Kalau kita mau meniliki hidup kita, maka kita harus mengakui hidup manusia cepat berlalu, Firman Tuhan dalam Maazmur 90 katakan bahwa hidup manusia itu seperti mimpi, seperti rumput yang baru bertumbuh, pagi ada, sore sudah layu dan akhirnya manusia akan kembali menjadi debu. Sangat cepat hidup manusia dan tidak berartinya manusia.
Sekarang saya sudah 47 tahun tetapi rasanya masih 20 an tahun. Saya mencoba mengingat masa kecil waktu SD, teman-teman SD, masa-masa indah waktu SMA, masa-masa pertama kali jatuh cinta, terus curi-curi pandang, tetapi sekarang sudah menikah, sudah punya anak, tidak boleh lagi jatuh cinta. Masa-masa itu cepat saja berlalu walaupun terkadang senang untuk di kenang.
Karena hidup manusia itu cepat berlalu, maka seharusnya manusia itu harus hidup dengan bijaksana, harusnya menggunakan hari-harinya dengan baik, dengan sesuatu yang berguna.
Memang banyak orang yang sibuk, sepertinya hidupnya berguna tetapi ternyata ada yang tidak, mereka hanya menghabiskan waktu kerjanya hanya untuk dirinya, untuk institusi bukan untuk jadi berkat. Mereka melakukan ini karena yang ada di kepalanya hanya uang, jabatan, dan bos yang memerintah.Â
Mereka bekerja tidak berpikir bahwa saya bekerja untuk menjadi berkat bagi orang lain, menolong orang lain lewat isntitusi. Mereka bekerja untuk dirinya sendiri dan tunduk pada Bos.
Saya bertemu dengan orang-orang seperti ini, hanya uang dan jabatan kalau bicara lima menit rasanya bosan. Suatu waktu saya dan istri mau ke gereja lalu ada seorang saudara berkata: Baguslah papa dan mama Pray ke gereja, doakan kita ya, supaya Tuhan memberi banyak uang.
Yang ada di otak mereka itu hanya uang, materi. Bukan berarti uang itu tidak penting, tetapi yang paling penting bekerja untuk menolong orang lain, menjadi berkat bagi orang lain. Karena kalau kita mau menghitung hari-hari kita, maka hidup ini cepat berlalu, sangat singkat dan nanti kita juga akan kembali menjadi debu, menjadi sesuatu yang tidak berarti.Â
Nah dalam hidup yang singkat, apa berkat yang bisa kita lakuan bagi orang lain, apa karya kita bagi sesama.
Prof Lie sen chang dari sekolah teologia di Boston mengatakan : bahwa setiap pagi sambil berolaraga 45 menit, ia mendoakan kira-kira puluhan orang, wah hebat sekali. Jadi sambil olaragapun masih bisa berdoa bagi sesama
Ini orang-orang yang bisa di katakan memandang bahwa hidup ini sangat cepat maka mereka berusaha setiap kesempatan untuk bisa dua kali lipat menjadi berkat bagi orang lain. Mungkin kita tidak seperti itu tetapi minimal apapun yang kita lakukan adalah untuk menjadi berkat, untuk bisa menolong orang lain.
Bapak, ibu bekerja, tetapi Bapak, ibu tidak lagi belerja untuk diri sendiri, untuk kepala, untuk institusi, tetapi bapak, ibu bekerja untuk untuk Tuhan, menjadi berkat bagi orang lain melalui institusi, maka Bapak, ibu bisa lakukan dengan tulus dengan penuh kasih karena kita bekerja untuk Tuhan.
Karena kalau kita tidak bekerja untuk Tuhan, berarti kita bekerja untuk diri sendiri, hanya untuk kehidupan keluarga kita. kita bisa sukses, bisa berhasil, bisa punya level eselon II. Bisa punya total penghasilan seperti seorang bupati, bisa dapat kehormatan manusia tetapi Tuhan tidak memperhitungkan itu, dan tidak memperhatikan kita.
Karena ayat 5 katakan: Engkau menghanyutkan manusia seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh. Manusia dalam pandangan Tuhan tidak berarti, hidupnya cepat berlalu, seribu tahun sama seperti 1 hari. Dan orang-orang berpikir diri sendiri akan di hanyutkan Tuhan.
Saya dan kawan-kawan sempat mendoakan beberapa orang, ada yang Kadis, mantan Sekda, dokter ahli. Saat ini mereka sudah pensiun dan sakit-sakitan: sakit stroke, kanker dan sakit yang lainnya.Â
Waktu didoakan nangis, bahkan ada yang katakan tolong doakan kami terus. Padahal dulu mungkin jadi kadis, sekda merasa hebat, gagah tetapi sekarang tidak ada apa-apa, cepat berlalu.
Bayangkan mazmur ini di tulis oleh Musa, di katakan doa Musa abdi Allah, jaman Musa orang itu umurnya masih panjang, Musa saja 120 tahun tetapi Musa tetap melihat bahwa hidup manusia itu cepat berlalu, seperti rumput, seperti mimpi. Maka hidup yang singkat ini harus menjadi berguna bagi orang lain.
Mengapa singat, karena Musa melihat bahwa hidup ini dalam dalam pandangan dan kehendak Allah. Di katakan : Engkau mengembalikan manusia kepada debu ? kapan itu, itu dalam kehendak Allah. Lalu di katakan : Engkau menghanyutkan manusia seperti mimpi ? Koq secepat itu, karena itu maunya Allah.
Jadi sampai kapan Allah memberikan waktu kepada kita itu adalah mau Allah bukan maunya kita, dan kita tidak tahu kapan maunya Allah maka setiap saat dalam hidup kita haruslah berarti. Betul seperti di katakan : hidup bukan karena hari tetapi karena arti.
Oleh karena itu setiap hari, sebelum kita tidur malam, mungkin saatnya untuk kita merenungkan: Hari ini apa yang sudah saya lakukan menjadi berkat bagi keluarga, bagi sesama, dan menjadi berkat bagi institusi.Â
Masih adakah hal lebih yang bisa saya lakukan lagi. Saya yakin, dalam kondisi apapun bapak, ibu bisa melakukan banyak hal.
Tetapi banyak juga manusia yang hidup dalam kejahatan dan tidak mau menyadari bahwa Allah akan murkai mereka. Ayat 8 mengatakan : Engkau menaruh kesalahan kami di hadapanMu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.
Dengan kata lain kalau orang terus hidup dalam dosa, atau dalam konteks kita bekerja untuk diri sendiri, Tuhan tahu/melihat akan kejahatan itu, tetapi yang anehnya manusia tidak mempertimbangkan murka Allah terhadap kejahatan mereka. Karena Ay 11 mengatakan lebih tepatnya : siapa yang "mempertimbangkan" kekuatan murkaMu", dan takut kepada gemas-Mu.
Manusia tahu bahwa Allah akan murka terhadap kejahatan yang ia buat, tetapi dia tidak mau mempertimbangkan itu, tidak mau menyadari itu.Â
Ini kondisi yang gila, padahal manusia hidupnya tidak akan lama, palingan hanya 70/80 tahun. Musa katakan : Setelah tujuh puluh tahun maka yang ada adalah hidup yang penuh penderitaan dan kesukaran, tidak bisa lagi berbuat sesuatu untuk Tuhan.
Maka seharusnya dalam usia produktif ini manusia mau kembali kepada Tuhan, manusia mau menghitung hari-harinya, mau merefleksi akan hidupnya. Manusia mau melakukan sesuatu yang berguna, mau hidup bijak ! Karena kalau baru sadar setelah 70 tahun sangat terlambat, tidak bisa lagi lakukan banyak hal, karena kemungkinan diri kita sudah sangat lemah.
Nah dalam usia produktif ini, lakukanlah sesuatu yang berguna untuk Tuhan. Bapak, ibu pingin jadi berkat di kantormu, lakukanlah.Â
Bapak, ibu pingin temanmu tidak korupsi bantu dan doakan dia: Bapak, ibu pingin melayani keluargamu, lakukanlah.Â
Bapak, ibu pingin menolong teman-temanmu, doakanlah dan bantulah mereka semaksimal mungkin. Karena masa inilah kesempatan emas bagi kita. Berhenti gosip di ganti dengan mendoakan kelemahan teman kita.
Ada seorang tua yang sakit sangat parah lalu pendetanya datang menjenguk dia, pendetanya menguatkan dan mendoakan dia, dan setelah itu ia memegang tangan pendeta dan berkata pak pendeta kalau saya sembuh saya ingin melayani Tuhan, Pendeta hanya tersenyum, menepuk badanya lalu pergi.
