Bukan hanya listrik segala hal yang berbau dapur ikut bengkak karena otomatis empat kepala yang bekerja di rumah semua harus makan. Biasanya kami berempat makan di kantor masing-masing.
Gas hanya lima hari habis biasanya saya pakai bisa tiga minggu, beras 10 kg yang biasanya sebulan habis dalam waktu seminggu. Tagihan pembayaran air naik karena pemakaian yang sering. Udara Jakarta yang panas menjadikan kami berempat mandi hampir 3 x sehari. Pendapatan dari penghasilanku dan suami, Â dua anak malah minta jatah kuota internet yang habis dalam waktu tiga hari. Katanya tugas sekolah pakai internet semua.
Kehidupan memang tidak normal lagi. Pagi hari sudah diisi dengan kesibukan masing-masing. Aku dengan kegiatan rutin bekerja dari rumah, suami juga dengan kegiatan meeting dan sesekali harus keluar juga untuk keperluan kantor. Anak yang harus belajar dari koneksi internet. Semua memang berkumpul di rumah dan semua harus dicukupi kebutuhan perut.Â
Siasat jitu memang harus dilakukan. Penghasilan tak bertambah sementara pengeluaran terus menerus. Hal pertama yang terpikir adalah membuat kerajinan yang dijual lewat pesan grup. Tetapi hari gini orang perlu makan dan obat serta vitamin mana ada yang mau membuat kerajinan.
Ide membuat kerajinan dicoret dengan gagah harus ganti yang cepat menghasilkan. Sebenarnya hanya sedikit waktu yang dipunya yaitu setelah urusan pekerjaan selesai dan dilaporkan.Â
Pilihan tambahan uang saya mencoba keahlian kuliner membuat penganan daerah. Penjualan tadi lewat pesan singkat pribadi. Tujuannya hanya satu mereka pasti tidak enak hati kalau tidak membeli hemmm paling tidak mau membeli, merasakan, kemudian mengobral usaha kita (kalau enak) ke kerabat.
Ramadhan menjelang kebutuhan semakin bertambah, penghasilan kami berdua sudah tentu ada pos-pos yang harus dibayarkan. Setidaknya kami bersyukur masih mempunyai penghasilan. Dua bulan di rumahkan akhirnya datang juga kabar buruk.Â
Perusahaan tempat suami bekerja akhirnya merumahkan dengan permanen. Pemasukan perusahaan di tengah badai ini benar-benar tidak ada. Tinggallah dari penghasilanku yang masih bertahan. Sebenarnya tidak mencukupi karena dari gaji sudah dipotong uang angsuran bank dari SK yang tergadai.
Salah satu cara supaya tidak makin terpuruk adalah bertarung nasib dengan  pelaku bisnis online yang musiman.  Tuhan tidak akan menguji jika kita tak sanggup diuji. Awal bisnis kuliner penganan daerah untuk mencukupi makan menjadi bisnis yang harus diperhitungkan. Paling tidak salah-satu angsuran dapat terbayar dari bisnis ini. Modalnya hanya kepercayaan dan kalau kuliner pastinya soal RASA. Pelanggan akan diikat dengan rasa yang kita punya.
Strategi diatur agar penjualan kami meningkat dan beroleh untung. Banyak penjual makanan yang  sama dengan yang saya jajakan, tetapi rasa pastinya tak sama.  Jadi kuliner itu berni RASA. Itulah yang dijual selain persaingan harga. Seisi rumah memotivasi setelah kami berunding bahwa jalan keluar dari masalah adalah berusaha dengan apa yang kita punya.
Hal itulah yang memacu semangat untuk bangkit dari masalah yang pastinya dimiliki semua orang di dunia. Kami tidak sendiri jadi segala upaya kalau usaha pasti ada jalan. Kerjasama dengan keluarga di rumah itu jadi hal yang terbaik. saya katakan baik karena mengajarkan anak-anak untuk mencari peluang usaha di tengah krisis financial melanda. Libatkan mereka menjadi pengiklan. Kaum milenial akan membuat usaha kita dengan rasa'kekinian'. Â Anak-anak memberi warna untuk kemasan kuliner kami di iklan media sosial.