Terkadang pertengkaran dalam rumah tangga bisa menjadi hal yang besar karena hal yang sepele, bukan masalah ekonomi tetapi bisa jadi karena  istri kurang menghargai suami atau suami kurang mengasihi istri.
Dalam konteks sebagai suami, maka Alkitab mengharuskan suami itu harus mengasihi istri. Dalam kitab Efesus 5:25, dikatakan : Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.Â
Kata "kasihilah" dalam bahasa aslinya berbentuk imperative, berarti suatu perintah, dan Rasul Paulus  meminta suami untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat, berarti serupa dengan kasih Kristus.
Wujud dari kasih Kristus, yaitu berkorban atau memberikan nyawaNya bagi jemaat. Maka kalau suami tidak mau berkorban demi istri berarti ia kurang/tidak mengasihi istrinya. Para suami terkadang terjebak dengan statusnya sebagai kepala (efesus 5:23) maka  ia membiarkan istrinya bekerja sendirian dan tugasnya hanya untuk mencari nafkah.
Padahal jelas  tugas istri itu jauh lebih banyak dari suami, selain  bekerja istrinya juga terkadang mengorganisir rumah tangga, dalam hal ini terkadang suami tidak mengasihi istrinya dengan baik, ia  membiarkan istrinya terus bekerja dan terus bekerja dan ia tidak terlalu banyak membantu.Â
Ia memegang konsep dan budaya yang salah bahwa suami sebagai kepala maka harus lebih banyak di layani, padahal jelas sebagai kepala maka ia mau memberikan hidupnya/nyawa untuk istrinya, makanya di katakan sama seperti Kristus memberikan nyawa bagi jemaatNya.
Karena yang namanya kasihkan harus berkorban bukan untuk di layani. Kasihkan harus maksimal bukan hanya mencari nafkah tetapi lebih dari itu yaitu  mau berkorban dan menolong istri dalam banyak hal.Â
Walaupun memang tugas-tugas tersebut sudah di bagi tetapi kasihkan tidak di batasi dengan tugas-tugas tersebut, kasih berarti siap menolong istri, mau memberikan yang terbaik kepada istri seperti Kristus memberikan yang terbaik kepada jemaat.
Karena kalau suami sudah tidak mau berkorban bagi istrinya secara maksimal berarti ia lebih mencintai hal lain dari pada istrinya, kalau sudah mencintai hal lain berarti istrinya bisa jadi korban bagi dia bukan ia berkorban bagi istrinya.Â
Inikan yang pernah di lakukan Abram terhadap Firaun dan Abimelekh. Hanya untuk menjaga keslamatan dirinya, ia rela berdusta, ia rela istrinya menjadi korban, untung Tuhan masih menjaga.
Bahkan di katakan dalam Efesu 5:28 suami harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri. Mengapa harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri, karena mereka berdua sudah bersatu dalam institusi rumah tangga bukan lagi terpisah.Â
Makanya dalam ayat tiga satu di katakan : Â Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Kalau sudah menjadi satu daging berarti istri bagian dari suami dan sebaliknya.Â
Oleh karena itu suami harus mengasihi istri lebih dari pada siapapun, satu daging berarti  hubungan ini sangat ekslusif. Kalau sudah menjadi satu daging tetapi suami lebih mengasihi orang ketiga termasuk orang tua lebih dari pada istrinya maka rumah tangga itu akan terus goyah.
Suami ini kan terkadang jadi rebutan kasih antara ibu dan istrinya. Makanya hubungan yang sangat sulit adalah hubungan antara mertua dan anak mantu wanita. Nah kalau suami sebagai kepala membiarkan orang tua terus berintervensi dalam kehidupan rumah tangganya, dan ia tidak mau menolong/berkorban bagi istrinya agar bisa dikasihi dan di hormati orang tuanya maka ia adalah kepala yang tidak baik.
Misalnya kalau mertuanya punya kemampuan memasak yang hebat sedangankan anak mantu tidak bisa, maka anak mantu itu akan terus menjadi kritikan dari pada mertuanya, apalagi kalau suaminya juga mendukung ibunya untuk terus mengkritik maka habislah istrinya. Sebagai kepala kan ia harus mengasihi, menolong istrinya bukan menjatuhkan istrinya, inikan wujud mengasihi istri lebih dari pada orang lain.
Saya juga pernah melihat bagaimana teman saya mengasihi istrinya bahkan sampai pada titik yang terendah dalam kehidupan dari istrinya.
Istrinya pernah  menjadi vicaris (pendeta pembantu) di suatu tempat, tetapi karena suatu peristiwa tertentu maka istrinya mengalami depresi yang sangat hebat dan sudah sama seperti orang gila. Dia pergi ke daerah itu untuk menjemput istrinya dan istrinya betul-betul sudah seperti orang gila.Â
Di atas kapal istrinya mengigit dia sampai tanganya terluka. Dia bawa istrinya ke RSU kupang dan dia katakan kepada perawat jangan mengikat tangan istri saya karena ia tidak ingin istrinya di perlakukan seperti orang gila.
Saya tahu dia dalam kondisi yang sangat stress karena hal itu, tetapi dia terus setia menjaga istrinya, dia harus meninggalkan kantornya selama beberapa minggu dan uangnya habis karena hal itu. Istrinya tidak mau makan, tidak mau minum dan terus berprilaku seperti orang gila, dan akhirnya istri di pindahkan ke HCU.
Di HCU saya pernah menjenguk lagi bahkan saya melihat perawat di situ tertawa dan seperti jadi mainan karena istrinya terus berprilaku seperti orang gila, karena ngomong-ngomong dan marah-marah sendiri. Suaminya tidak malu dan terus menjaga istrinya sampai akhirnya mukjizat itu terjadi, istrinya itu sembuh. Maka berbahagialah istri yang punya suami demikian.
Saya belajar : Selama ini saya tahu teori tentang kasih dalam suka maupun duka, sehat ataupun sakit dan saat itu saya belajar secara nyata bagaimana harus memiliki kasih, mendukung orang yang kita kasih sampai pada titik terendah. Jelas ini bukan hanya berlaku bagi suami tetapi juga bagi istri untuk mengasihi suaminya.
Tetapi dalam bagian ini suami mendapatkan penekanan lebih untuk mengasihi istrinya, mengapa ? Tidak ada jawaban dalam teks ini, hanya rasul Paulus menulis "dua kali", berarti sangat serius "hai suami kasihilah istrimu", maka kemungkinan rasul Paulus melihat bahwa istri itu lebih setia untuk mengasihi suami dari pada suami mengasihi istri, makanya rasul Paulus lebih menekankan kasih itu kepada suami, dan itu terbukti bahwa suami lebih mudah jatuh dalam hal seksual dari pada istri.
Akhirnya relasi yang baik akan terjadi apabila suami dan istri terus menjalankan perannya dengan baik. Antara lain : istri mau menghormati akan suami dan suami mau mengasihi akan istrinya. Peran ini bisa di kerjakan oleh keluarga dari para pembaca sekalian, karena Tuhan sudah memberikan contoh bagaimana melayani dan mengasihi jemaatNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H