Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Allah Bekerja Melalui Tindakan dan Keputusan Tidak Tepat

2 Agustus 2022   17:48 Diperbarui: 2 Agustus 2022   17:51 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian ia meminta nasihat kepada kepada orang arif dan bijaksana di kerajaannya, maka mereka mengatakan Wasti bukan hanya bersalah kepada raja saja tetapi kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam daerah kekuasaan raja Ahasyweros.

Wao bersalah kepada semua orang dalam hal ini laki-laki, mengapa ? karena ada contoh dari ratu sehingga membuat semua istri bisa saja tidak lagi menghargai dan menghormati suami mereka, menolak permintaan suami mereka, maka akhirnya mereka katakan sebaiknya wasti di berhentikan dari posisi sebagai ratu karena membawa pengaruh besar yang negatif.

Wah, nasihat yang sangat bijak, karena yang dilakukan ratu wasti akan berdampak negatif kepada semua wanita di kerajaan Ahasyweros. Tetapi bijak dilihat dari sudut pandang mereka sendiri sebagai laki-laki yang harus dihargai dalam setiap tindakan mereka oleh para istri.

Mereka juga tersinggung dengan perlakuan dari ratu Wasti, dan menurut mereka tindakan raja meminta Wasti itu tidak ada yang salah. Jadi walaupun raja mabuk tetapi tindakan raja untuk meminta wasti mempertotonkan kecantikannya bagi mereka tidaklah salah. Ini semakin gila

Padahal sebagai anak Tuhan tentu keputusan kita bukan untuk harga diri semata tetapi kebenaran, mencerminkan apa yang Tuhan mau, apalagi keputusan yang penting seperti ini, maka seharusnya sebagi orang yang dekat dengan Tuhan tentu kita akan berdoa dan bertanya pada Tuhan, bukan hanya emosi saja, tetapi kehendak Tuhan yang terjadi, takut akan Tuhan itu ada.

Misalnya pasangan kita berbuat salah, kita harus menghukum dia, apakah dengan cara membuang dia karena harga diri kita sudah tercoreng. Keputusan itu berdasarkan harga dirikah atau berdasarkan apa yang Tuhan mau ?

Kalau kita anak Tuhan tentu berdasarkan apa yang Tuhan mau bukan berdasarkan harga diri dan emosi semata. Seenaknya membuang seperti kita tidak pernah mengasihi pasangan kita dan pasangan kita tidak mungkin berubah

Seorang suami pernah marah kepada kepada istrinya  karena merasa tidak di hargai dan memukul istrinya sampai luka-luka dan merasa dia layak mendapatkan hal itu. Gila, keputusan bukan lagi berdasarkan apa yang Tuhan mau tetapi harga diri dan kemauan semata. 

Yusuf memberikan contoh yang sangat baik dalam hal ini pada waktu ia menceraikan Maria secara diam-diam, dia merasa sudah di khianati, calon istrinya hamil bukan dengan dirinya. Ini wanita tidak benar. Tetapi dia sangat mengasihi Maria maka ia menceraikan secara diam-diam, tidak melalui pengadilan agama agar Maria tidak dihukum.

Ini menunjukan calon suami yang berjalan dalam Tuhan, bukan hanya harga diri semata, tetapi ada kasih di dalamnya.

Bahkan dalam konteks ini seharusnya raja Ahasyweros yang meminta maaf kepada permasurinya, karena dia sudah mengambil tindakan yang salah pada waktu di kuasai oleh anggur dan kesombongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun