Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asap dan Kenangan: Cerita Korek dan Rokok

10 Januari 2024   23:47 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:50 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bau belerang menyeruak tajam di udara malam, berbaur dengan asap rokok kretek yang mengepul malas dari jemari Pak Manto. Lampu minyak tanah menerangi gubuk reyotnya, menerpa cahaya remang-remang ke wajah berkerut dipenuhi kisah. Seutas korek api tua, dengan gambar ayam jago gagah yang nyaris pudar, setia menemani di pangkuannya.

"Korek ini saksi bisu banyak hal, Nak," suara Pak Manto serak, diiringi batuk yang tertahan. "Seumur hidupku mungkin."

Aku, cucunya yang masih bau kencur, mendekat, tertarik oleh aura misterius korek tua tersebut. Ujung jariku gemetar mengelus ayam jago yang nyaris tak terlihat.

"Ceritakan, Kek," pintaku, mata berbinar penasaran.

Pak Manto menarik napas panjang, asap rokok membentuk gungungan awan. Ia bercerita tentang masa muda berapi-api, cinta monyet yang berujung patah hati, dan pergulatan hidup mencari sesuap nasi. Korek tua itu selalu ada, saksi diam setiap tetes keringat dan air mata.

"Pernah," ia melanjutkan, "saat dompet tak berisi dan perut meronta, aku nekat gadaikan kalung pemberian mendiang istriku untuk sebungkus rokok dan korek ini."

Suar Pak Manto bergetar, matanya berkaca-kaca. Aku merasakan kesedihannya, pedihnya pengorbanan seorang kakek demi sebatang rokok yang menenangkan.

"Tapi Nak," suaranya tegar kembali, "rokok ini mengajariku arti perjuangan. Setiap hembusan asap, seperti kepulan semangat yang tak luntur. Korek ini, simbol harapan yang tak pernah padam."

Aku terdiam, merenungkan kata-kata Pak Manto. Asap rokok yang biasa dianggap tak berguna tiba-tiba terasa sarat makna. Korek tua itu bukan sekadar alat pemantik api, tapi tongkat penyangga hidup, teman setia, dan saksi sejarah hidupnya.

Sejak saat itu, aku tak memandang korek dan rokok dengan sebelah mata. Asap yang keluar bukan lagi sekadar pemenuh paru-paru, tapi pengingat perjuangan hidup yang tak kenal lelah. Korek api, bukan lagi benda biasa, tapi simbol keberanian dan harapan yang tak pernah padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun