Bahkan di katakan dalam Efesu 5:28 suami harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri. Mengapa harus mengasihi istri seperti tubuhnya sendiri, karena mereka berdua sudah bersatu dalam institusi rumah tangga bukan lagi terpisah.Â
Makanya dalam ayat tiga satu di katakan : Â Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Kalau sudah menjadi satu daging berarti istri bagian dari suami dan sebaliknya.Â
Oleh karena itu suami harus mengasihi istri lebih dari pada siapapun, satu daging berarti  hubungan ini sangat ekslusif. Kalau sudah menjadi satu daging tetapi suami lebih mengasihi orang ketiga termasuk orang tua lebih dari pada istrinya maka rumah tangga itu akan terus goyah.
Suami ini kan terkadang jadi rebutan kasih antara ibu dan istrinya. Makanya hubungan yang sangat sulit adalah hubungan antara mertua dan anak mantu wanita. Nah kalau suami sebagai kepala membiarkan orang tua terus berintervensi dalam kehidupan rumah tangganya, dan ia tidak mau menolong/berkorban bagi istrinya agar bisa dikasihi dan di hormati orang tuanya maka ia adalah kepala yang tidak baik.
Misalnya kalau mertuanya punya kemampuan memasak yang hebat sedangankan anak mantu tidak bisa, maka anak mantu itu akan terus menjadi kritikan dari pada mertuanya, apalagi kalau suaminya juga mendukung ibunya untuk terus mengkritik maka habislah istrinya. Sebagai kepala kan ia harus mengasihi, menolong istrinya bukan menjatuhkan istrinya, inikan wujud mengasihi istri lebih dari pada orang lain.
Saya juga pernah melihat bagaimana teman saya mengasihi istrinya bahkan sampai pada titik yang terendah dalam kehidupan dari istrinya.
Istrinya pernah  menjadi vicaris (pendeta pembantu) di suatu tempat, tetapi karena suatu peristiwa tertentu maka istrinya mengalami depresi yang sangat hebat dan sudah sama seperti orang gila. Dia pergi ke daerah itu untuk menjemput istrinya dan istrinya betul-betul sudah seperti orang gila.Â
Di atas kapal istrinya mengigit dia sampai tanganya terluka. Dia bawa istrinya ke RSU kupang dan dia katakan kepada perawat jangan mengikat tangan istri saya karena ia tidak ingin istrinya di perlakukan seperti orang gila.
Saya tahu dia dalam kondisi yang sangat stress karena hal itu, tetapi dia terus setia menjaga istrinya, dia harus meninggalkan kantornya selama beberapa minggu dan uangnya habis karena hal itu. Istrinya tidak mau makan, tidak mau minum dan terus berprilaku seperti orang gila, dan akhirnya istri di pindahkan ke HCU.
Di HCU saya pernah menjenguk lagi bahkan saya melihat perawat di situ tertawa dan seperti jadi mainan karena istrinya terus berprilaku seperti orang gila, karena ngomong-ngomong dan marah-marah sendiri. Suaminya tidak malu dan terus menjaga istrinya sampai akhirnya mukjizat itu terjadi, istrinya itu sembuh. Maka berbahagialah istri yang punya suami demikian.
Saya belajar : Selama ini saya tahu teori tentang kasih dalam suka maupun duka, sehat ataupun sakit dan saat itu saya belajar secara nyata bagaimana harus memiliki kasih, mendukung orang yang kita kasih sampai pada titik terendah. Jelas ini bukan hanya berlaku bagi suami tetapi juga bagi istri untuk mengasihi suaminya.