Langit yang tadi berbinar-binar wajahnya tersorot sinar memalingkan muka takut untuk kutagih janjinya.
Langit yang tadi membuat ku semangat untuk hadir, tiba-tiba menundukkan kepala.
Bukankah kau tadi ikut memilin doa bersama ku? Untuk kemudian membuat penghujung mereka menjadi indah? Bukan itu kau?
Langit semakin membenamkan kepala.
Awan yang tadi menari-nari semakin ribut berjejal kesana terhempas angin.
Segerombolan awan lain menggantinya dengan muka yang berbeda.
Seperti mengatakan kau tak akan menghias hari-hari mereka.
Aku semakin tak karuan.
Tidak, kali ini aku tidak berani untuk menanyakan alasan lagi.
Aku pasrah bersembunyi di balik cakrawala.
Aku ikhlas bersembunyi di balik lengkung langit.