Beberapa hari kemudian pendetanya datang dengan membawa setangkai mawar, tetapi bukan mawar yang segar tetapi yang sudah layu dan seperti biasanya pendeta mendoakan dia, lalu kembali ia katakan pak pendeta kalau saya sembuh saya pingin melayani Tuhan.
Lalu pendeta berkata, kamu melihat mawar itu, itu bukan mawar yang segar tetapi mawar yang sudah layu dan tidak lama lagi pasti dibuang.Â
Saya mengharapkan kamu bisa cepat sembuh dan melayani Tuhan seperti keinginanmu, tetapi saya harus katakan usiamu tidak lagi muda dan waktu untuk untuk berkarya bagi Tuhan bisa jadi tidak panjang.
Maka walaupun saat ini kamu lagi sakit kamu bisa melayani Tuhan, doakanlah keluargamu, orang-orang yang kamu kenal agar mereka bisa hidup benar, karena kita tidak tahu sampai kapan Tuhan memberikan waktu pada kita.
Bersyukurlah kalau kita bisa hidup dan berkarya untuk Tuhan pada usia yang muda, kalau setelah usia 70 tahun maka tidak banyak yang bisa kita lakukan.Â
Oleh karena itu bapak, ibu, selama masih usia produktif lakukanlah sesuatu untuk Tuhan, karena setelah 70 tahun bisa jadi mata kita akan kabur, pikiran kita akan pikun, tidak banyak yang bisa kita perbuat.
Kalau dalam usia produktif manusia tidak mau hidup baik, tidak mau menghitung hari-harinya sehingga beroleh hati yang bijaksana maka yang terjadi murka Allah akan terus menanungi hidupnya. Maka orang-orang yang di naungi murka Allah dari sisi luar kelihatan sukses, berhasil tetapi jiwa dan hatinya geilsah, cemas, frustrasi, tidak ada kedamian sejati.
Bagaimana mungkin ada kedamaian sejati kalau orientasinya bukan untuk Tuhan. Kalau orang orientasinya untuk dirinya pasti yang selalu timbul adalah kesombongan, iri hati, tidak pernah puas, walaupun sudah kaya dan punya jabatan karena selalu melihat pada diri bukan pada Tuhan.Â
Cobalah lihat orang di sekitar kita yang orientasinya hanya diri dan harta. Pasti hal-hal ini yang ada, dari luar kelihatan sukses tetapi dari dalam penuh dengan kehancuran.
Saya pernah mendengar dan membaca kesaksian Ari wibowo. Dia adalah pria yang tampan, kaya dan pada masa muda sering gonta-ganti pacar tetapi walaupun sampai puncak polpularitasnya , ia tidak pernah puas, terus mabuk-mabukan.
Setelah bertobatpun hidupnya belum sungguh-sungguh, ia masih behubungan seks dengan pacarnya, dan dia merasa tidak salah karena pacarnya sendiri.
Tetapi setelah mengalami karya mukjisat termasuk kecelakaan mobil, dan yang lainnya. Maka hidupnya berubah total : ia tidak mabuk-mabukan, tidak mau mebintangi film kekerasan, tidak jadi model iklan rokok, dan mau membiayai buku panduan membaca Alkitab.
Bagaimana dengan pacarnya. Ari katakan saya minta selesai hubungan, tetapi ia tidak mau. Saya terus berdoa, dan satu hari ia sendiri yang minta putus. Karena Ari malu, ia katakan mengapa kita putus ? Pacarnya katakan kita berdua berbedanya sudah sangat jauh, tapi dalam hatinya Ari katakan "Puji Tuhan"
Sejak tidak membitangi film laga dan iklan rokok, pendapatannya menurun, tetapi ia katakan saya puas, bahkan ia bersemangat untuk memberikan kesaksian tentang Kristus kepada anak-anak muda. Luar biasa.
Jadi di luar Kristus tidak ada kepuasan, yang ada adalah murka Allah yang terus membuat diri kita tidak akan puas dan hancur. Oleh karena itu biarlah dalam masa muda ini, kita mau jadi berkat bagi orang lain, mau jadi berguna bagi orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI