Mohon tunggu...
Sendyakala
Sendyakala Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Semua Keyakinan Bicara tentang Juru Selamat di Akhir Jaman

18 Maret 2016   09:09 Diperbarui: 18 Maret 2016   10:15 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paham juru selamat atau disebut paham mesianik adalah suatu kepercayaan tentang akan datangnya seseorang yang akan menyelamatkan ummat manusia di muka bumi ini pada akhir jaman. Oliver Leaman (2005) mengatakan tesis penting dari tiga agama Ibrahimiyah adalah bahwa era mesianik pada suatu hari akan terjadi. Pada waktu itu, kejadiannya akan bersifat global dimana dimensi kemanusiaan akan terwujud dalam bentuk eksistensi yang benar-benar baru dan mengalami perbaikan. 

Para penganut syiah percaya bahwa pada akhir jaman Imam Mahdi akan muncul secara fisik dari kegaibannya selama ini yang akan membawa keadilan dan keselamatan bagi ummat manusia yang sedang dalam kondisi terpuruk. 

Sedangkan kaum nasrani percaya bahwa pada akhir jaman kristus akan turun kembali ke dunia secara fisik dan akan membawa kedamaian bagi ummat manusia. 

Namun Kasyani (2013) menambahkan bahwa paham juru selamat sudah dikenal luas oleh berbagai kalangan mulai dari Maitreya (pengikut Budha), Li Hong (pengikut Lao Tse) maupun Kalki (pengikut Hindu). 

Apa yang terjadi pada ummat manusia di akhir jaman sehingga penting untuk diselamatkan? Ternyata ada banyak pihak yang memiliki pandangan yang sama tentang dunia akhir jaman.

Kondisi Akhir Jaman

a. Apokaliptik

Ummat manusia pada akhir jaman diprediksi akan berada pada situasi yang sangat buruk. Berbagai bencana akan melanda dunia, menimpa umat manusia sehingga manusia tidak akan menemukan tempat berlindung untuk melindungi dirinya. 

Akan terjadi penyakit-penyakit material dan spiritual. Kondisi hancurnya dunia dan munculnya perubahan yang baru sering disebut apokaplitik. Apokaliptik merupakan salah satu tema utama dalam wilayah kajian kritik sastra. 

Pada berbagai catatan menyebutkan bahwa Apokaliptik sebagai isu ini  telah muncul pada 200 tahun Sebelum Masehi, bermula dari wahyu (nubuatan) nabi yang bernama Zarathustra. Dalam narasi apokaliptik diungkapkan bahwa dunia akan lebih baik tanpa kehadiran manusia sebab kehadiran manusia dan campur tangan manusia hanya berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem. 

Kejaliman dan kesewenangan mendominasi hubungan manusia, paceklik pangan akan terjadi, pembunuhan dan perampokan akan merajalela (Kasyani, 2013). Apokaliptik juga dimaknai sebagai akhir sejarah peradaban manusia, tetapi juga awal dari sebuah peradaban yang baru. 

Kehancuran dunia dipandang sebagai kondisi alamiah dan ilmiah sebagai upaya alam dalam menyeimbangkan kondisinya yang tidak stabil. Kehancuran alam adalah sebagai awal kehidupan. Pada masa apokaliptik ditandai akan hadirnya sosok hero yang memperjuangkan kebenaran (http://sonysukmawan. lecture.ub.ac.id)

b. Dunia Tanpa Tuhan

Apa jadinya dunia tanpa Tuhan? Filosof Barat menggambarkan bahwa tidak ada tempat bagi Tuhan pada dunia nalar saat ini. Berturut turut mulai dari Francis Bacon, Descartes, Immanuel Kant, memperkenalkan pemahaman baru yaitu rasionalisme sains modern. 

Jika sebelumnya kebenaran di ukur berdasarkan wahyu maka kini kebenaran diukur oleh kebenaran nalar manusia. Eksistensi yang tidak riel yang tidak dapat diverifikasi secara empiris tidak dianggap kebenaran. Peran kitab suci digantikan oleh rumus matematik (Saidi, 2012). Lebih jauh dijelaskan Nietzsce bahwa Tuhan sudah mati (god is dead). Manusia tidak lagi mengharapkan pertolongan Tuhan. 

Beberapa teoritisi percaya bahwa setelah uni soviet runtuh, dunia berada pada kekuasaan kapitalisme yang sangat rasional yang dikatakan sebagai ideologi final. Kapitalisme telah menjadi sistem tunggal yang mengatur dunia. Namun kapitalisme dibawah kepemimpinan Amerika lambat laun bukan saja gagal mewujudkan dunia yang adil malah melahirkan suatu kondisi kehancuran yang mengglobal dimana manusia ditimpa bencana yang tak terpikirkan sebelumnya. Proyek demokrasi yang sangat rasional digadang-gadang sebagai jalan keluar bagi lahirnya pemimpin yang terbaik malah melahirkan pemimpin ‘penghisap’ dan penindas. 

Pada lapangan sosial, akal manusia telah ditempatkan pada tempat tertinggi sebagai standar kebenaran sehingga orang pintar dijadikan warga utama atau warga negara kelas satu. Namun pada era kapitalisme global ini yang syarat dengan rasio, dan olah pikir semata secara perlahan manusia mulai bergeser keyakinannya dengan mempertuhankan hawanafsunya. Proses ini semakin hari semakin kuat pengaruhnya bahkan dianggap sebagai sesuatu yang logis dan wajar. 

Manusia kemudian berlomba mengejar kesuksesan, keberhasilan dan kejayaan  yang hakiki yaitu penguasaan akan harta, tahta dan seksual. Seluruh proses hidup dan kehidupannya diabadikan hanya untuk beroleh harta, tahta dan kesenangan seksual. Tidak tanggung-tanggung, semua instrumen yang ada di dunia dibuat sebagai fasilitas untuk memperoleh kesenangan tersebut. 

Manusia dengan santai berjalan tanpa tuhan, sebaliknya nafsu sahwat telah menggantikan posisi tuhan. Semakin lama manusia semakin kehausan untuk memenuhi hawanafsunya sementara ketersediaan dunia untuk memenuhi ada batasnya. Dunia seolah terasa kecil dan sempit bagi seorang yang dikuasai hawanafsu. Dunia menjadi sesak dan dijejali pertarungan bahkan peperangan antar manusia untuk memperebutkan kebutuhan manusia. 

Manusia telah diperbudak hawa nafsu. Manusia telah meninggalkan dimensi kemanusiaannya dan jatuh pada dimensi hawa nafsunya yang berdampak pada kerusakan yang maha hebat di muka bumi ini.

c. Konspirasi Global

Banyak kalangan mengingatkan bahwa dunia saat ini diurus oleh satu kekuatan global yang mahadahsyat yang akan membuat pemerintahan tunggal (one world governement) menuju kediktatoran global. Tujuannya adalah menggulingkan pemerintahan yang syah, menghilangkan kepemilikan pribadi, menghancurkan agama, kemudian membangun satu tatanan dunia baru (a new world order). Itu semua mereka tempuh  sebagai bentuk memuliakan iblis sebagai satu-satunya sesembahan di dunia ini (Purbawati, 2013). 

Sangking besarnya kejahatan yang mereka lakukan, banyak orang malah tidak percaya dan mencoba untuk tidak mempercayainya. Bagaimana mau percaya, masyarakat sudah kadung disibukkan oleh masalah sehari-hari yang tak kunjung selesai seperti ekonomi, perang, konflik, korupsi, pembunuhan, perkosaan, BBM, dan berbagai kerusakan lingkungan yang mengancam. 

Namun semua masalah itu telah disediakan obatnya. Obat yang akan membuat masalah pelik seakan menjadi baik-baik saja. Masyarakat yang super sibuk dan penuh tekanan hidup (stress) disediakan hiburan, musik, olahraga, komedi, miss universe, gossip, maupun lifestyle. Jika sudah menelan dan mengkonsumsinya mereka akan merasa terbebas dan keluar dari masalah (Prubawati, 2013).  

d. Gejolak Nusantara

Setidaknya Pujangga Ronggowarsito (lahir 1802) dan Prabu Jayabaya yang memerintah Kediri tahun 1130 pernah meramalkan kelak akan terjadi gejolak di bumi Nusantara. Jayabaya meramalkan bahwa Nusantara akan melewati 7 babakan jaman, dimana pada saat ini adalah babakan yang ke empat yaitu jaman kala bendu. Kala bendu yaitu jaman dimana akan terjadi kesengsaraan dan angkaramurka akibat ulah manusia. 

Sementara Ronggowarsito meramalkan akan datangnya suatu masa yang disebut jaman edan. Tanda jaman edan adalah orang yang waras dianggap tidak waras tetapi penjahat negara dianggap sebagai pahlawan (para penjahat diangkat sebagai pemimpin). Adapun sebaik-baik manusia pada jaman edan adalah mereka yang senantiasa ingat kepada Tuhan dan selalu waspada. 

Para penjahat akan membuat penderitaan rakyat yang maha hebat, dan hati rakyat akan selalu menangis tak berhenti. Penderitaan yang dahsyat tersebut membuat rakyat berharap- harap tiada henti dalam menunggu- nunggu datangnya pertolongan. 

Fenomena ini pernah diangkat Bung Karno sebagai Pledoinya di depan hakim saat penangkapan dirinya yang dilakukan oleh Belanda. “apakah sebabnya, rakyat senantiasa percaya dan menungu-nunggu datangnya ratu adil, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini terus menyala-nyala?....tak lain tak bukan ialah karena hati rakyat yang menangis itu tak berhenti-henti, tak habis menunggu-nungu, atau mengharap- harap datangnya pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak berhenti-henti pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharap- harap kapan, kapankah matahari terbit?” (Pledoi Bung Karno, Bandung, 1929). 

e. Siklus Peradaban

Lain lubuk lain ikannya, lain ideologi lain pula pemahamannya akan adanya konsep jalan keluar. Bagi sebahagian masyarakat yang fatalis, kehancuran alam dan moral manusia adalah masa tunggu sebelum akan terjadi kehancuran alam yang sesungguhnya. Sejarah manusia akan berakhir yang ditandai dengan kehancuran alam semesta. 

Manusia dengan segala keterbatasannya tidak akan mampu merubah keadaan yang sudah hancur total ini sebab manusia tidak lagi mendapat pertolongan dari Tuhan. Setelah era para nabi dan rasul berakhir manusia tidak lagi diurus oleh Tuhan sehingga tiap-tiap manusia dimuka bumi ini hanya dapat memanjatkan atau meminta pertolongan melalui doa saja kepada Tuhan. 

Yang dapat berhubungan dengan Tuhan hanyalah seorang nabi atau rasul sementara level manusia hanya dapat menerka-nerka saja, sebab wahyu Tuhan tidak akan turun kembali sebagaimana yang pernah diturunkan kepada nabi dan rasul. Tuhan pun digambarkan hanya bertugas untuk menerima pengharapan manusia saja tanpa bisa menolong sebab diyakini bahwa Tuhan tidak lagi mengutus utusannya. 

Dalam pemahaman yang demikian, jalan keluar terhadap masalah yang muncul didepan mata adalah dengan menyerahkan urusan sepenuhnya kepada Tuhan sedangkan manusia diharapkan senantiasa berbuat baik sambil menunggu masa kehancuran alam semesta akan tiba.

Bagi sebahagian yang lain, justru sebaliknya, situasi kerusakan ini juga diyakini berada diluar jangkauan manusia biasa untuk menyelesaikannya. Hanya Tuhan yang bisa menyelesaikan masalah yang melanda manusia hari ini. Untuk itu diyakini bahwa Tuhan akan kembali menurunkan Nabi dan Rasulnya secara darah dan daging dari langit. 

Pada sebahagian lagi yang lain, dipercaya bahwa Tuhan tidak akan menurunkan Nabi/Rasul namun akan datang para pelanjut Nabi/Rasul yaitu seorang imam yang akan memberi pertolongan dan menyelamatkan ummat manusia di muka bumi ini. Pendapat ini juga mengatakan bahwa setelah semua itu terjadi maka sejarah manusia dan alam inipun akan berakhir sebab alam semesta akan hancur dan manusia akan memasuki alam lain di surga.

Bagi sebagian yang lain lagi,  beranggapan bahwa sejarah manusia adalah peristiwa yang berulang, jatuh dan bangun. Sejarah dunia dan manusia bukan sesuatu yang linier yang berujung pada kehancuran alam semesta kemudian manusia akan berpindah kealam lain pada kehidupan yang serba surgaloka. Pada konteks ini, mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak sedikitpun akan lelah dan mengantuk hanya karena menjaga alam semesta dan melihat sifat-sifat kerusakan manusia. 

Sejarawan Inggris Arnold Toynbee mengarang buku a study of history tahun 1933 mengatakan, bahwa sejarah itu pasti berulang. Apa yang telah terjadi pada masa lalu, pada saat tertentu akan kembali terulang. Pengulangan itu bukannya hanya menyangkut waktu, tempat dan pelaku yang sama melainkan juga sifat kejadian dan kausalisme yang identik dengan peristiwa yang dulu pernah terjadi. Jadi boleh dikatakan, perjalanan sejarah suatu bangsa/wilayah seperti sebuah gelombang yang memiliki pasang surut dan terus berjalan sepanjang waktu. 

Oswald Spengler berpendapat bahwa setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan, kemudian berputar lagi yang memakan waktu sekitar 1000 tahun. Sementara Pitirim Sorokin menyatakan terdapat tiga siklus sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yaitu kebudayaan ideasional yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsur supernatural, kebudayaan idealistis dimana kepercayaan terhadap unsur supernatural dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal dan terakhir kebudayaan sensasi yang merupakan tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup. Sejarawan Arnold Toynbee berpendapat bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. 

Tak jauh beda dengan Toynbee ada Ibn Khaldun. Gerak perkembangan sejarah menurut Khaldun tidaklah berupa lingkaran dan dari garis yang lurus (linier), tetapi berbentuk spiral. Pola sejarah Khaldun mirip dengan pola Spengler dan Pola Toynbee. Khaldun mengungkapkan bahwa teori kebudayaan bersifat siklus. Sehingga Khaldun beranggapan bahwa dalam sejarah manusia pola yang berlaku adalah siklus. Pola Spiral  merupakan itegrasi dari pola siklus dan pola linear. 

Menurut konsep ini pola sejarah disamping menunjukkan pengulangan juga terus bergerak maju, tidak berputar di tempat. Disini doktrin kesinambungan dan perubahan bergabung menjadi satu dalam pola tersebut. dengan kata lain, menurut konsepsi ini, umat manusia cukup kreatif dalam menciptakan hal-hal yang ada dalam perjalanan sejarah. Pola spiral yang dikemukakan Khaldun, misalnya negara, bahwa setiap kali negara mencapai klimak kejayaannya, seiring itu pula akan memasuki masa senja dan mulai mengalami keruntuhan untuk digantikan oleh negara lain yang baru. 

Kemudian negara baru itu tidaklah mulai dari nol, tetapi dengan mengambil sebagian dari peninggalan, warisan, dan tradisi negara yang lama. Negara baru itu melengkapinya, menciptakan kebudayaan yang lebih maju dan berbeda dari negara sebelumnya. Meskipun memang pada mulanya perbedaannya tidak begitu kontras,  namun lama kelamaan sama sekali kontras.

Sebagian para penulis berpendapat bahwa daur perkembangan versi Ibn Khaldun ini akan mengakibatkan tiadanya kemajuan. Karena hal ini berarti bahwa pada waktu suatu masyarakat berbudaya mengalami kehancuran, maka daur perkembangan bermula lagi dari masyarakat primitif, yakni kembali ke belakang yang lebih sederhana. 

Dalam menjawab pendapat di atas, M.A. Lahhabi menyatakan bahwa dalam kenyataannya, masyarakat maju yang lenyap, lebih maju dari segi materi saja dibanding masyarakat primitif. Oleh karena itu kehidupan primitif bukanlah merupakan kehancuran atau kehilangan pencapaian-pencapaian kultural, melainkan merupakan pemurnian tradisi dan adat kebiasaan, dan ia merupakan gerak kembali pada keperwiraan, kedermawanan, dan keberanian. 

Sesuai dengan interpretasi yang demikian ini, maka kebudayaan perkotaan dengan segala kemewahan dan mewarnainya adalah pertanda keruntuhan masyarakat dari segi nilai-nilai (Zainab al-Khudhairi, 1987:83).

Juru Selamat

Jika gerak sejarah seperti yang diungkap oleh Toynbee, Sprengler, maupun Ibn Khaldun sebagai sesuatu yang berulang, bioritmik, organismik, tak pernah putus seperti spiral yang merupakan pertarungan antara jalan kebenaran dengan kebatilan maka pantas jika Prabu Jayabaya meramal bahwa setelah jaman batil akan muncul jaman pencerahan dengan kesatria adil. 

Kesatria adil yang akan membawa gerak sejarah baru bagi munculnya perdaban baru yang merupakan impian setiap manusia. Pada dunia yang telah dikuasai oleh manusia dengan nafsu durjana Tuhan pasti tidak akan tinggal diam untuk turut terlibat dalam menolong manusia. Sebagai pemilik alam semesta amat logis jika si pemilik berkehendak membersihkan kembali rumahnya dan menyetimbangkan kembali alam semesta milik-Nya. 

Dalam wujud pertolongan Tuhan kepada manusia tentu saja Tuhan membutuhkan perpanjangan tangan, membutuhkan wakil, yang akan bertindak sebagai mediatornya. Inilah gambaran dunia akhir jaman yang digambarkan oleh para sejarawan maupun oleh para peramal Nusantara. 

Disebalik permasalahan yang melanda manusia, tetap akan ada manusia bijak nan adil yang senantiasa dalam lindungan Tuhan yang Maha Kuasa (satrio pinandito sinisihan wahyu) yang akan membantu manusia. Mungkin itulah sebabnya bagi rakyat Indonesia yang sejak merdeka tetapi tidak pernah merasakan kemerdekaan, senantiasa hidup dalam kemiskinan dan ketertindasan ternyata masih memiliki harapan. Sebab dalam kesengsaraannya mereka senantiasa berharap-harap akan kehadiran sosok yang memberikan mereka keadilan sejati. 

Tidaklah salah jika Bung Karno mengemukakan situasi jeritan ini dihadapan hakim (pledoi Bung Karno, Bandung, 1929). Juga sangat beralasan pendapat Oliver Leaman yang mengatakan bahwa tesis tiga agama Ibrahimiyah adalah bahwa era mesianik pada suatu hari akan terjadi. 

Bahkan, pagi-pagi banyak kalangan melihat sosok Presiden Joko Widodo sebagai sosok Satria Piningit yang akan menyelamatkan bangsa Indonesia. Mungkin sosok demikian menjadi harapan besar karena selama ini senantiasa tertindas. Tawaran jalan keluar dari yang desebut Yudi Latief perbudakan mental (Sinamo, 2014) yang tengah melanda negeri ini dengan gagasan revolusi mental langsung pantas saja banyak disambut antusias. 

Dengan situasi yang melanda dunia akhir zaman saat ini semua harapan akan datangnya sosok adil yang dinantikan akan menjadi juru selamat bagi ummat manusia memang telah menjadi kebutuhan.

 

Daftar Pustaka

Abimanyu, Petir, 2014, Misteri Ramalan Jayabaya: Siapa Pemimpin Selanjutnya Negeri ini?, Jakarta: Palapa

Kasyani, Muhammad Imami, 2013, The Last Messiah: Janji Agung Setiap Agama, Jakarta: Nur Al Huda

Leaman, Oliver (ed), 2005, Pemerintahan Akhir Zaman, Jakarta: Al Huda

Purbawati, Jagad. A., 2013, The New World Order: Konspirasi Global Para Penyembah Iblis Menaklukkan Dunia, Jakarta: Pustaka Al Kautsar

Saidi, Zaim, 2007, Ilusi Demokrasi, Kritik dan Otokritik Islam Menyongsong Kembalinya Tata Kehidupan Islam Menurut Amal Madinah, Jakarta: Penerbit Republika 

Sinamo, Jansen (ed), 2014, Revolusi Mental, Jakarta: Institut Darma Mahardika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun