Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Masa Kecil

23 Agustus 2021   09:37 Diperbarui: 23 Agustus 2021   09:38 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mah, berdua yah." Kata Tita dengan mata setengah mengantuk. Rambutnya yang berponi dan hidung kecilnya yang mengendus membuat mamah tertawa dan mengusap muka Tita.

Bapak melanjutkan ceritanya mengenai sejarah Tanjung Priuk. "Versi lain menyatakan, nama daerah ini bermula dari nama pohon tanjung (mimusops elengi) yang tumbuh menandai makam Mbah Priok (Habib Ali Al-Haddad). Versi yang lebih lengkap tentang sejarah Tanjung Priuk, dikisahkan bahwa Mbah Priok yang biasa dipanggil Habib, adalah seorang ulama kelahiran Palembang pada 1727. Dia kemudian ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Bersama pengikutnya, Habib berlayar menuju Batavia selama dua bulan. Lolos dari kejaran perahu Belanda, kapalnya digulung ombak besar. Sehingga semua perlengkapan di dalam kapal hanya di bawah gelombang. Akibatnya, yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan. Habib sendiri ditemukan tewas di sebuah semenanjung yang saat itu belum punya nama."  Bapak mengendong Awan yang bangun dari tidurnya.

"Wah, seru juga yah." Komentarku ditanggapi Tita dengan suara mendengkur.

"Di samping jenazahnya ditemukan pula periuk dan sebuah dayung. Kemudian oleh warga, sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung, sedangkan periuk diletakkan di sisi makam itu. Konon, dayung tersebut tumbuh menjadi pohon tanjung. Sedangkan priuknya hanyut terbawa ombak. Tetapi, setelah empat tahun, periuk itu konon kembali lagi ke sisi makam Habib.Nah, cerita ini bapak baca di buku tentang sejarah Jakarta loh."  Bapak menjelaskan darimana bapak mendapat cerita ini.

"Aku mau baca bukunya, Pak." Kataku antusias. Tak ada yang membuatku penasaran selain harus membacanya sendiri.

"Nanti bapak pinjamkan dari perpustakaan kota tua yah, Ri." Jawaban bapak membuat aku semangat. "Sekarang bapak lanjutkan cerita bapak yah." Kami semua mengangguk dengan menyeruput teh hangat yang disediakan mamah.

"Kisah periuk nasi dan dayung yang menjadi pohon tanjung itulah yang kemudian diyakini sebagai asal usul nama Tanjung Priok. Sedangkan panggilan Mbah Priok merupakan penghormatan untuk Habib, yang makamnya kini masih ada di daerah Tanjung Priuk dan sering diziarahi warga." Bapak menghabiskan teh yang tersisa di cangkir.

"Dimana Pak, makam Mbah Priuk?" Mamah antusias sekali menanyakan bapak. Rupanya mamah ikut juga mendengarkan cerita bapak.

"Nanti kita berkunjung ke sana yah, sekarang karena sudah malam, seperti biasa sikat gigi, cuci kaki dan ti........

"Durrrrr," serempak kami melanjutkan kata-kata bapak. Berebutan aku dan saudaraku ke kamar mandi. Celotehan kami masih nyaring terdengar. Malam ini ada cerita yang bisa aku banggakan pada teman-temanku kalau aku tahu sejarah Tanjung priuk. Tapi sampai kami pindah dari rumah mambo, bapak belum mengajak kami pergi ke makam Mbah Priuk. 

Kenangan bersama Bapak membuat aku ingin mewujudkan mimpi bapak menjadi kebanggaaannya. Tak perlu banyak uang untuk melihat dunia luar tunjukkan prestasimu itu sudah merupakan prestasi. Aku sudah mengelilingi Indonesia diundang ke luar negeri dan menjadi penulis juga guru untuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun