia sangat yakin gadis ini akan menerima cintanya karena banyak sinyal yang dia berikan dan gadis ini selalu merespon dengan baik. Wah waktu di tolak, dia putus asa, hidupnya tidak bergairah berhari-hari bahkan dia katakan saya mau jadi ateis saja.

Jadi segala sesuatu dalam hidup kita bisa menjadi berhala, hati-hati, kita tidak boleh menjadikan mereka lebih penting dari pada Tuhan atau tanpa mereka hidup kita tidak berarti. Kita tidak boleh mengantikan Tuhan dengan mereka. 

Juga dosa dan kejahatan lain yang dilakukan oleh pemimpin mereka. Dalam pasal 3:1, nabi Mikha mengatakan : Hai para kepala di Yakub, dan hai para pemimpin di Israel. Nah apa yang mereka lakukan? Ayat 3:2 katakan : Mereka merobek kulit dari tubuh bangsaku dan daging dari tulang-tulangnya.

Mereka sendiri yang memeras rakyatnya, melakukan banyak ketidakadilan bahkan para nabi dan imam menyetujui perbuatan mereka karena ingin mendapatkan uang/materi.

Pasal 3: 5 mengatakan : Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang. Jadi para nabi bisa di sogok oleh pemimpin yang korup.

Kalau seandainya di gereja ada pajabat-pejabat yang memberikan persembahan pada gereja dan pada waktu gereja tahu bahwa mereka hidup dalam kejahatan, seperti  persinahan, korupsi, dll dan gereja tidak berani menegur mereka, sungkan karena mereka sangat membantu gereja maka ini seperti jaman dulu bahwa pemimpin agama  bisa di sogok.

Hati-hati juga anak-anak muda, waktu mahasiswa idealisme tinggi tapi waktu masuk dunia kerja, banyak kompromi kalian bisa disogok dan akhirnya kalian tidak ada beda dengan orang-orang yang tidak pernah dibina dalam kebenaran yang ada. Sepertinya tidak ada kebenaran yang pernah menempel dalam hidupmu. Melihat alumni seperti itu,  membuang waktu saja membina mereka...

Kita harus bisa menegakan kebenaran walaupun banyak orang sudah hidup jauh lebih baik dari kita. Kita tidak bisa disuap/disogok karena kita tahu bahwa Tuhanlah yang memelihara kita, bukan uang yang kita dapat dengan cara yang tidak benar.

Saya salut dengan alumni-alumni yang terus memegang idealisme, yang terus menegakan kebenaran karena memang itu maunya Tuhan.

Ada alumni suami istri,orang tua mereka meninggal di tempat lain, mereka butuh uang untuk pergi bersama anak-anak, mereka tidak punya uang yang cukup karena  baru saja kredit rumah padahal untuk pergi butuh uang yang banyak baik  membeli tiket PP,  biaya hidup dan tentu membantu biaya penghiburan dan pemakaman orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun