Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Masa Kecil

23 Agustus 2021   09:37 Diperbarui: 23 Agustus 2021   09:38 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak yang mengajarkan untuk menggunakan kulkas dengan bijak. Es mambo buatan mamah dan cara kami menjajakan memang berbeda dengan es mambo yang dibuat ibu-ibu di kompleks. 

Aku tak tahu mengapa mamah begitu pandai meramu es mambo. Kini es mambo jarang dijumpai,  sesekali mamah masih membuat untuk anak-anakku. Rindu es mambo dan rindu masa kecilku.

Yang pasti aku bahagia menghabiskan masa kecilku di rumah yang kami sebut "rumah mambo". Rumah inilah pertama kalinya keluarga kami tinggal dan menginjakkan kaki di ibukota Jakarta. Padahal aku lebih senang tinggal di kota kelahiranku yang sejuk dan hijau di daerah Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Rumah mambo mengisahkan masa kecilku di belantara ibukota yang bernama Tanjung Priuk.

Rumah mambo wilayahnya persis dekat dengan pelabuhan Tanjung Priuk. Hanya karena tidak banyak yang aku ingat di rumah Cipanaslah, sehingga  rumah mambo menjadi rumah masa kecil dari ingatanku tentang sebuah rumah. 

Aku dan ketiga saudaraku dilahirkan di Cipanas, tapi tumbuh dan menghabiskan masa kecil di rumah mambo. 

Sebenarnya ini kompleks perumahan untuk para pengawal keamanan masyarakat.  Sebuah rumah kompleks "anak kolong", itu julukan untuk kami anak kompleks.

Pindah ke Jakarta tidak ada dalam benakku sebagai seorang anak. Kami anak-anak bapak pastinya harus ikut kemana orang tua akan membawa. Pindah ke Jakarta siapa yang tidak mau, tetapi pindah ke daerah pantai dari daerah pegunungan, sungguh jauh dari keinginan mamah. Aku dan saudara-sadaraku masih kecil belum mengerti apa yang diinginkan. 

Aku pernah bertanya pada bapak mengapa harus pindah ke Tanjung Priuk dan tidak meminta ke wilayah selatan yang katanya lebih sejuk dan tidak gersang. Bapak bilang tempat inilah yang cocok dengan bapak. Kompleks ini dekat dengan tempat bapak bekerja.

"Nuri mau tahu gak mengapa dinamakan Tanjung priuk?" malam itu bapak menemani aku dan saudaraku belajar. Kami diharuskan membaca apa saja bacaan yang ada di rumah. Aku paling senang membaca buku cerita terutama cerita sejarah.

"Cerita Pak, ayo cerita!" aku memeluk bapak meminta bapak cerita. kalau bapak bercerita pastinya seru karena bumbu cerita bapak selalu sayang  untuk dilewatkan.

"Asyikkk, kita dengar cerita yah Pak?" adikku ikut bergelayut di pundak bapak yang duduk santai di sofa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun