Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelangi di Balik Rinai Duka

7 Januari 2024   06:17 Diperbarui: 7 Januari 2024   07:21 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan bintang gemintang bersinar di matamu,

Bukan elang perkasa menari di sayapmu,

Tapi kasih yang senyap, mengalir tiada jemu,

Pelangi di balik rinai duka, itulah dirimu.

Tanganmu bukan kelopak teratai putih,

Yang harum semerbak memikat kumbang,

Tapi telapak penuh guratan waktu dan sedih,

Menuliskan syair cinta, menenangkan pilu yang datang.

Baca juga: Ibu, Penjahit Mimpi

Suara bukan buluh perindu berbisik lembut,

Menyanyikan kisah peri di malam sunyi,

Tapi nada senja menusuk ke relung kalbu,

Menguatkan langkahku saat tersandung sepi.

Matamu bukan lautan jernih berkaca,

Menampakkan dasar jiwa tanpa noda,

Tapi sungai sabar mengalir tanpa suara,

Menggenggam harap, meski badai menerpa.

Bukan bidadari turun dari kayangan,

Membawa sayap sutera dan mahkota surgawi,

Tapi wanita biasa, dengan segala kekurangan,

Mengukir kasih abadi, terpatri dalam sanubari.

Ibu, pelangi di balik rinai duka,

Sinarmu menerangi jiwaku yang rapuh,

Terima kasih, untuk segala cinta dan pengorbanan,

Baktiku takkan padam,

meski waktu merambat senyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun