Sudah berapa kali tawa ku lepas, menyambut pertanda itu.
Awan semakin menghilang. Langit bersih.
Angin dengan mode sepoi berjalan melaksanakan tugasnya.
Aku kemudian berdiri, dengan segenap hati yang menggebu.
Tak bisa kubayangkan, mereka mengelu-elukan tangkapanku pada sinar matahari.
Tak bisa kubayangkan, bahagianya memuji warnaku sebelum gelap datang.
Angin tiba-tiba terburu-buru mengarah ke sana.
Kutanya mengapa, tapi saking terburunya ia hanya kuasa menengok ku saja.
Kutanya lagi mengapa pada yang lain.
Beberapa yang dibelakangnya menjawab sepatah kata, kemudian suaranya menghilang.
Ku benar-benar tak menangkap alasannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!