Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Andai Tak Ada Corona

12 Mei 2020   13:28 Diperbarui: 12 Mei 2020   13:32 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Corona ohhhh my God!!!!

Orang awam tentu tak paham seberapa dasyat corona atau covid-19 sehingga dapat merumahkan semua. Sekolah ditiadakan berganti belajar dari rumah, kantor juga ikut bekerja dari rumah, pusat perbekanjaan di tutup selain toko yang menjual bahan pokok atau lebih tepatnya swalayan atau supermarket dan apotik. Semua resto makan cepat saji di tutup tidak ada aktivitas makan bersama semua makanan yang dipesan harus dibawa pulang. Pengaturan kapasitas penumpang di angkutan umum dan angkutan daring ikut di dalamnya. Mimpi pedagang tanah abang yang setiap tahun menjelang Ramadhan dan lebaran meraup untung besar harus terpuruk. Para pedagang harus merelakan omzet langsung penjualan turun drastic berganti dengan berjualan secara online. Kalau pelanggan ingat nama tokonya langsung mencari di aplikasi pembelajaan kalau tidak berniat??? Apalagi kantong pelangan juga ikutan kosong imbas tak berpenghasilan cukup.

Ah... corona paling hanyang seminggu kemudian balik lagi aktivitas. Nyatanya hampir dua bulan sejak bulan Maret situasi pandemi ini terus berlangsung. Angka penularan bukan menurun malah semakin naik seiring rapid tes dan tes swab oleh pemerintah.

Pasrah atau meraung karena kesal dan terpuruk? Sudah dialami sebagian orang. Mungkin hanya kalangan yang bisa memanejemen keuangannya yang tidak menjerit. 

Sayangnya budaya bangsa Indonesia belum sebaik negara tetangga kita yang sudah membiasakan diri menabung dan mengikuti asuransi. Salah siapa kalau mereka tidak mau menabung dan ikut asuransi? 

Sebenarnya norma yang diajarkan orang tua yang menuai kebiasaan menabung. Bagi sebagian masyrakat menengah ke bawah penghasilan hari ini untuk hidup hari ini, urusan besok bisa dicari besok lagi.

Masyarakat yang berpenghasilan tetap atau pegawai negeri mungkin belum terkapar atau berteriak karena mereka memang tidak ada pemotongan pengahsilan walaupun bekerja dari rumah. 

Mereka merasa masih aman dan malah nyaman bisa berkumpul di rumah. Bagi mereka terus di rumah semakin meringankan beban yang sudah stress setiap hari macet dan bertumpuk pekerjaan. Covid-19 masih aman di rumah tidak tertular dan mereka dapat memantau anak-anak.

Sebenarnya saya juga berpikiran seperti ini, yak arena saya pegawai negeri. Secara financial belum terasa benar karena gaji dari pemerintah tetap diterima. Sebagai seorang pegawai negeri sipil dampak Covid-19 memang belum berdampak drastis dari segi ekonomi karena pendapatan masih sama seperti sebelum Covid-19.

Ketika semua sudah berada di rumah dengan alasan keamanan untuk tidak menyebar virus barulah terasa sebulan dari segi ekonomi. Pembengkakan pembayaran yang rutin harus dilakukan mulai mengiris hati. 

Yah, pembayaran listrik karena pemakaian yang terus menerus di rumah lampu menyala karena rumah kurang pencahayaan, pendingin ruangan yang biasanya hanya dinyalakan bila berangkat tidur malam terpaksa dinyalakan karena kegiatan bekerja dipindahlan ke rumah. Tujuannya hanya satu agar nyaman. 

Bukan hanya listrik segala hal yang berbau dapur ikut bengkak karena otomatis empat kepala yang bekerja di rumah semua harus makan. Biasanya kami berempat makan di kantor masing-masing.

Gas hanya lima hari habis biasanya saya pakai bisa tiga minggu, beras 10 kg yang biasanya sebulan habis dalam waktu seminggu. Tagihan pembayaran air naik karena pemakaian yang sering. Udara Jakarta yang panas menjadikan kami berempat mandi hampir 3 x sehari. Pendapatan dari penghasilanku dan suami,  dua anak malah minta jatah kuota internet yang habis dalam waktu tiga hari. Katanya tugas sekolah pakai internet semua.

Kehidupan memang tidak normal lagi. Pagi hari sudah diisi dengan kesibukan masing-masing. Aku dengan kegiatan rutin bekerja dari rumah, suami juga dengan kegiatan meeting dan sesekali harus keluar juga untuk keperluan kantor. Anak yang harus belajar dari koneksi internet. Semua memang berkumpul di rumah dan semua harus dicukupi kebutuhan perut. 

Siasat jitu memang harus dilakukan. Penghasilan tak bertambah sementara pengeluaran terus menerus. Hal pertama yang terpikir adalah membuat kerajinan yang dijual lewat pesan grup. Tetapi hari gini orang perlu makan dan obat serta vitamin mana ada yang mau membuat kerajinan.

Ide membuat kerajinan dicoret dengan gagah harus ganti yang cepat menghasilkan. Sebenarnya hanya sedikit waktu yang dipunya yaitu setelah urusan pekerjaan selesai dan dilaporkan. 

Pilihan tambahan uang saya mencoba keahlian kuliner membuat penganan daerah. Penjualan tadi lewat pesan singkat pribadi. Tujuannya hanya satu mereka pasti tidak enak hati kalau tidak membeli hemmm paling tidak mau membeli, merasakan, kemudian mengobral usaha kita (kalau enak) ke kerabat.

Ramadhan menjelang kebutuhan semakin bertambah, penghasilan kami berdua sudah tentu ada pos-pos yang harus dibayarkan. Setidaknya kami bersyukur masih mempunyai penghasilan. Dua bulan di rumahkan akhirnya datang juga kabar buruk. 

Perusahaan tempat suami bekerja akhirnya merumahkan dengan permanen. Pemasukan perusahaan di tengah badai ini benar-benar tidak ada. Tinggallah dari penghasilanku yang masih bertahan. Sebenarnya tidak mencukupi karena dari gaji sudah dipotong uang angsuran bank dari SK yang tergadai.

Salah satu cara supaya tidak makin terpuruk adalah bertarung nasib dengan  pelaku bisnis online yang musiman.  Tuhan tidak akan menguji jika kita tak sanggup diuji. Awal bisnis kuliner penganan daerah untuk mencukupi makan menjadi bisnis yang harus diperhitungkan. Paling tidak salah-satu angsuran dapat terbayar dari bisnis ini. Modalnya hanya kepercayaan dan kalau kuliner pastinya soal RASA. Pelanggan akan diikat dengan rasa yang kita punya.

Strategi diatur agar penjualan kami meningkat dan beroleh untung. Banyak penjual makanan yang  sama dengan yang saya jajakan, tetapi rasa pastinya tak sama.  Jadi kuliner itu berni RASA. Itulah yang dijual selain persaingan harga. Seisi rumah memotivasi setelah kami berunding bahwa jalan keluar dari masalah adalah berusaha dengan apa yang kita punya.

Hal itulah yang memacu semangat untuk bangkit dari masalah yang pastinya dimiliki semua orang di dunia. Kami tidak sendiri jadi segala upaya kalau usaha pasti ada jalan. Kerjasama dengan keluarga di rumah itu jadi hal yang terbaik. saya katakan baik karena mengajarkan anak-anak untuk mencari peluang usaha di tengah krisis financial melanda. Libatkan mereka menjadi pengiklan. Kaum milenial akan membuat usaha kita dengan rasa'kekinian'.  Anak-anak memberi warna untuk kemasan kuliner kami di iklan media sosial.

Bisnis kuliner yang awalnya dadakan dan memberi keuntungan sedikit menjadi matahari yang mencerahkan. Bertahan di tengah badai dengan hantaman ombak memang menjadi perjuangan tersendiri. Corona  ini mengajarkan untuk tetap bertahan mencoba apa yang dimiliki.

Tabungan yang kami punya jadi modal utama bisnis yang harus kami yakini akan menjadi penolong. Bagaimana kalau tidak laku, ini yang tadinya tidak terpikirkan olehku. Minggu pertama kuliner berdasarkan pesanan jadi tidak berimbas pada 'sisa'. 

Setelah itu harus ada stok karena pelanggan kadang ada yang harus 'ready' pada saat mereka pesan. Kemungkinan tidak habis tentu ada untuk hal itu aku buat yang kira-kira akan banyak yang memesan.

dok. pribadi
dok. pribadi
Bisnis makanan sangat riskan untuk expired. Kalau dihantam banyak stok yang ada rugi melanda. Selin itu harus ada pembeda dengan bisnis kuliner yang dimiliki orang lain. Hal ini harus dilakukan riset pasar. 

Berbagai percobaan dilakukan agar hasilnya maksimal. Target kami tidak terlalu tinggi sehari bisa menjual 20 pack sudah memberi keuntungan setara dengan penghasilan suami.  

Kalau sehari tidak terjual 20 pack, hari berikutnya kami harus mencari peluang ke segala penjuru. Suami yang sudah tidak bekerja menjadi pengantar makanan yang dapat diandalkan.

dok. pribadi
dok. pribadi
Bisnis yang kami lakukan memang untuk tambahan financial, kalau untuk kebutuhan hidup yang meningkat selama pandemik seorang ibu pasti akan pandai menyiasati. Paling utama adalah masalah perut apalagi di bulan Ramadhan. 

Menu berbuka pastinya harus yang dapat tercukupi gizi dan asupan yang bervariasi untuk sahur. Siasatku adalah mengatur menu yang dapat seminal mungkin berselera dan tidak lepas gizi dan vitamin. Yang pasti buah-buahan harus ada. Usahakan bukan buah-buahan yang mahal untuk dibeli. 

Sepotong papaya atau melon sudah menajdi teman yang baik. Bekerja dan belajar di rumah menjadi solusi untuk mengekplorasi berbagai makanan dengan membuatnya jadi tidak membeli.

dok. pribadi
dok. pribadi
Membuat penganan yang disukai sebagai menu berbuka dapat menghemat pengeluaran. Beli bahan-bahan membuat makanan yang hemat dan takar sesuai kebutuhan agar tidak mubazir. Kalau biasa makan fried chiken ajak anak untuk membuatnya. Begitu pun makanan cepat saji yang biasa dibeli. Penekanan pengeluaran cukup baik hampir 50% selain hygenis juga kita dapat membuat varian yang berbeda sesuai keinginan.

Semoga pandemi ini cepat berakhir dan kami dapat menata hidup kembali. Paling tidak jadi tahu bahwa dana cadangan 6 bulan harus ada dalam tabungan. Sewaktu-waktu badai pasti datang menghadang perlu taktik jitu menyiasati financial.

dok. pribadi
dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun