Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Angin Dingin di Bukit Rindu

7 Februari 2024   22:41 Diperbarui: 7 Februari 2024   22:46 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/salju-musim-dingin-jalan-angin-4243704/

Di puncak bukit yang diselimuti kabut tipis,

Di mana rindu bersemayam dalam diam,

Terdengar bisikan angin dingin yang menusuk hati,

Menyanyikan lagu pilu tentang cinta yang tak terbalaskan.

Embun pagi bagai tetesan air mata,

Membasahi pipi bumi yang merindukan kasih sayang,

Bunga-bunga yang layu tertiup angin kencang,

Menjadi simbol hati yang terluka dan terabaikan.

Di kejauhan, terlihat bayang-bayang samar,

Sosok yang dirindukan namun tak kunjung datang,

Hanya angin dingin yang setia menemani,

Membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur.

Suara gemerisik pohon bagai bisikan hantu,

Menceritakan kisah cinta yang tragis,

Tentang dua insan yang terpisah oleh jarak dan waktu,

Meninggalkan luka yang tak terobati.

Di bawah langit yang kelabu,

Seorang diri aku berdiri di puncak bukit,

Menatap hamparan awan putih yang berarak,

Mencari jawaban atas pertanyaan yang tak terjawab.

Mengapa cinta harus terasa begitu pahit?

Mengapa rindu harus begitu menyakitkan?

Mengapa kebahagiaan selalu terasa begitu jauh?

Angin dingin terus bertiup,

Membawaku ke dalam lamunan yang mendalam,

Membayangkan indahnya dunia paralel,

Di mana cinta dan kebahagiaan bersemi selamanya.

Namun, kenyataan selalu pahit,

Aku harus kembali ke dunia nyata,

Di mana rindu dan kesepian adalah teman setia,

Di mana angin dingin di bukit rindu menjadi saksi bisu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun