Suatu hari, saat Pak Manto sakit parah, ia menggenggam korek tua itu ke tanganku.
"Jaga baik-baik, Nak," bisiknya lemah. "Korek ini tak hanya menyalakan api, tapi juga menjaga api semangatmu tetap menyala."
Aku mengangguk, air mata tak kuasa kutahan. Pak Manto pergi, meninggalkan gubuk dan kenangan. Tapi korek tua itu tetap bersamaku, menjadi pengingat dan penyemangat.
Kini, setiap hembusan asap rokok, aku teringat Pak Manto. Aku teringat perjuangannya, ketegarannya, dan semangatnya yang tak pernah padam. Korek api yang tak lagi bergambar ayam jago, kini menjadi pusaka keluarga, pengingat untuk hidup dengan api semangat yang berkobar dan harapan yang tak pernah redup.
Asap dan kenangan, itulah cerita korek dan rokok Pak Manto. Cerita tentang hidup yang keras, pengorbanan, dan api semangat yang tak pernah padam. Cerita yang akan terus kuabawa, selagi korek tua dan asapnya masih setia menemani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H