Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup untuk Arti Bukan karena Hari

19 Maret 2022   09:52 Diperbarui: 27 Maret 2022   17:15 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terlalu sibuk kerja. (sumber gambar: Alan Cleaver/Flickr via kompas.com)

Dengan kata lain kalau orang terus hidup dalam dosa, atau dalam konteks kita bekerja untuk diri sendiri, Tuhan tahu/melihat akan kejahatan itu, tetapi yang anehnya manusia tidak mempertimbangkan murka Allah terhadap kejahatan mereka. Karena Ay 11 mengatakan lebih tepatnya : siapa yang "mempertimbangkan" kekuatan murkaMu", dan takut kepada gemas-Mu.

Manusia tahu bahwa Allah akan murka terhadap kejahatan yang ia buat, tetapi dia tidak mau mempertimbangkan itu, tidak mau menyadari itu. 

Ini kondisi yang gila, padahal manusia hidupnya tidak akan lama, palingan hanya 70/80 tahun. Musa katakan : Setelah tujuh puluh tahun maka yang ada adalah hidup yang penuh penderitaan dan kesukaran, tidak bisa lagi berbuat sesuatu untuk Tuhan.

Maka seharusnya dalam usia produktif ini manusia mau kembali kepada Tuhan, manusia mau menghitung hari-harinya, mau merefleksi akan hidupnya. Manusia mau melakukan sesuatu yang berguna, mau hidup bijak ! Karena kalau baru sadar setelah 70 tahun sangat terlambat, tidak bisa lagi lakukan banyak hal, karena kemungkinan diri kita sudah sangat lemah.

Nah dalam usia produktif ini, lakukanlah sesuatu yang berguna untuk Tuhan. Bapak, ibu pingin jadi berkat di kantormu, lakukanlah. 

Bapak, ibu pingin temanmu tidak korupsi bantu dan doakan dia: Bapak, ibu pingin melayani keluargamu, lakukanlah. 

Bapak, ibu pingin menolong teman-temanmu, doakanlah dan bantulah mereka semaksimal mungkin. Karena masa inilah kesempatan emas bagi kita. Berhenti gosip di ganti dengan mendoakan kelemahan teman kita.

Ada seorang tua yang sakit sangat parah lalu pendetanya datang menjenguk dia, pendetanya menguatkan dan mendoakan dia, dan setelah itu ia memegang tangan pendeta dan berkata pak pendeta kalau saya sembuh saya ingin melayani Tuhan, Pendeta hanya tersenyum, menepuk badanya lalu pergi.

Beberapa hari kemudian pendetanya datang dengan membawa setangkai mawar, tetapi bukan mawar yang segar tetapi yang sudah layu dan seperti biasanya pendeta mendoakan dia, lalu kembali ia katakan pak pendeta kalau saya sembuh saya pingin melayani Tuhan.

Lalu pendeta berkata, kamu melihat mawar itu, itu bukan mawar yang segar tetapi mawar yang sudah layu dan tidak lama lagi pasti dibuang. 

Saya mengharapkan kamu bisa cepat sembuh dan melayani Tuhan seperti keinginanmu, tetapi saya harus katakan usiamu tidak lagi muda dan waktu untuk untuk berkarya bagi Tuhan bisa jadi tidak panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun